Bellova Serena atau Lova tak pernah menyangka kalau Mamanya yang seorang janda kaya dan seorang rentenir bisa jatuh cinta dan tertipu oleh laki-laki yang usianya terpaut jauh lebih muda. Laki-laki itu memiliki banyak hutang dan membawa kabur semua harta Mamanya, sampai akhirnya Lova harus menerima kenyataan kalau Mamanya meninggal dan tak menyisakan harta apapun kecuali uang asuransi kematian. Lova harus berjuang hidup sendiri, dan malah tertarik untuk ikut menjadi penipu. Sampai suatu hari Lova akhirnya bertemu dengan Barna, laki-laki yang juga berprofesi sebagai penipu. Tanpa sadar ternyata Lova tertarik pada Barna yang ternyata memiliki hubungan dengan laki-laki yang sudah menipu Mamanya dulu, apa yang akan Lova lakukan? Apa Lova akan membalaskan dendamnya?
view moreBellova Serena bersimpuh sambil menangis sesenggukan di samping batu nisan yang bertuliskan nama Mamanya, Marcella Dianty. Gadis 20 tahun itu mengusap air mata yang jatuh di balik kacamata minusnya, rambut panjangnya terurai menyentuh tanah kuburan yang masih basah. Selain kehilangan Mama untuk selama-lamanya, dia juga harus kehilangan semua harta benda milik Mamanya termasuk rumah dan mobil mewahnya.
Ibu Marcella adalah seorang janda kaya raya, harta yang di milikinya adalah hasil dari warisan suaminya yang sudah meninggal 5 tahun lalu. Ibu Marcella berprofesi sebagai seorang rentenir, orang-orang yang meminjam uang padanya akan di kenakan bunga 80 persen dari pinjaman. Jika waktunya membayar tiba, akan ada 2 orang laki-laki berbadan kekar dan berkumis tebal yang mendatangi dan menagih janji membayar hutang beserta bunganya.
Banyak orang yang mencela pekerjaan Ibu Marcella, memang uang bisa cepat cair saat hendak meminjam pada Ibu Marcella. Namun saat harus membayarnya, para peminjam uang seperti tercekik untuk membayar bunganya. Jika tak sanggup membayar sesuai perjanjian, maka dua laki-laki berbadan kekar dan berkumis tebal itu akan memporak-porandakan seisi rumah si penghutang, tak jarang mengambil paksa barang-barang berharganya juga. Maka jelas saja orang-orang yang meminjam uang pada Ibu Marcella sering mendoakan agar Ibu Marcella terkena karma dari perbuatannya itu.
Suatu hari Ibu Marcella berkenalan dengan seorang laki-laki muda yang usianya terpaut 18 tahun lebih muda darinya. Laki-laki itu mengaku bernama Nio, dia meminjam uang berjumlah ratusan juta rupiah pada Ibu Marcella, alih-alih membayar hutang, Nio yang tampan dan rupawan malah mengaku jatuh cinta pada Ibu Marcella. Tentu saja Ibu Marcella yang menjanda bertahun-tahun juga jatuh cinta pada laki-laki muda itu.
Segala kebutuhan Nio di penuhi oleh Ibu Marcella, semakin hari Nio semakin rajin menguras uang Ibu Marcella. Tak hanya itu, Nio juga di berikan fasilitas mobil mewah dan bisa tinggal di rumah sultan Ibu Marcella, walau mereka belum resmi menikah.
Lova tak pernah menyetujui hubungan Mamanya dengan laki-laki itu. Berkali-kali Lova memperingati agar Ibu Marcella tak menjalin cinta dengan Nio, namun Ibu Marcella tak menghiraukan dan tetap di butakan cinta dan nafsu. Nio bisa memuaskan nafsu Ibu Marcella di ranjang, sebagai imbalannya Nio bisa mendapatkan apa saja yang dia mau dengan uang. Dan Lova selalu memandang dengki pada laki-laki yang mungkin lebih cocok jadi kakaknya itu daripada menjadi Ayah tirinya. Laki-laki yang selalu berisi sisa cabai di giginya saat tertawa, laki-laki yang tak pernah mengganti kaus kakinya sehingga serupa dengan bau terasi. Lova benar-benar benci padanya.
