Share

Bab 3

Author: Marwa Safira
Sambil mendengar suara air mengalir di kamar mandi, aku bergegas mengenakan pakaianku.

Untuk mencegah bagian tubuhku dari terlihat, aku memilih pakaian olahraga yang paling tertutup.

Saat Julian berjalan keluar dari kamar mandi ....

Wajahku memerah lagi. Dia bertelanjang dada dan hanya mengikatkan sebuah handuk putih dengan longgar di pinggangnya.

Rambutnya basah, tetesan air jatuh di pipinya yang tegas, tetesan air dari dadanya juga mengalir melalui otot tubuhnya yang jelas.

Aku menatapnya dengan terpana, hingga mendengar Julian tertawa dengan sinis.

Aku pun memalingkan wajahku dengan canggung.

Kemudian, aku merasakan hawa hangat dari belakang dan merasakan Julian mengembuskan napas hangat di telingaku. "Kalau sudah pulang, jangan berulah lagi, kamu harus patuh."

Dia seperti sedang membujuk seorang anak kecil.

Jantungku berdebar kencang. Tubuh ini menunjukkan rasa sukaku padanya dengan sangat jujur.

Aku menghindari napasnya dan berusaha untuk berkata dengan dingin, "Julian, aku hilang ingatan ...."

"Hah." Julian memeluk pinggangku dengan kedua tangannya dan menyentuh lingkar pinggangku yang ramping dengan santai.

Dia bertanya dengan suara yang terdengar malas dan lelah, "Luna, kamu nggak lelah, ya? Sudah kubilang, jangan berulah."

Entah mengapa, api amarah meluap dalam hatiku. Aku pun mendorongnya dengan kekuatan yang entah datang dari mana.

Aku berseru, "Berulah? Aku jatuh dari lantai dua dan harus masuk rumah sakit selama tiga hari. Tapi, kamu sama sekali nggak datang menjengukku!"

Julian menatapku dengan tenang dan bertanya, "Terus kenapa?"

Aku merasa kesal hingga aku ingin tertawa.

Bahkan jika aku sangat menyebalkan, aku setidaknya menyelamatkan perusahaannya Julian.

Hanya berdasarkan hal ini saja, Julian tetap harus pergi menjengukku di rumah sakit.

Namun, dia malah terlihat sangat tenang, seakan-akan aku adalah orang gila dengan gangguan mental.

Sambil melihat wajah yang sangat tampan di hadapanku ini, untuk pertama kalinya, aku merasa mual.

Aku melambaikan tanganku sambil berkata, "Nggak kenapa-kenapa. Julian, ayo bercerai."

Julian malah tertawa. "Luna, kamu masih saja belum menyerah, ya? Sudah kubilang, kita nggak akan bercerai. Kamu juga nggak perlu cemburu pada Chelsea, karena dia adalah dewi yang nggak akan bisa kamu tandingi seumur hidupmu."

Aku ingin muntah.

Aku mengernyit dengan kesal sambil berkata, "Julian, kamu nggak tuli, 'kan? Sudah kubilang, aku hilang ingatan, aku nggak mencintaimu lagi. Aku mau bercerai denganmu."

Aku menambahkan lagi, "Selain itu, aku nggak mengingat Chelsea. Jadi, sekarang, kita bukan bercerai karena dia."

Ekspresi Julian menjadi masam.

Dia meraih pergelangan tanganku dan menahanku di dinding.

Aku merasa kesakitan hingga mataku memerah.

Julian berada sangat dekat denganku, hingga napasnya yang panas menyembur di wajahku.

Wajahku pun kembali memerah.

Dadanya menempel denganku, tubuhnya yang tinggi dan kuat juga menahan tubuhku dengan erat.

Aku mencium aroma kayu yang samar-samar dari rambutnya dan juga aroma maskulin dari napasnya.

Tubuhku lagi-lagi mengkhianatiku. Tubuhku mulai bergetar dengan pelan, kakiku juga menjadi lemas.

Pikiran ingin mencium bibir Julian juga seketika muncul dalam benakku.

Julian tertawa lagi. Kali ini, dia mencium telingaku dengan lembut, membuat tubuhku bergetar layaknya tersetrum listrik.

"Luna, jangan kira aku akan marah kalau kamu bicara seperti itu. Kamu nggak mengingat Chelsea? Kalau begitu, selama dua tahun terakhir, kamu menghina dirinya dengan gila-gilaan di hadapanku setiap hari, bukankah artinya kamu sangat memedulikannya?" tanya Julian.

