"Udah selesai kok, aku mau keluar dulu kalau gitu," ucap Lova sedikit gugup sambil membenahi kacamatanya yang sedikit turun. Baru saja Lova hendak melangkahkan kakinya, tapi badannya malah di kunci dengan kungkungan tangan Barna.
"Mau kemana?" tanya Barna dengan senyum tipisnya seraya semakin mendekatkan wajahnya.
"Kamu kan mau ganti baju, jadi aku keluar dulu," ujar Lova berusaha untuk terlihat tidak gugup di depan Barna.
"Diam disini aja," kata Barna lagi. "Sambil lihatin aku ganti baju."
Lova menelan salivanya, Barna ini pasti mau mengerjainya lagi, dia pikir Lova akan malu kalau melihat Barna berganti baju di hadapannya.
"Oke, mau aku bantu?" tawar Lova dengan berani.
"Wah, kebetulan," Barna pun hendak membuka balutan handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya, namun cepat-cepat Lova menutup matanya dengan kedua tangannya. Sementara Barna sudah dengan lega membuka lebar handuknya, memperlihatkan sesuatu yang ada di dalamnya. <
Lova masih menjadi pusat perhatian mata laki-laki saat sudah masuk ke dalam. Hati Barna jadi semakin kepanasan, harusnya tadi Lova tak perlu pakai baju seksi begini.Saat Barna hendak bertanya-tanya pada petugas disana, suara seorang laki-laki tiba-tiba mengalihkan perhatian mereka."Honey!"Lova menoleh ke sumber suara yang tak asing baginya itu, dan menemukan sosok Harrya yang sedang berjalan ke arahnya."Harrya?" Lova mengangkat satu alisnya.Begitu sampai di tempat Lova, Harrya tak segan langsung mengecup pipi perempuan itu. Bagi Lova itu sudah biasa, yang tidak biasa adalah tatapan tajam Barna yang melihatnya. Saat itu juga Barna langsung menghampiri Lova dan Harrya, ingin mencari kejelasan mengapa laki-laki itu bisa dengan seenaknya mengecup pipi Lova.Harrya sendiri sedikit kaget saat sosok Barna berdiri dengan tatapan tak santai padanya."Honey, ini siapa? Kenapa kamu gak kenalin sama aku?" tanya Harrya.Hon
Lova berusaha mencari Barna, entah ke toilet mana laki-laki itu, namun jejaknya tak dapat Lova temukan."Kemana sih kamu?" gumam Lova sambil matanya celingukan mencari ke kanan dan ke kiri, tapi tetap tak menemukan sosok Barna.Lova memutuskan untuk coba menghubungi handphone Barna, saat baru mengambil handphone, tiba-tiba ada seseorang yang lewat dengan tergesa-gesa sehingga menyenggol handphone yang dipegang oleh Lova, handphone itu pun terjatuh, Lova mendesis kesal. Ia segera berjongkok dan meraih handphonenya kembali.Sesosok laki-laki dengan tubuh tinggi dan tatto yang menghiasi betisnya itu langsung berbalik dan mencoba untuk menghampiri perempuan yang tak sengaja dia senggol tadi."Sori, kamu gak apa-apa?" tanya laki-laki itu.Lova mendongakkan kepalanya melihat bayangan laki-laki yang tadi menyenggol tangannya sehingga membuat handphonenya terjatuh dan sedikit lecet, mata Lova membulat saat melihat sosok laki-laki tampan i
Lova membalikkan badannya ke belakang, melihat siapa yang sudah membuat pemuda tambun yang mengunci badan Lova tadi menjadi terhuyung dan jatuh. Mata Lova terbelalak saat melihat sosok yang dicari-carinya malah kini sedang membantunya."Hei, kalau mau buat keributan tolong jangan di tempatku! Apa kalian cuma berani mengganggu perempuan? Pergi atau perlu aku panggil semua security untuk membawa kalian?" Bentak Jun pada para pemuda itu.Mereka langsung menciut seperti anak kucing yang ketakutan."Cabut, bro! Dia pemilik tempat ini," ucap salah satu pemuda pada teman-temannya, seketika ketiga pemuda itu pergi tak lupa mengajak temannya yang terjatuh akibat pukulan di kepalanya itu untuk ikut pergi dari sana.Lova terdiam sesaat memperhatikan sosok Jun yang kini memiliki jambang di wajahnya, terlihat jauh lebih dewasa daripada 3 tahun lalu. Wajahnya masih rupawan dengan tinggi semampai, dia masih tetap saja senang menggunakan celana pendek selutut
