Pov Arka
G*la, g*la, g*la, apa yang aku lakukan tadi pada Lita? Aku mengumpat kasar pada diriku beberapa kali, Lita pasti sekarang sedang berpikir kalau aku jahat padanya. Dia sahabatku, bagaimana bisa aku melakukan itu padanya. Aaarrrggh, aku menyugar rambutku dengan kasar. Sudahlah, mungkin aku hanya khawatir pada gadis itu karena tadi pingsan, dia sudah ku anggap seperti adikku sendiri. Sebelum memjamkan mata, ku kirim pesan singkat dulu karena sudah sampai di rumah, tak butuh waktu lama Lita langsung membalas pesanku. Aku sedikit lega karena Lita sepertinya tidak marah padaku.~~~Pov Author'Oh My God, tadi itu mimpi atau nyata sih, Arka mencium pipiku. Semoga tadi itu kenyataan dan cintaku disambut oleh Arka juga' batin Lita berseri-seri. Tiba-tiba ada notif pesan masuk di aplikasi berwarna hijau miliknya.Thing, from Arka.[Aku, udah sampai rumah Lit,, maaf ya soal kejadian tadi][It's oke Ar...]Lita mengklik tombol send, kemudian meletakkan gawai itu diatas nakas lagi.Hari sudah malam, Lita pun memilih untuk beristirahat agar tubuhnya kembali fit lagi, sebelum membaringkan tubuhnya di peraduan Lita menyimpan Bungan Edelweiss kering pemberian Arka itu dalam lemari kaca yang ada didalam kamarnya, dilemari itu juga ada beberapa bunga kering yang dikoleksinya seperti bunga Baby's Breath, bunga Pampas, bunga cotton flower, bunga Lagurus, bunga Mawar, bunga Chrysant dan masih banyak lagi jenisnya, tentu saja tidak ketinggalan cincin rumput liar pemberian dari sahabatnya Arka.Lita pun, membaringkan tubuhnya di ranjang, berharap mimpi indah akan menghampirinya. Malam berlalu begitu indah, mengikuti waktu yang berjalan begitu cepat.~~~Keesokan harinya di sekolahan"Hai Lit, loe udah baika? Ngelamunin apa loe pagi-pagi begini? Sapa Citra pada Lita yang sedang melamun pagi itu sebelum jam pelajaran dimulai."Ah iya cit, udah kok. By the way makasih ya kemarin udah jagain gue.""Sama-sama, loe jangan kebanyakan ngelamun napa Lit, kerasukan setan sableng baru tau rasa loe.""hahaha iya-iya, dasar bawel!"Lita memang masih tidak menyangka dengan kejadian tadi malam, pun Lita masih penasaran dengan sosok yang bernama Pak Aby itu. Bel masuk berbunyi cukup keras membuyarkan lamunannya Lita kembali."Selamat pagi anak-anak," suara Barito milik pak Aby terdengar yang diikuti langkahnya masuk ke dalam kelas."Selamat pagi pak guru." semua murid menjawab dengan kompak."Baik, sekarang kita akan mulai pelajaran yang sudah tertunda kemarin silahkan buka bab 1 buku modul Akuntansi kalian, saya akan menjelaskan materinya. Kemudian kerjakan tugas halaman 32-35."Semua murid membuka buku kejuruan milik masing-masing, setelahnya pak Aby menjelaskan tentang materi yang ada di buku itu secara mendetail. 4 jam pelajaran berlalu, bel istirahat pun berbunyi, bagi semua murid melalui 4 jam pelajaran dengan materi yang sama memang sedikit membosankan. Tapi itu sudah menjadi sebuah keharusan, karena itu pelajaran kejuruan yang memang dikhususkan untuk siswa agar bisa memiliki keahlian di bidang yang mereka pilih itu."Oke anak-anak, kumpulkan bukunya karena jam istirahat sudah tiba sampai berjumpa besok." Pak Aby mengakhiri jam pelajarannya. Semua murid berhamburan keluar setelah mengumpulkan tugas yang dikerjakan, terkecuali Lita yang memilih untuk tidur di dalam kelas karena kepala sedikit pening."Ayo Lit, kita cari makanan, laper gue.""Loe aja cit, gue disini