Sampai suatu hari, Nio kabur dengan membawa uang tunai ratusan juta rupiah yang ada di berangkas milik Ibu Marcella. Nio yang hobi berjudi, membuat dirinya mempunyai hutang ratusan miliar rupiah dan mengatas namakan Ibu Marcella sebagai pembayar hutangnya. Ibu Marcella mengalami syok berat, semua asetnya harus di sita untuk menutupi hutang laki-laki itu. Nio kabarnya sudah kabur keluar negeri, keberadaannya tak bisa di lacak. Dan hal yang paling di takuti oleh Lova pun terjadi, Ibu Marcella tiba-tiba di temukan tak bernyawa beberapa jam setelah rumahnya di sita. Menurut dokter, Ibu Marcella mengalami serangan jantung.
"Lova sudah sering kan bilang sama Mama, jangan percaya laki-laki itu! sekarang kenapa Mama tega ninggalin Lova sendirian, Ma?" Tangisan Lova pecah di samping makam Mamanya.
Dua laki-laki berbadan kekar dan berkumis tebal yang biasa menjadi kaki tangan Ibu Marcella juga ikut terisak menangis di samping Lova. Mereka masih tidak percaya kalau bos kesayangannya harus pergi secepat ini, padahal mereka berdua belum mendapat THR.
"Mbak Lova, sabar ya! Hikkk... Hikkk.." Kata Bejo, salah satu laki-laki berbadan kekar itu yang sudah menangis sesenggukan sedari tadi.
"Ibu, kenapa pergi secepat ini? Hikkk... Hikkk... Bagaimana THR kita, Bu?" Tangis Jarwo, laki-laki berbadan kekar satunya lagi. Dia sibuk menghapus ingus yang keluar dari hidungnya dengan tangannya.
Lova pun menoleh ke arah Jarwo, alisnya mengernyit, "THR?"
"Iya Mbak Lova, Ibu janji mau beri kita THR. Janjinya mau bayar ke kita akhir minggu ini, tapi Ibu ternyata duluan membayar janjinya ke Tuhan daripada ke kita!"
Dua laki-laki itu menangis lagi, apalagi mengingat kalau sekarang almarhum bosnya itu sudah tidak punya uang lagi.
"Kalian tahu siapa saja yang masih berhutang ke Mama?" Tanya Lova kemudian.
Bejo dan Jarwo menggelengkan kepalanya.
"Kami hanya bergerak sesuai perintah, Mbak! Kami tidak tahu siapa saja orang yang masih meminjam uang pada Ibu!" Ucap Bejo sambil menghapus air matanya yang bercampur dengan tanah kuburan.
"Ah, sial! Bisa gak sih Mama nanti malam muncul di mimpi Lova, terus kasih tahu daftar orang-orang yang masih ada hutang sama Mama?" Lova berbicara dengan tanah kubur Mamanya yang sudah berisi bunga warna-warni di atasnya. Selama ini Lova tidak pernah ikut campur dengan pekerjaan Mamanya, dia hanya sibuk sekolah. Catatan atau apapun yang menyangkut dunia rentenir Mamanya dia tak pernah paham, saat seperti ini benar-benar penyesalan saja yang tersisa.
"Lagipula, Ibu punya banyak musuh! Sepertinya orang-orang yang berhutang pasti jadi senang kalau tahu Ibu sudah meninggal, Mbak!" Ucap Bejo lagi.
Lova menyenderkan keningnya di batu nisan Mamanya. Jadi ini adalah buah karma dari perbuatan Mamanya yang menjadi rentenir. Kalau di jadikan sebuah sinetron judulnya akan seperti ini, azab dari janda kaya yang menjadi rentenir dan berkencan dengan laki-laki muda yang sudah menipunya sehingga membuat jatuh miskin dan terkena serangan jantung dan berakhir di tanah kubur.
Lova bingung harus bagaimana, dia tak pernah menyangka akan jatuh seperti ini. Pikirannya melayang, dan tiba-tiba teringat akan asuransi jiwa yang di miliki oleh Mamanya. Dia harus mengurus asuransi kematian Mamanya, dengan itu setidaknya Lova memiliki pegangan.
