"Apa? Tidak bisakah si bodoh itu menyelesaikan hal sepele seperti itu?" Da Miko memincingkan matanya.
"Pangeran tidak tahu harus berbuat apa Raja Yama, roh-roh itu tidak mau reinkarnasi kalau bukan Anda yang datang." Martin kembali hormat.
Mendengar kata Martin, Da Miko malah tersenyum sinis.
"Tidak mau reinkarnasi? Biarkan saja mereka menunggu seribu tahun lagi!"
Wakil hitam putih dan Martin tersentak, lagi-lagi Raja neraka kambuh penyakit malasnya.
"Pulang, katakan pada si bodoh itu kalau aku akan kembali besok." Da Miko mengibaskan tangannya.
"Tapi Raja Yama, para roh itu merusak perabotan neraka!"
"Perabotan?" Da Miko mengangkat alisnya.
"Ya, Raja Yama."
Martin lalu menjentikkan tangannya dan seketika itu muncul sebuah api hijau yang semakin lama semakin membesar dan menampilkan keadaan yang terjadi di neraka saat ini.
"Bakar saja mereka semua dan tidak perlu reinkarnasi!" Da Miko menatap tajam.
T
Huuuuhhh!Api hantu lalu-lalang mengitari para roh yang masih mengacau, Da Leo sibuk sana sini mencoba mengendalikan keadaan sampai kakaknya datang."Tenanglah, reinkarnasi seharusnya berjalan dengan tenang lalu mengapa kalian para roh mengacau? Apa yang kalian coba inginkan?" Da Leo bertanya berkali-kali tapi tidak satupun roh yang peduli padanya, Leo sendiri tidak punya hak untuk menghukum para roh karena dia hanyalah Pangeran.Tling!Tling!Serempak para roh menoleh ke sumber suara dentingan yang sangat keras, hawa tidak mengenakkan tercipta dari pemilik suara dentingan itu. Sosok pembawa lentara dengan lonceng yang berdenting datang mendekat ke arah kursi Raja neraka."Hormatlah kalian para roh! Sambutlah Raja yama," ucapnya setelah tiba di samping kursi Raja neraka.Seketika para roh sujud hormat, sebuah portal muncul tepat di kursi Raja neraka dan wakil hitam putih memandang para roh dengan sorot dingin penuh kemarahan."
Seharian itu Lala dan Lani sibuk mengurusi rumah juga membantu Ibunya menanam sayuran di kebun belakang rumahnya, ya karena insiden tadi pagi Lala tidak naik ke sekolah."Lala tolong ambilkan minum dulu Kakak haus!" Lani menyeka keringat di dahinya."Sip Kak!" Lala memberi hormat yang membuat Lani dam Ibunya cekikikan lucu.Lala tampa basa-basi lagi pergi menuju dapur untuk mengambil air minum, selama seharian itu juga Merre jarang dan hampir tidak selalu ada menemani Lala seperti biasanya Lala juga tidak tahu.Syuuh ....Lala menghirup dalam-dalam angin sepoi-sepoi yang bertiup ketika dia keluar dari dapur, angin itu bercampur bau harum daun pandan yang sangat disukai Lala. Merre muncul di hadapan Lala sambil melayang di atas kepalanya lalu berhenti di sampingnya."Dari mana saja kau, Merre?" Lala mengerutkan keningnya, hidungnya seperti mencium bau darah segar yang tipis dari tubuh Merre. Lala mulai curiga."Apa yang sudah kau lakuk
Semilir angin malam menghembus melewati wajah amat dingin dan lembut, aku menyukainya. Terasa aneh memang karena di mana semua orang akan merasa merinding karena itu tapi beda denganku aku menyukainya dan malah terus menginginkannya. " Lala, hai. Lala!" seseorang memanggil namaku dari dalam rumah. "Ya Ibu, ada apa? " sahutku sekaligus bertanya ada apa ia memanggilku. " Ayo, masuklah dan tidur bukan 'kah kau akan sekolah besok?" Aku mengalihkan pandanganku ke arah samping, dari sana berdiri seorang wanita paruh baya atau lebih tepatnya adalah Ibuku. " Ayo masuk! " tegasnya lagi, Ibuku sekarang menatapku dengan mata melotot. "Nanti, Ibu ... Lala masih ingin menikmati semilir angin malam yang lembut ini," jawabku, aku menyandarkan kepalaku sambil memejamkan mata. Dhukk (terjatuh) "Auhkk!" Suara seseorang terjatuh dengan keras dan disertai dengan ringisan tepat di sampingku, aku terkejut dan dengan cepat membuka mat
Nafas laki-laki itu semakin sesak, sosok menyeramkan di hadapanya bertambah menyeramkan."Tolong... lepaskan a-ku!"Laki-laki itu menyatukan kedua telapak tangannya di depan wajah sosok menyeramkan di hadapanya, ia berharap dapat dilepaskan karena udara sudah sangat menipis di dalam paru-parunya."Hihihi, jangan harap! Kau sudah berniat jahat pada, Lala," ucap sosok Merre, taringnya semakin panjang dan sangat runcing.Perlahan-lahan tapi pasti sosok Merre membawa laki-laki yang sudah terlihat lemah untuk melayang bersamanya sementara tangan yang berkuku panjang masih memegang erat leher laki-laki itu.Merre membawa laki-laki itu melayang di luar rumah Lala, ia membawanya ke bawah pohon mangga yang letaknya sangat jauh dari rumah Lala."O, kau sudah mati ternyata. Padahal aku ingin menyiksamu lebih lama lagi, baiklah ... waktunya makan!"Merre melepaskan tangannya dari leher laki-laki itu, tampak lehernya membiru karena Merre mencekikn