aja deh, mau tidur.""Yaelah molor mulu loe, ya udah gue ke kantin dulu ya, baik-baik dah loe," Citra berdiri dari duduknya dan berlalu meninggalkan ruang kelas.Lita menyilangkan tanganya diatas meja kemudian membenamkan wajahnya. Baru dia akan memejamkan mata, suara barito milik pak Aby terasa mengganggunya."Kenapa tidak istirahat Lita? Apa kamu masih sakit?" tanya Pak Aby."Saya sedang istirahat Pak, kenapa Pak Aby masih disini?" Tanya Lita sedikit ketus."Membereskan ini, ayo bantu saya bawa buku ini ke ruangan saya.""Tapi saya masih sedikit pening Pak.""Ayolah, saya kesusahan membawanya, semalam kamu sudah minum obatnya kan, jadi sudah sembuhkan."Lita hanya mengangguk, dan mengambil buku milik teman-teman sekelasnya yang sudah tertumpuk rapi itu."Ayo cepat keburu, bel masuk nanti," sambung Pak Aby yang sudah melangkah keluar kelas.Lita pun mengekori Pak Aby dari belakang sembari membawa buku. Hanya butuh beberapa meter Lita sampai diruang wali kelasnya itu, setiap guru memang mempunyai ruangan sendiri-sendiri. Walaupun sekolahan itu tergolong masih baru berdiri beberapa tahun, tapi sekolahan itu cukup elite untuk kalangan orang-orang, apalagi fasilitas disekolah tersebut bisa dibilang lengkap seperti sekolahan yang sudah lama berdiri.Pak Aby sudah masuk kedalam ruang guru miliknya kemudian duduk dikursi kebanggaannya, pun Lita ikut masuk."Ditaruh dimana ini Pak?"tanya Lita yang masih membawa buku-buku itu."Letakan di meja sebelah sana saja, nanti setelah pulang. Kamu bantu saya mengoreksinya," Pak Aby menunjuk sebuah mejak dipojok kanan ruangan miliknya."Tapi Pak saya....""Nggak ada kata tapi, saya mau minta ganti rugi karena waktu saya terbuang kemarin untuk mengantarkan kamu pulang.""Hem baiklah Pak, itung-itung saya berterimakasih. Saya kembali ke kelas dulu Pak."Pak Aby hanya mengangguk sebagai tanda setuju.Lita kembali ke ruang kelas karena bel masuk sebentar lagi berbunyi. Sementara Citra yang sudah ada didalam kelas, celingak-celinguk kebingungan karena sahabatnya itu tidak ada. Sedangkan teman-teman satu kelasnya nampak berbisik-bisik melihat Lita yang berjalan dengan wajah yang ditekuk."Hei Lit, loe kenapa? Muka ditekuk kebawah gitu, cari duit jatuh ya Lit! Hahaha!" seru salah satu teman sekelas Lita sembari tertawa sementara teman-teman yang lain ikut tertawa juga."Lit, loe kenapa?" tanya Citra yang menghampiri Lita."Gue nggak apa-apa cit, ayo duduk sebentar lagi guru kimia datang.""Loe jangan bohong deh sama gue, gue udah kenal lama sama loe,, loe ada masalah?""Gue nggak apa-apa,, cuman masih pening kepala gue," sanggah Lita sambil memijit pelipisnya."Hem ya udah deh, barusan loe dari mana?" tanya Citra lagi yang masih belum puas dengan kejujuran Lita."Gue dari toilet cit," sahut Lita singkat.'Mana mungkin aku jujur sama kamu cit, yang ada kamu bar-bar sama Pak Aby. Bisa gawat urusannya nanti,' batin Lita.Citra pun hanya mendengus kesal pada sahabatnya itu. Citra walaupun suka bawel dan kepo pada sahabatnya itu, namun Citra hanya ingin sahabatnya baik-baik saja karena tentu saja dia sudah menyayangi Lita seperti saudaranya sendiri. Tak selang beberapa lama, guru kimia yang bernama Bu Rena masuk ke ruang kelas. Seorang guru yang terkenal sebagai salah satu guru killer disekolahan. Pelajaran pun dimulai, Bu Rena memberikan materi setelah acara berkenalan usai. Dan mengakhiri pelajaran sampai bel pulang sekolah