Lova bangkit dari keterpurukannya, syukurnya bukan bangkit dari kubur. Dia menepuk kedua bahu laki-laki yang bertugas sebagai kaki tangan Mamanya itu, sambil tersenyum dan memamerkan giginya, untungnya tidak berisi sisa cabai seperti Nio.
"Aku akan bayar THR kalian, jangan khawatir!" Ucap Lova dengan bangga. Perempuan 20 tahun dengan kacamata minus itu pun seperti memberi secercah harapan pada Bejo dan Jarwo. Tentu saja dua laki-laki itu pun ikut berdiri dan memeluk Lova serta mengangkat tubuh kecil Lova bagai barbel di tempat fitness.
"Terimakasih, Mbak! Kami janji akan selalu membantu saat Mbak Lova membutuhkan kami!" Ucap Jarwo sambil terharu, dan merasa ototnya semakin kekar setelah mengangkat badan Lova.
Lova pun tersenyum penuh semangat, dia kembali memandang batu nisan Mamanya.
"Ma, Lova gak mau berakhir seperti Mama! Lova tidak akan melanjutkan pekerjaan Mama sebagai rentenir, Lova berjanji akan menemukan laki-laki itu dan memberinya pelajaran, Ma! Dan sebagai gantinya Lova akan menjadi penipu seperti laki-laki yang sudah menipu Mama! Tapi dengan cara yang lebih aman."
***
Jun menahan rasa sakit akibat tamparan dari perempuan itu, sambil terus memegang pipinya, Jun pun mendelik kesal ke arah perempuan yang menamparnya."Jadi setelah bertahun-tahun hilang, kamu kembali dan malah melamar perempuan lain?" bentak Hana, perempuan yang menamparnya.Lova kaget akan hadirnya Hana yang tiba-tiba di sana, kenapa perempuan ini bisa ada di sini? pikir Lova terus dalam hati.Padahal sedari tadi Hana membuntuti Barna dan Lova. Ia ingin mencari tahu keberadaan Jun dengan membuntuti mereka, kagetnya Hana saat melihat ada sosok Jun yang tiba-tiba mendekati Lova. Lebih kaget lagi begitu melihat Jun mengeluarkan cincin berlian untuk Lova. Hana tak bisa terima, baginya tak ada perempuan lain yang bisa bersama Jun selain dirinya. Sekian tahun menunggu kabar dari Jun, betapa sakitnya saat melihat kejadian di hadapannya itu.Sementara Jun tak menjawab pertanyaan dari Hana, ia hanya diam tanpa suara. Kemudian malah memilih pergi meninggalkan Hana
Barna memperhatikan penampilan Lova dari atas sampai bawah, kepalanya menggeleng berkali-kali."Kenapa?" tanya Lova."Kenapa aku baru sadar kalau pakaian kamu terbuka? Pantas daritadi banyak mata laki-laki yang memperhatikan kamu," ucap Barna masih keheranan sendiri, padahal hari ini mau mencari para korban dari Jun, kalau pakaian Lova terbuka begini yang ada Lova lah yang menjadi korban mata laki-laki."Terbuka apanya sih, Bi? Bukannya kamu biasa lihat aku yang lebih terbuka dari ini? Lagian aku udah pakai ini daritadi, kenapa baru sadar sekarang sih?" jawab Lova dengan santai sambil memainkan kuku-kuku cantiknya.Barna menghela napas kasar, ia memang baru sadar kalau pakaian Lova cukup terbuka, mungkin gara-gara Barna terlalu sering melihat Lova dengan pakaian minim bahan jadi menurutnya biasa saja. Namun setelah sadar sedari tadi banyak mata laki-laki di tempat kumuh ini yang memperhatikan Lova, barulah Barna mulai memanas. Tak boleh ada laki-laki lain
