“Kamu benar-benar mengijinkanku pulang?” tanya Nora.
Tian menghentikan sarapannya dan menyeruput kopinya, “ Iya, aku mengijinkanmu, aku bukan orang jahat Nora, kamu ingin bertemu dengan keluargamu, apakah ada alasan aku tak mengijinkanmu?” jawab Tian.
Nora tersenyum ragu, seharusnya dia senang mendapatkan ijin dari Tian, tapi mengapa hatinya merasa bersalah.
“Aku berangkat dulu, cobalah untuk tidak ribut dengan Almeera,” kata Tian.
Nora menghela napasnya, lalu mengiyakan perkataan Tian, “Bukankah seharusnya wanita itu juga menyiapkan sarapan untuk Tian, jam segini saja belum bangun,” batin Nora dalam hati.
Nora sudah satu jam berdiri di ruang lukisnya, tangannya menggenggam handphone seakan takut kehilangan, Nora mencoba menghubungi Tomi, namun dia tutup kembali, di hatinya seperti perang batin apakah dia harus p
“Apa? tidak usah mengantarmu?” kata Tian saat Nora menolak untuk di temani pulang ke kampung halamannya. “Lalu bagaimana bila ayah dan ibuku tahu kau pulang tidak bersamaku?” kata Tian lagi. “Aku benar-benar tidak apa-apa, lagi pula aku ingin lebih lama disana, sedangkan kamu tidak bisa meninggalkan pekerjaanmu disini,” jawab Nora. “Dan kamu tidak bisa meninggalkan aku sendiri terlalu lama disini,” suara Almeera yang tiba-tiba datang menghampiri mereka, dia langsung merangkul tangan Tian dan sengaja bersikap manja di depan Nora. “Aku tidak apa-apa pulang sendiri, aku sudah memesan travel, tidak usah mengantarku,” kata Nora sambil bersiap mendorong kopernya ke lantai bawah. “Bila aku tidak ikut tidak mengapa, tapi kenapa kamu memesan travel, kita punya supir?” tanya Tian, Nora yang mendengar perkataan Tian ha
Adeline menatap Tomi yang sedang menyeruput jus jeruk di tangannya, dia melihat ke arah toilet tempat Nora pergi tadi, wajah Adeline penuh tanda tanya meminta penjelasan dari Tomi. “Kenapa?” tanya Adeline pada Tomi. Tomi menoleh dan menatap Adeline, “Aku juga tidak tahu, hanya saja aku rasa dia wanita yang baik,” jawab Tomi. Adeline tertawa, “Apakah wanita baik hanya dia saja? Aku tidak bertanya mengapa kamu bisa menyukai Nora, tapi kenapa harus istri dari sahabatmu sendiri,” tanya Adeline. Tomi terdiam, dia hanya melihat ke depan sambil meminum jus jeruknya, “Dia tidak seperti yang kamu pikirkan Adeline,” kata Tomi. “Memang apa yang aku pikirkan?” tanya Adeline saambil melemparkan pandangannya kearah toilet, berharap Nora masih lama di dalam sana. “Dia tidak membalas perasaanku, lagi pula Tian tidak
Perjalanan selama empat jam ke Thailand membuat Nora dan Adeline mempunyai waktu yang cukup untuk menceritakan kisah mereka sendiri, Nora yang berniat pergi karena menghindari Tian dan Almeera serta Adeline yang akan pergi ke Paris dalam waktu yang lama meskipun tidak terlihat namun dirinya ingin menghabiskan waktu dengan Tomi untuk yang terkahir sebelum keberangkatannya ke Paris. “Jemputan sudah datang, kita akan langsung ke hotel untuk beristirahat,” kata Tomi. Nora, Adeline dan teman-teman yang lain mengiyakan, dan bergegas mengikuti Tomi. Tomi menyiapkan tiga mobil untuk mengantarkan mereka semua ke hotel, Tomi, Nora dan Adeline berada di mobil yang sama, dan yang lainnya berada di mobil berikutnya. “Sepertinya kalian sudah saling mengenal?” tanya Tomi pada Nora dan Adeline. Nora tersenyum tipis, “Adeline membantuku merasa nyaman,” kata Nora.