Aku menggertakkan gigiku sambil berseru, "Julian, lepaskan aku! Dasar nggak tahu malu!"

Julian menggigit telingaku dengan pelan, seakan-akan dia sedang menghukumku.

"Kenapa kamu mengenakan pakaian sejelek ini? Di mana kamu menyembunyikan pakaianmu yang biasanya? Seingatku, dulu kamu suka sekali mengenakan pakaian yang nggak pernah kulihat setelah aku mandi ... lalu merayuku dengan meniru gerakan yang kamu lihat di televisi," kata Julian.

Napasnya menjadi kasar. "Sudah tiga hari, Luna ...."

Aku merasa gugup, mulutku juga kering.

Dengan tubuhku yang sudah berusia 26 tahun, pikiranku sekarang masih berusia 18 tahun.

Aku sama sekali tidak tahu bahwa hubungan Julian dengan "aku" sudah seburuk ini, hingga dia bisa membicarakan hal itu dengan begitu terbuka.

Apakah akulah yang selalu mengambil inisiatif dalam bidang itu?

Gila, ya?!

Aku mendorong Julian dengan kuat, Julian yang sedang lengah pun hampir terjatuh.

Dia menatapku dengan tatapan gelap dan berkata, "Luna, kamu mendorongku? Kamu salah minum obat, ya?"

Aku tidak ingin berbicara dengan pria ini lagi.

Aku bergegas membuka pintu ruangan sambil berkata, "Aku mau makan di lantai bawah. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau."

...

Di lantai bawah, ada meja makan yang penuh akan makanan yang melimpah. Meskipun Julian pulang malam, mereka tetap memasak bagiannya.

Aku melihat makanan itu sekilas, tidak ada makanan yang aku sukai.

Setelah berpikir sejenak, aku menyadari bahwa makanan itu pasti makanan kesukaan Julian.

Huh, aku benar-benar sudah muak.

Aku duduk dan mulai makan. Setelah kelelahan untuk sangat lama, aku juga sudah lapar.

Saat aku sedang makan sendirian, Julian baru turun ke lantai bawah.

Setelah kejadian tadi, dia jelas-jelas marah.

Julian duduk sangat jauh dariku. Sambil mengambil nasi dan sup, dia sama sekali tidak melihat ke arahku.

Aku tentu saja lebih tidak ingin melihatnya.

Kami makan masing-masing, sehingga suasana di meja makan menjadi sangat tenang.

Julian tiba-tiba bertanya, "Bibi Wanti, kenapa nggak ada sup usus hari ini?"

Wanti adalah pembantu wanita paruh baya yang tadinya menyambut kepulanganku. Dia melirikku sekilas dan berkata dengan nada menyalahkan, "Hari ini, Nona Luna nggak memasaknya, jadi nggak ada sup usus. Pak Julian nggak bisa menyalahkan saya atas hal ini."

Aku mengernyit dan menatap pembantu bernama Wanti itu sambil bertanya, "Apa maksud Bibi Wanti? Memangnya memasak sup itu tugasku? Makanya kamu menyalahkanku?"

Julian meletakkan sendoknya dengan kuat di atas meja dengan ekspresi dingin dan bertanya, "Bukankah biasanya kamulah yang memasaknya? Bibi Wanti juga nggak bisa memasak sup usus."

Aku seketika tertawa dengan absurd.

Aku hanya meletakkan piringku dan menyeka mulutku dengan elegan, lalu berkata, "Pak Julian, ingatlah, aku hanya istrimu, bukan pembantumu. Kamu merasa nggak cukup dengan satu meja penuh akan makanan kesukaanmu, tapi masih menyuruhku untuk memasak sup untukmu?"

"Untuk apa? Memangnya aku berutang padamu?"

Julian mungkin tidak menyangka bahwa aku akan tiba-tiba mengucapkan kata-kata ini padanya.

Dia menatapku dengan tatapan terkejut dan juga kesal. "Luna, jangan berniat untuk membuatku jijik dengan sup yang aku sukai. Sebelumnya, kamu bersikeras untuk mempelajari cara memasaknya dari juru masak untuk memasakkannya untukku. Sekarang, kamu malah nggak bersedia untuk memasaknya. Apa maksudmu?"

"Kalau amarahmu belum reda, cerna saja sendiri. Jangan berulah di meja makan."