berbunyi karena hari Jum'at sehingga pulang lebih awal."Pulang yuk Lit!" Ajak Citra pada Lita yang masih membereskan buku dan kawan-kawannya itu."Loe dulu aja cit, gue ada keperluan," tolak Lita dengan halus."Keperluan apaan Lit, kita kan anak baru di sini udah sok sibuk aja loe.""Gue mau ke kantin. Gue lapar, keperluan ngisi perut nih," sahut Lita sedikit berbohong sambil mengelus-elus perutnya."Ah loe yang bener aja, atau loe mau nemuin kak Rendra atau nunggu jemputan dari Arka?""Nggak dua-duanya, gue beneran lapar Cit.""Ya udah gue pulang dulu," Citra pun pulang terlebih dahulu."Daaa... Hati-hati loe dijalan!" Lita melambaikan tangannya yang dibalas anggukan oleh Citra.'Huufft, Untung Citra nggak mengintrogasiku lebih lama' batin Lita. Aku harus segera pergi menuju ke ruangan itu....Tempat baru, orang-orang baru dan negeri baru yang pertamakali Lita injak tanahnya tadi malam. Kemarin Lita benar-benar dijual kembali oleh Marco, laki-laki biadab yang hanya memikirkan tentang uang. Heiji, nama yang Lita pernah dengar saat masih berada di negara tercintanya Indonesia. Dan sekarang laki-laki berkulit putih dengan mata hazel berwarna biru terang serta pahatan wajah yang tegas itu tepat berada didepan Lita berdiri.Ken Heiji Nagawa, laki-laki berusia 28 tahun yang masih lajang itu membeli Lita dari Marco atas dasar untuk menjadikan Lita sebagai seorang pembantu di usaha gelapnya. Namun Heiji tidak menyangka akan langsung tertarik dengan Lita saat bertemu dengannya untuk pertama kali.Lita sendiri terpana dengan laki-laki asal Jepang itu, Lita tahu Heiji fasih berbahasa Indonesia. Jadi Lita tidak akan sulit untuk berkomunikasi dengan Heiji sekarang."Tuan, bisakah anda mengirim saya kembali ke Indonesia, kembali ke keluarga saya" pinta Lita pada Heiji yang ada didepanny
Lita dengan tenang duduk di dalam mobil mewah yang membawanya menuju bandara, ya bandara seperti yang Lita dengar tadi dari Marco sebelum berangkat. Sebenarnya untuk kabur saat ini bisa saja dengan nekat melompat dari dalam mobil, karena Lita tidak satu mobil dengan Marco. Tapi Lita tidak cukup nyali untuk melompat keluar karena mobil yang melaju cukup cepat jadi bisa dipastikan kalau dirinya bisa saja terlindas mobil lain yang melaju dari arah berlawanan dengan mobil itu. Lita memilih menggunakan rencana yang disusunnya tadi saat masih berada di hunian Laknat tadi, seperti itu Lita menyebut tempat tinggal para pekerja seks. flashback onSetelah selesai membersihkan diri Lita keluar dari dalam kamar mandi. Kemudian duduk di atas ranjang sempit itu. Lita memandang para laki-laki yang bertingkah seperti wanita itu satu persatu.Lita tahu itu menyalahi kodrat sang pencipta, namun Lita yakin bahwa orang-orang yang tengah sibuk mempersiapkan make up itu pasti memiliki alasan masing-masi
Sinar mentari tampak malu-malu menembus gorden berwarna coklat tua di kamar berukuran 3x3 meter itu. Namun mata gadis yang menempati kamar itu tidak kunjung bisa terlelap juga. Walaupun badannya sudah sangat terasa lelah, di situasi yang seperti dikandang harimau itu tak lantas membuat Lita bisa tenang.Dari semalam Lita mondar-mandir memikirkan bagaimana caranya agar bisa keluar dari hunian Laknat yang ditempatinya saat ini. Hingga lingkaran hitam dimatanya muncul dan mentari sudah tampak tak kunjung juga mendapatkan ide untuk kabur. "Ckckck, bagaimana aku bisa keluar dari sini. Terlalu banyak penjaganya" ucap Lita yang merasa sudah berada dititik frustasinya. Lita dari semalam melihat para penjaga yang mondar-mandir melakukan pengamanan diarea tersebut melalu kaca jendela di kamar itu. Bahkan Lita melihat wanita-wanita yang sepertinya berada dibawah tekanan bos Marco saat dibawa keluar dari hunian itu juga dilakukan penjagaan dengan ketat. Benar-benar seperti didalam kandang harim