Lala mengendarai sepeda untuk ke sekolah, Merre tentu pasti ikut berasama Lala namun sangat jarang yang bisa melihat maupun merasakan kehadirannya. Lala tidak ditemani oleh orang tuanya karena mereka yakin Lala bisa mengurus diri untuk masuk ke sekolah itu dan tentu tidak menjadi anak manja.Cukup lama Lala tiba di depan sekolah barunya SMA Negeri, sementara Merre yang melayang rendah di samping Lala menatap ke dalam sekolah dengan curiga."Ada apa? Apa di dalam sekolah ini banyak makhluk halus? " tanya Lala ketika ia mengetahui tatapan curiga Merre.Merre hanya mengangguk sambil menyeringai, Lala tersenyum penuh arti lalu ia mulai memasuki sekolah."Oh, anak miskin! kenapa sekolah disini? Tidak berguna!" salah seorang perempuan yang lewat di samping Lala berkata sambil menendang ban belakang sepeda Lala."Sebaiknya kau pergi!" peringat Lala tampa melihat ke arah perempuan itu."Kau ... berani sekali kau mengusirku!" teriak perempuan itu dan
Lala ragu untuk membuka pintu WC tapi karena ia sudah sangat tidak tahan di lihat oleh siswa yang lewat karena pakaiannya maka ia pun masuk."Kenapa hawanya sangat panas?" tanya Lala pelan.krieeeee!Membuka pintu.Darrrrrrt!Pintu tertutup dengan tiba-tiba.Pintu WC tertutup keras setelah Lala masuk ke dalamnya dan belum sempat untuk menutupnya tadi, dengan tenang Lala menuju pintu WC untuk membukanya, ia tidak terlalu panik bahkan mungkin tidak panik."Merre jangan mempermainkanku!" bentak Lala kesal karena pintu WC sangat susah untuk terbuka.Sriuuuttttt!Suara air yang mengalir, tumpah.Keran air menyala sendiri, Lala yang tadi sibuk membuka pintu WC yang tertutup berbalik ke belakang dengan perasaan campur aduk dan juga merasa was-was."Gerhghhh!"suara geraman dari belakang Lala menambah kekalutan pada Lala, dari suara geraman itu Lala tahu bahwa itu bukanlah kebiasaan Merre melainkan sos
"Kita mungkin akan bertarung. Hmm, bagaimana jika kita bertarung di dunia setan?" tanya sosok di hadapan Lala.Lala tidak menjawab, ia masih terus merapal mantra hingga wajahnya semakin pucat dan bertambah menyeramkan."Oh, baiklah aku tidak menunggu jawabanmu!"Sesuatu hitam pekat menyelimuti mereka berdua, semakin pekat hingga menghilang tampa meninggalkan jejak. Sosok itulah yang melakukannya, ia ingin bertarung dengan Lala di dunia setan.Dunia setan sendiri merupakan tempat para mahluk berwajah seram tinggal, sedikit sepi namun menyeramkan. Biasa digunakan oleh para mampuni (berilmu ghaib) untuk bertarung di sana."Aku terlambat!" umpatnya.Merre baru tiba di tempat menghilangnya Lala dan sosok itu setelah beberapa saat. Keadaan Merre sedikit kacau karena dia juga terlibat pertarungan oleh Sosok jahat lain sebelumnya, itulah alasan mengapa ia tidak datang ketika Lala memanggilnya."Aku harus menyusul Lala! Aku... tidak boleh memb
Melihat keadaan Lala, Grabielle tertawa sinis dia merasa sedikit puas walau keadaan dirinya hampir sama dengan Lala. Tawanya membuat Merre geram."Ahaha! Dasar manusia lemah! Kau pikir aku mudah kau kalahkan? Jika demikian kau akan kecewa! Aku adalah mahluk terkuat setelah Kanjura, ha ha ha!"Grabiella tertawa keras menciptakan gemuruh yang saling bersahut-sahutan di Dunia Setan. Petir saling bersambaran, Merre tambah geram namun dia tidak bisa meninggalkan Lala begitu saja, sebenarnya Merre bisa saja keluar dari dunia setan namun berbeda halnya dengan Lala yang tidak bisa keluar sebelum Grabielle dihancurkan, tetapi masalahnya sekarang Merre mengalami luka bekas pertarungannya dengan anak buah Grabielle sebelumnya. Biarpun Merre sedang dalam keadaan optimal dia tetap tak bisa mengalahkan Grabielle hanya bisa menahannya beberapa jam saja, kepala Merre amat pusing sekarang, antara meninggalkan Lala sendiri dan pergi meminta bantuan pada Masternya (Nenek Lala sendiri) at