Aku tersenyum dengan dingin dan berkata, "Kamu masih belum mengerti maksud ucapanku, ya? Julian, aku nggak akan melayanimu lagi!"

Aku melemparkan serbet dan hendak naik ke lantai atas.

Aku benar-benar sudah muak dengan pria yang sombong dan egois ini.

Aku benar-benar tidak mengerti sebuta apa diriku sebelumnya, hingga aku bisa menyukai pria bajingan ini.

Julian sepertinya tidak menyangka bahwa aku akan bertindak seperti ini.

Dia seketika tercengang.

Sedangkan Wanti masih terus berkata, "Sebelumnya, Nona Luna selalu memasak makanan yang disukai Pak Julian secara pribadi, termasuk sup usus. Sekarang, Nona malah merajuk dan nggak mau melakukan apa yang seharusnya Nona lakukan. Sungguh terlalu ...."

Aku berusaha untuk menahan amarahku.

Pada saat ini, bel pintu berbunyi.

Aku pun melirik ke arah pintu.

Wanti sudah pergi membuka pintu.

Sebuah sosok yang elegan berjalan masuk.

Orang itu sangat cantik, dengan bentuk wajah yang jernih dan indah. Dia mengenakan sebuah gaun panjang berwarna biru muda, dengan sebuah kalung mutiara di lehernya yang putih dan mulus.

Dia memancarkan aura yang sangat baik sambil berjalan masuk dengan tenang.

Aku akui, seorang wanita sepertiku pun iri melihatnya.

Dia berjalan menghampiri Julian dan bertanya dengan lembut, "Julian, aku nggak mengganggu, 'kan?"

Ekspresi Julian yang tadinya masih sangat masam seketika menjadi lembut.

Dia mengambil barang dari tangan wanita itu dengan sangat alami dan bahkan mengambilkan sepasang sandal yang bersih untuk wanita itu dengan penuh perhatian.

Aku menyaksikan adegan ini dengan tatapan dingin, perasaanku sangat sinis.

Suamiku memelototiku karena aku tidak memasak sup usus kesukaannya, tetapi dia malah membungkukkan badannya dan memakaikan sandal untuk wanita cantik lainnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 100

    Dia memandang ke sekeliling jalanan yang gelap dengan ketakutan.Tadi, dia merasa ketakutan, sehingga dia sama sekali tidak menyadari bahwa Julian sudah mengemudi ke jalanan gunung yang berkelok-kelok.Tidak ada yang melewati jalan ini selama beberapa kilometer.Namun, Julian tetap berseru, "Turun!"Chelsea menangis dengan makin keras sambil berkata, "Julian, aku nggak bisa turun. Kalau kamu marah, kamu bisa memukulku dan memarahiku. Kenapa kamu harus membawaku ke sini dan menakut-nakutiku seperti ini? Huhuhu ...."Sambil mengucapkan kata-kata ini, dia mendekat pada Julian dan menarik Julian untuk memohon belas kasihan.Julian langsung mendorongnya dengan kasar, sehingga Chelsea menabrak jendela mobil.Chelsea mengerang dengan pelan, lalu terus menarik Julian tanpa memedulikan luka di kepalanya.Julian turun dari mobil, berjalan ke sisi penumpang dan membuka pintu mobil.Dengan ekspresi masam, dia menarik Chelsea untuk turun dari mobil.Chelsea ditarik hingga rambutnya berantakan. Dia

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 99

    Saat mereka pergi, mereka terlihat sangat memalukan.Jacob menggeleng sambil berkata, "Aih, dia nggak bisa menerima kekalahannya, ya."Carson juga membuang napas dan berkata, "Pacarnya si Julian sungguh keterlaluan."Chris berkata pada dua paman itu, "Sebenarnya, Pak Julian lumayan hebat, tapi dia mungkin agak kurang dalam hal perasaan."Jacob tertawa dan berkata, "Dia bahkan nggak bisa memahami hal sesederhana ini, bagaimana kita bisa mengharapkannya untuk melakukan hal besar?"Carson juga berkata, "Dulu, aku merasa bahwa Julian andal, berani dan pekerja keras. Sekarang, sepertinya dia kurang lihai, ya."Kedua bos besar itu saling bertatapan, lalu menggeleng secara bersamaan.Hatiku tergerak dan aku menatap Chris.Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Chris. Dia tetap terdengar seperti sedang membela Julian, tetapi ....Setelah apa yang terjadi, reputasi yang sudah Julian bangun di dunia bisnis sepertinya mulai goyah.Siapa yang paling pintar?Tiba-tiba, aku merasa bahwa Chris terl

