Share

7. Harpy

Author: Cahaya_Perak
last update Last Updated: 2023-05-04 17:50:29

Layar hologram itu muncul di hadapan Xora setelah ia mengamati serangan-serangan para Harpy untuk bersenang-senang dengan mangsanya.

Jadi tebakanku benar tentang mereka memiliki skill yang mampu mengendalikan angin. Namun, selama mereka lengah, aku bisa langsung membunuh mereka … Xora memicingkan mata, kembali mengendalikan dua Blood Sword ke arah salah satu Harpy di dekatnya.

Harpy itu memiliki sebuah luka sayatan diagonal panjang dari bahu hingga ke pinggang. Ia tenggelam dalam pembantaian, menangkap seorang polisi dan memutus anggota tubuhnya, mulai dari tangan hingga kaki.

Tanpa menyadari apapun, kepala Harpy tersebut langsung terbelah menjadi dua dan menggelinding ke tanah seperti Harpy sebelumnya. Satu per satu Harpy mulai berkurang secara diam-diam. Mereka tak menyadari bahwa rekannya telah dibunuh oleh Xora.

Segerombolan Harpy yang keluar dari Gate awalnya berjumlah 20 ekor, tapi kini menyusut hingga sepuluh ekor. Seiring dengan pengendaliannya Blood Sword-nya dalam membunuh secara diam-diam, Xora mulai mampu mengendalikan lima Blood Sword secara bersamaan.

Ghraaack! Salah satu Harpy yang menjadi sasaran Xora berteriak keras, sebelum akhirnya bernasib sama seperti sepuluh Harpy sebelumnya.

Perhatian Monster-Monster itu pun teralihkan. Beberapa Harpy yang mulai keluar dari Taman Kota, langsung melesat kembali ke Taman Kota karena suara teriakan Harpy tadi.

Di tengah-tengah Taman Kota, mereka melihat sebelas teman lainnya sudah terpenggal dan mati secara menyedihkan. Sembilan Harpy tersisa pun berteriak marah, menghasilkan gelombang suara tak kasat mata yang bergerak meluas dalam area lingkaran. Gelombang suara itu menghantam telinga orang-orang dalam gedung dan membuat telinga mereka mengeluarkan darah.

Harpy-Harpy itu merentangkan tangannya dan mengubah bulu-bulu menjuntai mereka menjadi sepasang sayap. Mereka terbang ke arah Xora, mengelilingi gadis itu dan mendarat di tanah sambil menjaga jarak sekitar lima meter.

Eyes of Vampire. Para Harpy langsung membeku di tempat dengan tatapan kosong saat Xora mengaktifkan skill tersebut. Sebuah ilusi tentang sepasang mata merah darah berpupil vertikal muncul di atas kepala Xora, memberikan mereka tekanan sehingga merasakan takut hingga ke tulang-belulang.  

Memanfaatkan kesempatan di saat mereka bergetar takut, Xora mengendalikan lima Blood Sword dan memenggal satu per satu Harpy di sekelilingnya secepat angin. Kepala demi kepala berjatuhan searah jarum jam.

Di saat kepala Harpy terakhir jatuh, mata Harpy itu mengarah ke langit di saat cahaya senja ditelan oleh kegelapan malam. Mata Harpy itu perlahan kehilangan sinar dan lensa kuningnya berubah menjadi pucat, tanda bahwa ia kehilangan nyawanya.

Helaan napas panjang pun lolos dari bibir Xora. Wajah gadis itu berubah menjadi pucat pasi karena penggunaan skill menguras mental dan tenaganya. Ia menatap ke arah Gate dan bertanya kepada sistem, “Bagaimana caraku menghilangkan Gate itu? Aku seorang Hunter, kan?”

[Masuk ke dalam Gate dan bunuh Boss Dungeonnya.]

[Ketika Boss Monster dibunuh, Gate akan kembali terbuka dan memberikan Anda jalan keluar dari Dungeon. Namun, jalan keluar dari Dungeon tak akan terbuka selama Anda masih belum membunuh Monster.]

Gadis bergaun gotik merah itu tertegun sejenak di tempatnya. Ia melirik ke arah Gate sebelum menarik napas dalam-dalam dan mengambil keputusan untuk masuk ke dalam Gate tersebut.

“Di dalam sana berbahaya … isinya tak diketahui, mungkin saja akan ada Monster.”

Tepat saat Xora akan melangkah masuk, tangannya tiba-tiba ditarik oleh Liogra yang muncul di belakangnya. Tampilan pria itu jauh lebih buruk dibandingkan pertama kali Xora melihat.

Saat ini, pria itu tampak sangat malang. Beberapa bagian tampak sobek dan menampilkan luka basah yang membasahi seragam, kulit leher berwarna ungu kehitaman akibat bekas cekikan monster tadi, wajah kusam tak terawat bagai gembel, rambut acak-acakan seakan baru saja disambar petir.

“Aku tau, tapi hanya itu satu-satunya cara untuk menutup Gate ini …

“Obatilah luka-lukamu itu.”

Xora menarik tangannya dari cengkraman Liogra dan meletakkan jarak lebar di antara mereka, lalu melanjutkan langkahnya ke dalam Gate. Begitu Xora masuk ke dalam, Gate langsung menutup seolah-olah tak memberikan celah untuk orang lain masuk.

Liogra mematung di tempat, mencerna perkataan gadis berambut perak barusan.

Benda ini disebut Gate … cara menutupnya adalah memasukinya … siapa dia? Kenapa dia bisa mengetahui hal ini?

Berbagai macam tanda tanya muncul di benak Liogra, menatap rumit Gate di depannya. Ia merasa gadis itu misterius dan berbahaya. Namun, Liogra menyimpulkan bahwa gadis itu bukanlah musuh.

Di dalam Gate ….

Gadis berambut perak itu mendarat di tepi tebing dengan angin kencang yang membuat gaun gotik merah, serta rambut peraknya berkibar anggun. Sepuluh Blood Sword masih melayang mengelilingi pinggangnya, berputar searah jarum jam dengan gerakan lambat.

Pemandangan dalam Dungeon itu tampak normal. Di belakangnya ada daratan lain yang terpisah oleh sebuah jurang besar, lebar dan dalam tanpa dasar. Semua orang yang nekat melompat pasti akan jatuh dan hilang ditelan kegelapan jurang. Di depan Xora, ada pepohonan rimbun dan berjarak.

Mata gadis berambut perak itu terbelalak lebar saat ia mencium aroma darah pekat menyebar di udara.

Samar-samar ada suara pertarungan di depan : suara pedang menebas udara, serta suara teriakan para Harpy untuk mengacaukan indra pendengaran mangsa mereka.

Ada orang selain aku di dalam Dungeon ini?

Kening Xora mengerut. Ia mengaktifkan skill Shape Changer level satu dan berubah menjadi segerombolan kelalawar. “Mereka” terbang menuju sumber suara.

Di balik bayangan pepohonan, segerombolan kelalawar itu berubah menjadi asap hitam sebelum seorang gadis bergaun gotik merah memunculkan sosoknya. Kondisi tubuh Xora telah kembali seperti semula, tak ada kuku panjang, gigi taringnya menjadi normal, mata merah kembali berwarna hitam pekat. Ia benar-benar normal karena telah menonaktifkan skill Vampire Mode.

Mata hitam pekat gadis itu terbelalak saat melihat seorang pria berambut putih perak sepanjang pinggang sedang bertarung. Ia berdiri di tanah lapang dan dikepung oleh segerombolan Harpy dalam bentuk lingkaran mengelilinginya. Di tangan kanan pria berambut putih itu, sebuah Katana mengayun dan memecah gelombang suara tak kasat yang diteriakkan oleh Harpy.

Segerombolan Harpy berjumlah 15  itu mengganti strategi mereka. Sebagian di antara mereka meneriakkan gelombang suara, lainnya lagi melemparkan Wind Blade. Serangan beruntun terus menghantam tempat pria berambut putih tersebut berdiri.

Pria berambut putih itu memiliki wajah yang tampan dengan mata hunter eyes. Pupilnya berwarna kuning. Pakaiannya pun  mirip seperti pakaian tradisional orang-orang dari negara Jepang.

Tanah tempatnya berpijak melemparkan debu-debu hitam ke udara karena serangan para Harpy. Suasana perang itu di depan sana tertutup oleh debu hitam pekat tebal, menghalangi penglihatan Xora yang mengamati jalannya pertempuran.

Apa yang terjadi dengan pria itu? Kuharap dia selamat … Xora meneguk kasar ludahnya, merasa tegang melihat pertempuran di depannya.

Beberapa saat kemudian, sebuah cahaya perak di dalam debu hitam tampak bersinar dan melesat tanpa arah sebelum suasana menjadi hening total. Tak ada suara teriakan atau suara Wind Blade menghantam tanah.

Pada waktu debu-debu itu jatuh ke tanah, pemandangan penuh darah pun terlihat. Pria berambut putih itu berdiri tegak di tengah-tengah mayat para Harpy yang melingkarinya. Pedang Katana di tangannya pun tampak putih bersih, mengkilat dengan warna perak.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Throne of Blood : System   14. Ven—Pedang Kutukan

    Trangg! Saat pedang Xora menyentuh bulu Poison Tongue Bird, pedang itu langsung terlempar jauh dari tangan Xora. "Apa yang terjadi? Kenapa aku tak bisa menebasnya?" lirih Xora dengan mata terbelalak. Di saat yang bersamaan, Poison Tongue Bird di hadapan Xora bergerak cepat untuk mencengkram tubuh Xora. Boom! Poison Tongue Bird itu mencengkram tubuh Xora, dan menghempasnya ke atas tanah dalam waktu singkat. Rasa sakit luar biasa pun menyerang punggung Xora. 'Sakit,' keluh Xora di dalam hati. Mata Xora melirik ke arah Poison Tongue Bird yang menghempasnya ke tanah. Ada kebencian yang tersorot jelas dari tatapan Xora. Dia kemudian beralih menatap pedangnya yang tergeletak cukup jauh. Xora berusaha mengabaikan rasa sakit pada punggungnya, lalu bangkit dan meraih pedang itu. Xora menatap Pedang Kutukan di genggamannya. 'Kenapa aku tidak bisa menebas mereka dengan mudah, seperti Flyor?' batin Xora bertanya-tanya. Dia merasa kecewa karena kemampuannya tidak seperti Flyor."Miss. U!" Teri

  • Throne of Blood : System   13.

    Flyor meraba bibirnya yang tengah tersenyum lebar."Akhir-akhir ini ... aku banyak tersenyum," gumam Flyor yang merasakan perbedaan drastis pada dirinya, setelah Xora datang. "Tapi sebelum itu, lebih baik aku segera menentukan latihan apa yang perlu diberikan kepada Miss. U," sambung Flyor sambil mencuci piring. ***Mentari mengangkasa dengan angkuh dan terik. Suasana sekitar terasa begitu panas, tapi tak berlaku bagi Xora yang duduk di bawah rindangnya pohon ketapang. Gadis itu mengangkat telapak tangannya ke depan wajah, lalu memandang mereka dengan ekspresi tak percaya. "Baru saja, aku mengayunkan pedang sebanyak 3000 kali." Dia bergumam lirih dengan napas terengah-engah. [Notifikasi! Anda menyelesaikan Quest Tambahan!][Notifikasi! Anda mendapatkan item rahasia berupa 'Kalung Usang'.][Notifikasi! Anda mendapatkan bonus berupa 5 distribution point!]Kening Xora mengerut melihat panel di hadapannya. Dia berlatih sampai 3000 kali ayunan sampai setengah mati, tapi hanya mendapa

  • Throne of Blood : System   12. Jamur Dore

    "Mengayunkan pedang sebanyak 2000 kali saja perlu waktu sampai sore. Apalagi 3000 pedang?" sambung Xora dengan intonasi tak percaya diri. Dia merasa tak yakin bisa menyelesaikan misi besok. Xora membaringkan tubuhnya di atas kasur, lalu menghela napas. "Jika seperti itu, aku harus bangun lebih pagi lagi," lirih Xora. Xora mulai menutup mata, dan mulai terlelap dalam mimpi.Pagi menjelang .... Flyor yang ada di kamarnya mulai terbangun. Dia segera beranjak dari kasur dan melangkah menuju dapur. 'Aku harus segera memasak, sebelum Miss U bangun,' batin Flyor. Dia dengan cepat berkutat di dapur, memasak menggunakan teknik dan bumbu dari tumbuhan di Dungeon. Menu utamanya adalah sup Jamur Dore. Jamur Dore adalah jamur Dungeon, yang bisa menambah stamina dan vitalitas tubuh. 'Ini cocok untuk dia yang akan berlatih mengayunkan pedang sebanyak 3000 kali,' pikir Flyor.Flyor tersenyum kecil di sudut bibirnya, sambil meletakkan sup Jamur Dore itu di atas meja. Tak hanya sup Jamur Dore yang

  • Throne of Blood : System   11. 3000 Ayunan Pedang

    Mendengar kata-kata itu, mulut Xora terbuka lebar. Sama dengan matanya yang terbelalak tak percaya.''Bukankah hukuman ini harusnya dikurangi?!' teriak Xora di dalam hati. "Apa itu masih berat untukmu?" Xora membeku di tempat, usai mendengar jawaban yang tak sesuai dengan harapannya. Melihat Xora membeku di tempat, Flyor kembali bertanya, "Apa itu masih berat untukmu?"Secara spontan, Xora langsung tersadar dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak-tidak! Ini sudah cukup bagi saya!"Xora pun dengan sekuat tenaga mengangkat pedang itu, lalu mengayunkannya. Tetapi, belum sampai satu ayunan. Pedangnya langsung terjatuh dan lepas dari tangan Xora. 'Berat,' keluh Xora di dalam hatinya. Selama satu bulan Xora berlatih, total ayunan yang harus dicapai setiap harinya tidak berubah ... yaitu 2000 kali ayunan. Sayangnya, Xora tidak sekuat itu. Xora hanya mampu mencapai 1000 kali ayunan. Bahkan ketika di akhir bulan. Satu bulan berikutnya, Xora juga terus berlatih dan baru mencapai

  • Throne of Blood : System   10. Hukuman

    Xora mendongkak menatap langit, yang dipenuhi dengan para Poison Tongue Bird. Para Poison Tongue Bird itu terbang ke sana ke mari, seperti menjaga pintu goa. Mendengar kalimat Xora, Flyor menoleh ke arah Xora yang berada di sampingnya. Flyor mengernyitkan alisnya dan bertanya, "Kaumenyebut Monster Burung itu dengan nama Poison Tongue Bird?" Xora menoleh dan mengangguk. "Ya," jawab Xora dengan senyum yang bisa dilihat oleh Flyor, karena dagu dan bibir Xora tidak ditutupi oleh topeng. "Seperti yang Anda katakan sebelumnya, air liur mereka mengandung racun. Makanya mereka dinamakan seperti itu," sambung Xora. Mata Flyor membola. 'Gadis ini benar-benar seorang Penyihir! Dia mengetahui segalanya, bahkan memberikan monster itu nama,' batin Flyor yang beralih menatap para Poison Tongue Bird. Flyor benar-benar salah paham terhadap Xora. "Bagaimana kita menyerangnya? Apakah Anda merasa yakin untuk melawan para Poison Tongue Bird itu?" Xora bertanya dan menoleh, menatap wajah Flyor. Flyor p

  • Throne of Blood : System   9. Kisah Flyor di Dungeon

    Dua panel notifikasi itu muncul di hadapan Xora, bertepatan ketika Flyor membelah tubuh monster yang tersisa di sekitar mereka. "Harus sampai seratus persen?" tanya Xora dengan nada yang sangat pelan. [Notifikasi! Benar!]Membaca notifikasi yang muncul di hadapannya, Xora membeku di tempat. 'Tadi ada banyak Monster yang dibunuh oleh Flyor, tapi, itu hanya sepuluh persennya saja?' batin Xora tak percaya. 'Memangnya, ada sebanyak apa Monster-monster di Dungeon ini?' sambung Xora bertanya-tanya. Dia mendongkakkan kepala menghadap langit yang berwarna biru cerah. "Miss U?" melihat Xora hanya berdiam di tempat sambil mendongkak menatap langit, tentu saja Flyor penasaran. Flyor memanggil nama samaran milik Xora, membuat Xora menoleh. "Apa yang kaupikirkan?" tanya Flyor yang dipenuhi rasa penasaran. Tersadar dari lamunannya, Xora segera berdiri dari posisi duduk. "Ah, tidak. Saya tiba-tiba berpikir, berapa banyak waktu yang akan diperlukan jika ingin memusnahkan semua Monster di sini,"

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status