Pak Aby hampir tengah malam sampai di rumah keluarga Lita, tapi dengan tangan kosong dirinya pulang. Herman dan Hastina yang menunggu dengan harap-harap cemas di depan rumahnya langsung berbinar saat melihat mobil Pak Aby masuk ke halaman rumah. Namun rasa senang itu seketika lepas tergantikan rasa sesak di dada saat melihat Pak Aby keluar dari dalam mobil sendirian. "Dimana Lita nak?" tanya Hastina lembut pada Pak Aby sembari celingukan kesana-kemari. "Iya dimana anakku?" Herman juga menodongkan pertanyaan yang sama pada Pak Aby. Pak Aby merasa sangat bersalah pada kedua orangtua Lita, "Maaf Tante, om." Seketika pertahanan Hastina runtuh begitu saja saat mendengar jawaban dari Pak Aby. Air matanya tidak dapat dibendung lagi. "Dimana kamu nak," lirih Hastina. "Tenanglah Bu, kita pasti akan menemukan Lita," ucap Herman menenangkan istrinya. Herman juga tidak kalah sedih dan marah. Emosinya bercampur menjadi satu. "Sialan Arka itu, berani sekali dia membohongi kita semua," ucap He
Hiruk pikuk orang-orang di pelabuhan mengangkut barang yang dinaikkan ke kapal tidak serta merta membuat Hadi takut membawa Lita menuju kapal yang sudah menunggunya sejak sore tadi. Hadi melipir menuju area terlarang di pelabuhan itu agar apa yang akan dilakukannya tidak diketahui oleh orang-orang. Setelah memberitahukan tujuanya kepada para penjaga, Hadi lolos untuk menuju kapal terlarang yang ada di pelabuhan paling ujung itu. Lita melihat bahwa bukan dirinya saja yang dibawa menuju kapal itu. Ada beberapa gadis seumurannya dan beberapa wanita berusia tiga puluhan yang ada disitu juga, tetapi mereka jauh lebih tenang, mereka juga dibawa menuju sisi dek yang berbeda dengan Lita. Gemerlap lampu-lampu suasana pelabuhan yang membius mata seakan menampakkan keindahan pinggiran pantai disisi Utara itu, namun itu tidak berlaku bagi Lita. Lita yang berjalan terseok-seok ditodong senjata oleh Hadi dari belakang membuat gadis yang akan merayakan ulang tahunnya sebentar lagi itu bergidik nge
Arka tersenyum penuh kemenangan saat kedua orang tua Lita mengijinkan dirinya untuk menemui Lita. Arka berjalan menuju ke kamar milik Lita, mengetuk pintu kamar yang terbuka itu dengan pelan.Tok TokTokLita yang mendengar ketukan pintu bangun dari tidurnya, mendudukkan dirinya di atas ranjang kemudian berkedip beberapa kali. Matanya membulat sempurna saat melihat sosok Arka berada diambang pintu.Dengan mata yang bengkak karena menangis terus-menerus membuat wajah Lita menjadi begitu berantakan namun tetap cantik. "Mau apa loe kesini Ar?" tanya Lita dengan nada lembut pada Arka, Lita masih berharap kalau Arka tidaklah serius dengan apa yang dikatakan padanya saat itu.Arka berjalan mendekat ke arah Lita duduk, berdiri didepannya kemudian berkata dengan nada serius, "Gue tidak pernah bercanda dengan apa yang gue katakan Ta."Lita tertawa sinis saat mendengar itu, "Jadi benar?""Buat apa loe kesini?" sambung Lita lagi bertanya pada Arka tentang tujuannya.Arka memegang tangan Lita de