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 98

    Julian mendengus dengan dingin dan menjawab, "Dari dulu, kamu selalu sangat cemburu padanya. Kamu selalu memfitnahnya, melukainya dan bahkan mengancamnya. Kamu sudah melakukan banyak sekali perbuatan jahat. Hari ini, kamu lagi-lagi mengulang trik yang sama."Aku sudah mati rasa, jadi aku berkata pada pelayan itu, "Periksa saja kamera pemantaunya. Rekamannya bisa membuktikan apa yang terjadi."Begitu aku mengucapkan kata-kata ini, ekspresi Julian berubah, sedangkan Chelsea tampak bersalah.Dia langsung melemparkan diri ke pelukan Julian dan berkata, "Julian, sudahlah. Aku hanya terluka ringan, mungkin Nona Luna nggak sengaja. Tangannya hanya tergelincir, dia bukan sengaja mau melukaiku."Kemudian, dia menatapku sambil bertanya, "Benarkah begitu, Nona Luna?"Dengan ekspresi datar, aku menjawab, "Bukan aku yang menentukan kebenarannya. Lagi pula, sebelum mencari tahu apa yang terjadi, Pak Julian sudah menganggap bahwa akulah yang melukaimu."Chelsea bergegas berkata pada Julian, "Julian,

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 97

    Di ruang istirahat, ada rangkaian bunga, alat musik dan bahkan permainan mahyong.Hal-hal ini adalah pelayanan untuk tamu wanita kelas atas. Aku pernah melihatnya, jadi aku memilih rangkaian bunga yang kusukai dan mulai merangkai bunga.Pada saat ini, Chelsea berjalan masuk dengan anggun.Wajahnya sudah merah, dia sepertinya sudah minum banyak saat makan malam.Aku hanya meliriknya sekilas dan melanjutkan merangkai bunga.Chelsea duduk di sampingku dan mengamatiku untuk sangat lama."Ada apa?" tanyaku padanya.Chelsea tersenyum sambil menjawab, "Nona Luna, kuakui, aku sudah meremehkanmu."Aku fokus memotong ranting bunga sambil berkata dengan cuek, "Nona Chelsea, kalau ada yang mau kamu katakan, katakan saja langsung."Chelsea membuang napas dan berkata padaku, "Nona Luna, bagaimana kalau aku membujuk Julian untuk memberimu uang satu triliun? Apakah kamu akan setuju untuk bercerai dengannya?"Aku mengangkat kepalaku untuk menatapnya.Chelsea menatapku dengan tatapan yang terlihat sungg

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 96

    Dia merasa bahwa aku lagi-lagi akan menindas Chelsea. Hanya saja, mengapa tadi dia tidak bersedia untuk mengungkapkan hubungan mereka?Sepertinya cedera otakku masih belum sembuh. Kalau tidak, mengapa aku sama sekali tidak memahami maksud pria-pria ini?Chelsea yang tidak bisa melakukan apa pun padaku pun langsung menghadap ke arah Chris.Suaranya tetap lembut, pria mana pun yang mendengarnya pasti akan mengasihaninya.Inilah kemampuan Chelsea, dia tidak tahu malu dan bisa menunjukkan kelemahannya setiap saat.Aku mendengarnya berkata pada Chris, "Pak Chris, sudah lama sekali saya mengagumi Anda. Hari ini, kita bertemu secara resmi. Tak saya sangka, Anda benar-benar lebih tampan dan keren daripada yang dikatakan orang-orang."Chris hanya mengiakan ucapannya dengan pelan.Chelsea pun melanjutkan ucapannya. "Pak Chris, Anda sudah sangat sukses di usia semuda ini. Saya benar-benar iri pada Nona Luna ... dia selalu mencari tipe pria seperti ini."Mendengar ucapan Chelsea, aku hampir menyem