"Kenapa?" tanya Jun yang menoleh sekilas ke arah Lova, lalu kembali fokus menyetir. "Sebenarnya, aku habis diusir sama Papaku," ucap Lova sambil tertunduk, pura-pura sedih. "Diusir?" Jun mengernyitkan dahinya. "Iya, aku diusir karena Papa marah aku jarang pulang dan sibuk di rumah teman, jadinya Papa ngusir aku, katanya sekalian saja jangan pulang lagi," kata Lova sambil pura-pura mengusap air mata, padahal tak ada air mata yang jatuh. "Terus, aku harus antar kamu kemana? Ke rumah teman kamu?" Lova menggeleng. "Aku gak enak terus-terusan numpang di rumah temanku, sudah seminggu ini aku numpang! Aku juga bingung harus kemana lagi." Jun terdiam sesaat, sepertinya otaknya sedang memikirkan cara agar bisa membantu Lova. "Kalau aku numpang di rumah kamu, boleh?" tanya Lova mencoba peruntungan. "Bisa aja, aku sih gak keberatan! Lagipula aku punya satu kamar kosong juga," jawab Jun. Lova tersenyum puas, rup
Lama Lova di dalam toilet memikirkan cara untuk menghubungi Barna."Apa aku pinjam charger handphone aja ya? Dia gak akan curiga kan?" gumam Lova sendiri.Ia pun memutuskan untuk keluar dari toilet, kemudian berjalan perlahan. Matanya berkeliling melihat ruangan itu yang tampak sepi, "kemana Jun?" bisik Lova, matanya masih berusaha mencari sosok laki-laki itu.Masih sepi, Lova pun melangkahkan kakinya menuju ke salah satu kamar yang ada di apartemen itu, "mungkin dia di kamar," gumam Lova sambil kemudian menempelkan telinganya di pintu kamar tersebut, siapa tahu dia bisa mendengar suara yang ada di dalam sana. Ia tak berani untuk mengetuk pintu kamar tersebut.Lova sayup-sayup mendengar suara gemericik air dari dalam kamar itu, ia pun yakin kalau Jun pasti ada di dalam dan sedang mandi. Lova jadi sedikit lega, setidaknya dia tidak di tipu oleh Jun, siapa tahu saja Jun malah meninggalkannya sendirian di sini, seorang penipu harus berhati-hati j
"Benar dengan Bapak Jun?" tanya seorang laki-laki yang memakai jaket hijau khas ojek online saat Jun membukakan pintu untuknya. "Iya, betul!" "Meat lover pizza dan air mineral, Pak!" si Abang ojek online itu pun memberikan makanan dan minuman yang di pesan oleh Jun. Lalu Jun menyerahkan beberapa lembar uang pada si Abang ojek online. "Bawa aja kembaliannya ya, Bang!" ucap Jun sambil tersenyum. "Wah... Terima kasih, Pak! Ini banyak sekali lho kembaliannya, Pak!" wajah sumringah karena mendapat kembalian yang lebih dari cukup pun membuat si Abang ojek online jadi kegirangan sendiri. Ia pun pamit dan berlalu pergi. Sementara Lova langsung manyun, ternyata bukan bala bantuan untuk dirinya bisa kabur, hanya Abang ojek online yang membawa pesanan makanan. "Cher, kamu mau makan dulu atau mandi dulu?" tanya Jun sambil membawa makanan itu ke dapur. "Emmm... Aku mandi dulu deh! Eh, tapi aku gak bawa baju!" "Pakai baju
Lova mendaratkan tamparan di pipi Jun dengan keras. "Nyamuk! Ada nyamuk di pipi kamu!" ucap Lova dengan wajah polos dan lalu segera menjauhkan tubuhnya dari Jun. Ia berdiri di atas sofa sambil memperhatikan keadaan sekitarnya, takut-takut jika makhluk kecil berwarna coklat itu masih ada di dekat sana. Sementara Jun masih mengusap-usap pipinya yang terkena tamparan keras dari tangan Lova tadi dengan alasan ada nyamuk, masih terasa sakitnya. "Kecoaknya udah pergi!" kata Jun kemudian. "Seriusan?" tanya Lova masih belum yakin, "perginya ke arah mana?" "Tuh di dekat kaki kamu," tunjuk Jun di sofa tempat kaki Lova berpijak. "Aaaaakkkkkkkkhhh!!!" seketika Lova kembali meloncat ke atas tubuh Jun, berteriak histeris. Jun tersenyum puas karena berhasil mengerjai Lova, dan malah kembali duduk di atas pangkuannya. "Usir, buruan!" pinta Lova. "Gak mau pergi dia! Gimana dong?" ucap Jun berbohong.
Jun memeluk tubuh Lova semakin erat, sambil satu tangannya berusaha masuk ke dalam baju kedodoran yang Lova pakai. Tangannya bermain di belakang punggung Lova sambil kemudian melepas pengait bra yang Lova pakai. Kini tangan Jun jadi lebih leluasa untuk bermain di kedua gundukan milik Lova, ia memainkan jarinya di kedua puncak gundukan itu sampai membuat Lova melenguh berkali-kali sambil tetap berciuman. Jun melepas ciumannya kemudian menggendong badan Lova dan membawanya ke dalam kamar yang di tempati oleh Lova tadi. Rasa gairah seakan telah menutupi mata Jun begitu melihat gadis cantik itu yang setengah sadar tak menolak perlakuan yang Jun berikan padanya. Rasanya malam ini akan dia habiskan untuk bersenang-senang dengan gadis cantik ini. Badan Lova terbaring di atas ranjang, dengan lembut Jun kembali mencium bibir Lova, memberi tekanan yang intens lalu menjalar turun ke lehernya, baju Lova sedikit tersingkap ke atas lalu Jun melanjutkan aksinya untuk