Nora terbaring di kamar hotelnya, pintu ke balkon kamar sengaja dia buka lebar-lebar, agar angin masuk dan menyapa dirinya, Nora memejamkan mata, “Sedang apa Tian disana?” batinnya dalam hati. Nora mendengar ponselnya berdering, dia membuka tasnya dan merogoh mencari ponselnya, satu pesan masuk dari Tian, “Bagaimana perjalanananmu?” kata Tian dalam pesan tersebut. Nora melihat jam di tangannya, perjalanan ke kampung halamannya lebih lama dari pada perjalanan dia ke sini, jadi kira-kira masih ada lima jam lagi untuk sampai ke kampung halamannya, “Aku baik-baik saja, hanya mengantuk,” jawab Nora membalas pesan dari Tian. “Tidurlah, seharusnya biarkan supir mengantarmu dari pada naik travel,” kata Tian lagi. “Tidak apa-apa, aku terbiasa seperti ini,” balas Nora. “Baiklah, hati-hati, dan kabari bila kau sudah sampai,”
Nora dan Adeline pergi ke pasar malam, tempat semua makanan di jual, mereka berkeliling namun entah mengapa tidak satupun yang mereka beli, masing-masing sibuk dengan isi pikirannya sendiri, Nora masih merasa pem bicaraan yangAdeline maksud tadi adalah dirinya, perasaannya sampai saat ini tidak begitu tenang. Adeline masih merasa kesal dengan Tomi, bahwa hotel yang sangat berarti baginya harus di bagi oleh orang lain, meskipun Adeline sudah mengatakan pada Tomi bahwa dia tidak mengharapkan cinta Tomi lagi, tapi ternyata dirinya masih memendam perasaan yang dulu. “Apa kau ingin membeli sesuatu?” kata Nora yang akhirnya membuka percakapan dengan Adeline. Adeline menoleh dan tersneyum tipis, “Aku masih melihat-lihat dulu, bila ada yang ingin kau beli tidak apa-apa aku akan menemani,” jawab Adeline. “Entahlah, aku tidak tahu makanan yang benar-benar enal, sepertinya semua makana
“Apa kau mencintainya?” Adeline mengulangi pertanyaannya kepada Nora. Nora hanya diam, dia tidak tahu jawaban apa yang harus dia berikan pada Adeline, Nora menatap Adeline, “Aku belum pernah mencintai seseorang selain Tian,” kata Nora pada Adeline. Adeline menundukan kepalanya, “Maaf aku sudah bertanya hal yang tidak-tidak, selamat beristirahat,” jawab Adeline singkat sambil tersenyum tipis. Nora mengangguk, lalu dia masuk ke dalam lift menuju kamarnya, sesampainya di kamar Nora meletakan barang belanjaannya di meja, lalu dia duduk dan menghela napasnya, “Saat ini aku memang belum mencintai Tomi, namun mengapa ciuman malam itu masih membayang di kepalaku,” batin Nora dalam hati. “Tring..tring,” Bunyi dering ponsel Nora membuyarkan lamunannya, dia mencari ponselnya yang dia letakan di dalam tas, nama Tian dengan jelas t
Nora, Tomi dan Adeline sampai di restoran tempat mereka akan makan malam bersama teman-teman yang lain, Nora sengaja memilih tempat duduk di samping Adeline untuk menghindari Tomi, sebenarnya dalam hati, Nora tidak ingin melakukan itu terhadap Tomi, tapi dia harus menjaga perasaan Adeline apalagi saat Nora tahu bahwa mereka berdua habis bertengkar. “Aku duduk di sebelahmu ya?” tanya Nora pada Adeline. Adeline mengangguk lalu tersenyum, tidak banyak kata-kata yang dia ucapkan mala mini. Makanan banyak yang tersaji di meja, namun Nora tidak berselera memakannya, dia melirik ke arah piring Adeline yang berisi salad, itu pun sama, mungkin Adeline hanya memakan dua suap salad di piringnya, lalu Nora mencoba melirik Tomi, itupun sama, makanan di piring Tomi pun hanya habis setengah, “Sepertinya mereka memang habis bertengkar hebat,” batin Nora. “Mengapa kau tak makan?” tanya
Jam 08.00 pagi Nora sudah siap menunggu di Lobby hotel, dia menunggu Dion yang berjanji menemaninya untuk jalan-jalan di Thailand, hitung-hitung menambah teman, lagi pula Nora memang dari awal ingin berlibur sendiri tanpa tergantung dengan Tomi. “Sudah lama menunggu?” tiba-tiba suara datang dari belakang Nora, Dion sudah berdiri menyapa Nora dengan senyum lebarnya. “Belum kok, saya juga baru lima menit yang lalu disini,” jawab Nora membalas senyuman Dion. “Oke, kita mau kemana hari ini, aku sudah menyuruh petugas hotel menyiapkan mobil untuk kita,” kata Dion. “Ehmm,” Nora berpikir keras sambil menggaruk dahinya, dia tidak tahu akan pergi kemana, ke luar negeri pun baru kali ini dia lakukan. “Aku tidak mengenal daerah disini,” kata Nora. “Baiklah, berarti kau memilih orang yang tepat untuk menemanimu jalan-jalan,&rdquo