Barna mendapatkan rekaman CCTV 3 tahun lalu di minimarket tersebut. Lova lah yang terus-terusan merayu Manager di minimarket itu agar mau membantu mereka mencari rekaman CCTV yang mereka mau.Namun rasanya kalau hanya ini saja tentu tak akan cukup menjerat Jun ke penjara. Mereka harus mendapatkan banyak bukti yang lainnya lagi.Barna mengajak Lova untuk bertemu dengan seseorang yang pernah menjadi korban dari Jun. Ia menuju ke sebuah daerah yang cukup kumuh, ada rumah susun yang bisa dikatakan kondisinya tidak begitu baik. Kotor, jorok, membuat Lova bergidik ngeri dan menempelkan badannya pada Barna."Ngapain sih tempel-tempel?" tanya Barna."A-aku jijik, Bi! Banyak tikusnya itu," Lova menunjuk kumpulan sampah yang tak jauh dari penglihatannya dan ada makhluk kecil berwarna hitam yang paling Lova takuti."Kan jauh, kalau jalan sambil nempel-nempel gini aku jadi gak konsentrasi," ucap Barna."Iiisshhh..." Lova mendesis kesal, kemudian menjauh
Lova terbangun dari tidurnya, kepalanya rasanya masih sangat pusing. Perlahan ia coba bangun dan masih di atas ranjang dalam posisi duduk, menguap dengan sangat lebar. Matanya lalu tak sengaja melihat ke arah bawah ranjangnya.Barna masih tertidur nyenyak, hanya saja ada pemandangan yang aneh. Mezi si kucing anggora juga ikut tertidur di sana bersama Barna, namun posisi Mezi tertidur itu membuat Lova bergidik ngeri.Seenaknya si Mezi tidur tepat di atas tongkat sakti milik Barna. Mana dia berkali-kali mengelus kepalanya di sana sambil sesekali membuka mata dan melirik ke arah Lova, lalu terpejam dan tidur lagi."Iiisshhhh, Mez! Kamu apa-apaan tidur di sana?" bentak Lova sambil kemudian turun dari ranjangnya dan perlahan mencoba mengangkat Mezi dari tempat terlarang itu."Kamu tahu aja ya tempat yang begitu!" bisik Lova yang kini sudah berhasil mengangkat Mezi dan menggendongnya. Lalu ia segera memasukkan Mezi ke kandangnya, Mezi terus-te
“Bi?” Lova kembali menggelengkan kepalanya, ia sangat takut kalau salah lihat lagi seperti tadi, apa laki-laki yang ada di dalam mobil ini memang benar Barna?Laki-laki itu segera keluar dari mobilnya kemudian memegang tangan Lova, “aku dari tadi khawatir, hp kamu gak bisa di hubungin! Kamu gak apa-apa, Lov?”“Kamu Barna kan? Barna yang asli?” Tanya Lova setengah tidak yakin karena selain pengaruh alkohol, tempat itu juga cukup gelap, hanya sedikit penerangan dari cahaya lampu apartemen.“Ya ampun, iya ini aku Barna! Mau siapa lagi?”Lova mendekatkan tubuhnya, berusaha meneliti lebih dekat lagi wajah laki-laki di hadapannya. Rupanya memang benar barna yang dia kenal. Lova pun langsung memeluk Barna, dia ketakutan sekali.“Aku takut, Bi! Tolong aku,” gumamnya lirih.“Takut? Kamu kenapa? Dia apain kamu?” Tanya Barna dengan nada suara yang mulai meninggi.Lova semaki
Jun memeluk tubuh Lova semakin erat, sambil satu tangannya berusaha masuk ke dalam baju kedodoran yang Lova pakai. Tangannya bermain di belakang punggung Lova sambil kemudian melepas pengait bra yang Lova pakai. Kini tangan Jun jadi lebih leluasa untuk bermain di kedua gundukan milik Lova, ia memainkan jarinya di kedua puncak gundukan itu sampai membuat Lova melenguh berkali-kali sambil tetap berciuman. Jun melepas ciumannya kemudian menggendong badan Lova dan membawanya ke dalam kamar yang di tempati oleh Lova tadi. Rasa gairah seakan telah menutupi mata Jun begitu melihat gadis cantik itu yang setengah sadar tak menolak perlakuan yang Jun berikan padanya. Rasanya malam ini akan dia habiskan untuk bersenang-senang dengan gadis cantik ini. Badan Lova terbaring di atas ranjang, dengan lembut Jun kembali mencium bibir Lova, memberi tekanan yang intens lalu menjalar turun ke lehernya, baju Lova sedikit tersingkap ke atas lalu Jun melanjutkan aksinya untuk
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments