Elya masih bersandar di bahu Bariqi. Gadis itu tampak nyaman di sana, terlebih sebelah tangan Bariqi juga menepuk-nepuk puncak kepalanya. Mata Elya masih fokus melihat adegan romantis di hpnya yang dipegang Bariqi.“Sudah mengantuk?” tanya Bariqi menatap Elya.“Belum,” jawab gadis itu seraya menggeleng.Bariqi menahan mati-matian tangannya yang terasa pegal. Sudah lebih dari satu jam dirinya memegang hp Elya. Beberapa kali dirinya merubah dari yang semula memegang di tangan kiri menjadi tangan kanan. Seumur-umur saat Bariqi dekat dengan cewek lain, dia tidak akan melakukan hal konyol seperti ini. Bariqi lebih suka gaya pacaran orang dewasa, di klub malam, restoran atau tempat yang menggugah kenikmatan lainnya.Namun, dengan Elya dirinya harus melakukan hal sekonyol ini. Elya mempunyai dua tangan yang bisa digunakan untuk memegang hpnya sendiri, tetapi Bariqi malah menawarkan diri, alhasil sekarang tangannya sangat pegal.Elya mendongak, gadis itu menatap kekasihnya yang terlihat sudah
Bariqi, Putri, Aan, Galang dan beberapa teman Bariqi kini berada di ruang tamu. Prasetyo menatap Bariqi dengan tatapan garangnya. Pria paruh baya itu sungguh tidak habis pikir dengan apa yang dilakukan Bariqi. Otak anaknya daripada baiknya, lebih banyak buruknya. “Jelaskan kepada ayah!” titah Prasetyo pada Bariqi. “Jelasin apa?” tanya Bariqi kikuk. “Masih tanya lagi. Hari ini kamu sudah menyusahkan banyak orang. Kamu nyuruh aku bawa pasukan, aku sudah bawa, tapi setelahnya kamu gak balas pesanku. Harusnya kalau mau digerebek jangan di kamar, di teras biar banyak yang tahu,” oceh Aan. Mendengar itu membuat Prasetyo makin murka. Anak dan teman anaknya sama saja. Putri menjewer telinga Aan sedikit kencang, “Sudah ibu bilang jangan sesat kayak Bariqi, malah kesesatan kamu nambah-nambah!” tegur Putri. Aan mengangguk sembari mengaduh kesakitan. “Bariqi, yang kamu lakukan ini salah. Kamu mau menjebak Elya? Yang ada kamu malah mempermalukan dia. Sebagai laki-laki, kamu harus bisa menjaga
Bus membawa mereka keluar dari Kota Batu menuju ke Kota Surabaya. Elya masih berada di dekapan Bariqi, bedanya gadis itu sudah tidak masuk lagi di kaos kekasihnya. Bau tubuh Bariqi sangat wangi, yang ada nanti Elya khilaf kalau keterusan. Virus cinta memang mengubah segalanya. Beberapa hari lalu saat Bariqi memakai banyak parfum dan bertemu Elya di nasi goreng Pak Dadang, Elya mengatakan ingin muntah karena wangi Bariqi, eh sekarang malah menyukai wanginya. Sekarang Bariqi tahu kenapa Elya tampak lemas, karena gadis itu takut mabuk di perjalanan. Elya sendiri baru mengatakannya dengan wajah yang memerah karena malu. Elya yang galak, judes, dan sering berkata kasar, Bariqi pikir tidak mempunyai kelemahan, tetapi siapa sangka kalau kelemahan Elya adalah naik bus. “Elya, kamu pusing?” tanya Bariqi mengelus rambut Elya. Pria itu dengan usil menarik kunciran di rambut gadis itu hingga rambut Elya sepenuhnya tergerai. “Sedikit,” jawab Elya. “Lihat di jendela. Ada pemandangan indah, nan
Setelah menempuh waktu tiga jam setengah, akhirnya Bariqi dan Elya sampai di Surabaya. Ini bukan kali pertamanya Elya dan Bariqi keluar kota bersama. Namun, ini kali pertamanya mereka pergi dengan status sebagai sepasang kekasih. Biasanya Elya akan menjadi obat nyamuk saat Bariqi dengan teman ceweknya. Setelah turun di Stasiun Rungkut, Bariqi dan Elya menaiki angkutan umum menuju ke Tunjungan Plaza, Surabaya. Bariqi memang manusia ribet, lebih enak naik mobil berdua, tetapi pria itu malah memilih naik angkutan. Harusnya bisa langsung ke Tunjungan Plaza, kini mereka harus naik dua kendaraan yang berbeda. “Kamu sudah gak pusing?” tanya Bariqi menatap Elya. Saat ini sepasang kekasih itu sudah berada di angkutan umum. “Enggak,” jawab Elya. Elya menarik tas yang tadi dibawakan oleh ibu Bariqi. Saat membuka kotak bekal itu, ada nasi serta lauk pauk. “Kamu mau makan?” tanya Elya menunjukkan kotak bekal pada Bariqi. Bariqi menatap orang-orang yang juga naik di angkutan umum. Pria itu me
Seharian ini Elya dan Bariqi menghabiskan waktunya di Surabaya. Setelah puas menyanyi berdua dengan suara yang seperti ayam kecekik kandang, mereka menuju Kanjeran Park untuk mencoba berbagai wahana. Bariqi harus rela pusing saat Elya menariknya kesana kesini untuk mencoba wahana. Bariqi pasrah, pacaran dengan anak kecil adalah keputusannya, dan sudah seharusnya dia menerima konsekuensinya. Setelah puas di Kanjeran Park, kini di jam lima sore, Bariqi dan Elya sudah berada di atas perahu di bawah jembatan Suramadu, jembatan yang menghubungkan antara Surabaya dan Madura. “Aku takut di sini,” adu Elya saat perahu kecil yang dia tumpangi sedikit oleng. “Ada aku, gak usah takut,” kata Bariqi memeluk pundak Elya. “Meski ada kamu, kalau perahu ini oleng, kita sama-sama kejebur,” rajuk Elya. “Makanya tenang, gak usah banyak gerak!” tegur Bariqi. Elya diam, matanya menatap sekitarnya yang juga banyak pasangan muda menaiki perahu di hari yang mulai petang. “Kenapa kita di sini?” tanya El
“Jangan, aku gak mau!” pekik Elya menahan tubuhnya saat Bariqi menyeretnya masuk ke sebuah hotel.“Ayo, Elya!” ajak Bariqi menarik paksa tangan kekasihnya, tetapi Elya terus menahan tubuhnya.“Aku nggak mau, Mas. Nggak mau masuk,” kata Elya merengek.“Ini sudah malam, sudah saatnya kita istirahat,” ujar Bariqi.“Tapi nggak mau di hotel.” Elya merengek, bahkan gadis itu sudah hampir menangis.Sepasang suami istri itu sedang menjadi bahan tatapan orang-orang yang berada di lobi hotel. Tidak terkecuali front office yang menahan tawanya sampai terdengar suara ngik-ngik dari bibirnya. Front office laki-laki itu adalah teman sekolah Bariqi. Dia jadi punya bahan untuk menistakan Bariqi di grub alumni sekolah.“Kalau nggak istirahat di hotel, mau istirahat di mana, hah?” tanya Bariqi sedikit kesal.“Ya di mana saja asal nggak di hotel,” jawab Elya.“Aku bingung kenapa kamu seperti ini, Elya. Memangnya apa yang kamu takutkan, hah?” tanya Bariqi menyentak.Elya menundukkan kepalanya, gadis itu
Malam ini Bariqi dan Elya asik memakan makanan mereka. Baik Bariqi maupun Elya sudah mandi, mereka memang bucin akut, kini baju yang mereka pakai juga baju couple. Mungkin ini definisi kesabaran yang membuahkan hasil. Dulu sebelum Bariqi resmi menjadi pacar Elya, pria itu banyak membeli baju-baju couple, dan sekarang baju itu terpakai juga."Kamu mau nyoba ini?" tanya Bariqi menunjuk bebek penyet.Elya mengangguk, lantas Bariqi langsung menyuapinya. Pun dengan Elya yang balik menyuapi Bariqi. Soal makan, dari dulu sampai sekarang Elya tidak pernah canggung. Cewek itu menghabiskan banyak makanan yang tadi dia beli.Hari ini fokus Bariqi kepada Elya. Dia hanya membuka hp saat mengunggah foto-fotonya, selebihnya hp dia mode diam. Mau terjadi keributan di dapur, Bariqi juga tidak peduli.Tiba-tiba Bariqi tersenyum penuh kepuasan. Elya yang sedang mengemut tulang bebek pun menatap bingung ke arah kekasihnya."Kenapa kamu tersenyum begitu?" tanya Elya.Bariqi semakin lebar tersenyum. "Aku b
”Gak usah mampir ke rumahku. Lebih baik kamu langsung pulang!” pinta Elya merengek.“Ya, ya! Mas, jangan ke rumahku!” pinta Elya lagi. Elya memegang tangan Bariqi dengan erat. Saat ini mereka sedang menaiki bus perjalanan ke Tulungagung.Saat menaiki bus, Bariqi harus menggendong tubuh Elya karena enggak mau naik. Elya terus merengek lebih baik langsung ke Batu saja dari pada ke Tulungagung. Namun, Bariqi tetap kukuh ingin ke Tungagung. Bariqi tidak mau membuang-buang waktunya untuk berpacaran dengan Elya, Bariqi ingin cepat menikahi gadis itu. Meski Elya masih berusia dua puluh tahun. Toh mereka sama-sama tinggal di desa, sudah wajar kalau gadis seusia Elya menikah.“Mas!” rengek Elya menduselkan kepala ke dada Bariqi.Bariqi mendorong pelan kepala Elya, “Kamu kenapa sih kayak gini? Kamu gak sayang sama aku sampai aku gak boleh ke rumah kamu?” tanya Bariqi.“Bukan maksud begitu, Mas. Tapi … ah pokoknya sulit dijelaskan,” kata Elya.“Kalau sulit dijelaskan, ya gak usah dijelaskan. Bia