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 95

    Aku seketika terdiam.Begitu pula dengan semua orang.Tempat ini tiba-tiba menjadi sangat sunyi.Aku melihat ekspresi Julian menjadi sangat masam, sama halnya dengan ekspresi Chelsea.Aku menarik lengan baju Chris dengan pelan.Chris tersenyum padaku sambil berkata, "Sudah, ayo duduk."Dia pun membawaku ke tempat duduk kami.Sedangkan Julian dan Chelsea hanya berdiri di tempat untuk sangat lama.Kali ini, Julian malah dipermalukan seperti ini. Sepertinya dia sedang meragukan apakah dia harus pergi saja atau tidak.Namun, hampir semua hadirin pesta ini adalah bos besar yang paling ternama di dunia bisnis. Jika Julian pergi begitu saja, pandangan semua orang tentang dirinya sepertinya akan berubah.Akhirnya, Julian membawa Chelsea ke meja mereka dengan ekspresi masam.Aku melihat Chelsea menatapku dengan tatapan yang sangat rumit, ada kecemburuan, dendam dan juga kebencian.Aku menurunkan tatapanku dan tidak lagi melihat mereka.Aku tidak mengerti mengapa Chris sengaja membawaku ke tempa

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 94

    "Perlakuan nggak adil yang dia terima di masa lalu adalah kesalahanku. Mulai sekarang, dia adalah pacarku dan akan menjadi istriku," kata Chris.Sekujur tubuhku bergetar, air mataku juga hendak mengalir dengan tidak terkendali.Aku berusaha keras untuk menahan air mataku, tetapi mataku tetap berkaca-kaca.Aku tidak bisa melihat ekspresi orang-orang dengan jelas, aku juga tidak ingin melihat wajah Julian yang gelap lagi.Aku hanya tahu bahwa Chris membelaku dan mendukungku di hadapan semua orang.Chris ingin menggunakan namanya untuk menghapus sejarahku yang memalukan.Dia ingin menarikku keluar dari lumpur yang kotor.Julian ingin memarahi Chris, tetapi dia ditahan oleh Chelsea.Chelsea berkata dengan lembut, "Selamat, Pak Chris! Selamat ... Nona Luna!"Wajahnya yang cantik menyembunyikan kecemburuan yang sangat samar.Dia berkata pada Julian yang berekspresi gelap, "Julian, lihatlah, Pak Chris begitu berani dalam mengejar cinta. Apakah kita ...."Julian tiba-tiba tertawa dengan sinis

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 93

    Aku berdiri dari bangku dan berjalan menghampiri Chris.Aku merasa gugup hingga telapak tanganku berkeringat dan jantungku berdebar kencang. Namun, aku tahu bahwa apa pun yang terjadi, aku harus tetap tenang.Kalau aku lepas kendali atas emosiku, aku bukan hanya akan mempermalukan diriku, tetapi juga akan merusak harga dirinya Chris.Saat Chris melihat Julian, dia mengangkat gelas di tangannya ke arah Julian dan tersenyum dengan ambigu.Kemudian, dia memanggilku dengan lembut. "Luna, sini."Ekspresi Julian yang tadinya masih biasa-biasa saja seketika menggelap. Dia pun menatapku dengan tatapan tidak percaya.Sedangkan aku juga kebetulan berjalan ke sisi Chris.Chris membiarkanku merangkul lengannya dan tersenyum sambil menatap Julian yang sedang terkejut.Chris berkata, "Luna, jangan khawatir."Aku menahan rasa takut dalam hatiku sambil menganggukkan kepalaku.Aku tentu saja merasa panik, tetapi dalam lubuk hatiku, aku memercayai Chris.Aku yakin dia tidak akan sengaja membiarkanku dip

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 92

    Di dalam sebuah ruangan pribadi yang sangat luas dan elegan, aku melihat beberapa wajah yang kukenal.Aku pernah melihat orang-orang ini ... di televisi!Otakku seketika berhenti berfungsi lagi. Untung saja, aku masih mengingat instruksi Chris. Aku memaksakan seulas senyuman yang canggung dan merangkul lengan Chris erat-erat.Orang-orang yang hadir di tempat ini tersenyum sambil melihat ke arah kami.Seseorang berkata, "Eh, ini pertama kalinya aku melihat Chris bawa pendamping. Chris, sini, biar Paman Jacob lihat.""Paman Jacob" mengenakan pakaian tradisional yang terlihat sangat rapi dan jelas-jelas merupakan buatan tangan.Chris membawaku menghampiri Jacob dan menyapa orang itu dengan sopan. "Apa kabar, Paman Jacob. Ini Luna Winston, pacarku."Dalam sekejap, ruangan ini menjadi sunyi senyap.Bahkan pelayan yang menyajikan minuman pun menoleh dengan terkejut.Tubuhku menjadi sangat kaku, sehingga aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.Mengapa ... mengapa Chris mempublikasikan hal in

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status