Mahyadin dengan tegang dan penasaran yang tinggi menatap kakek di depannya ini, pria tinggi tegap dengan body kokoh ini mulai mendengarkan Kakek Zainul bercerita…!
Pet Jan Terling adalah seorang perwira Belanda yang ditugaskan untuk melawan kaum pribumi yang memberontak. Pet Jan Terling yang berpangkat Kapten ini mengepalai 500 lebih pasukan Belanda.
Mereka sampai masuk ke pelosok-pelosok untuk mengejar perlawanan kaum pribumi yang menolak pendudukan Belanda saat itu.
Pet Jan Terling berubah total saat bentrok dengan perlawanan gigih kaum pejuang, dan bersama pasukannya dia terdesak dan sudah banyak anggota pasukan Pet Jan Terling yang terbunuh oleh senjata kaum pejuang.
Pet Jan Terling sendiri sudah menderita luka-luka ditubuhnya, sudah banyak pasukan Peter yang kabur meninggalkan pertempuran.
Agaknya dalam waktu yang tak terlalu lama lagi sisa pasukan Pet Jan Terling akan habis di bunuh para pejuang yang terus merangsek maju tanpa takut mati.
Akhirnya pasukan sisa yang bertahan terbunuh, ada sekitar 80 orang yang tewas, sisanya melarikan diri dan tertinggallah Pet Jan Terling yang terluka parah dan saat akan di tombak pasukan pejuang, ada seorang pejuang tua yang sangat di hormati, yakni Ki Janos, yang meminta agar Pet Jan Terling jangan di bunuh, tapi di tahan sebagai tawanan.
Pet Jan Terling di kurung di sebuah rumah di hutan dan dia diperlakukan dengan baik, luka-lukanya juga di rawat.
Yang membuat Pet Jan Terling melongo, Ki Janos yang memberikan perawatan dengan cara yang tak biasa, yakni mengusap-ngusap luka bekas tembakan dibadannya.
Badannya yang terkena peluru mengering dan lama kemudian malah sembuh. Ini sulit diterima akal sehatnya, yakni ada pengobatan yang baginya mirip sihir.
Setelah seminggu di tahanan dan menerima perlakuan baik dari para pejuang, penjagaan juga dikurangi, sehingga Pet Jan Terling bisa melihat bagaimana para pejuang yang makan seadanya dan terlihat akrab dan juga sangat setia satu dengan yang lain.
Pet Jan Terling yang sudah lama tinggal di Kalimantan karena bertugas, juga paham Bahasa Indonesia, bahkan Bahasa daerah, sehingga dia mengerti apa yang diomongkan semua pejuang ini. Intinya dia mulai mengerti, negerinya adalah penjajah dan para pejuang ini bukanlah pemberontak, mereka hanya ingin merdeka dan tak mau di belengu Belanda lagi.
Simpati Pet Jan Terling mulai timbul dan dia malah menyesali ada pribumi yang berkhianat dengan perjuangan mereka.
Pet Jan Terling ternyata memiliki istri dari kalangan pribumi di Banjarmasin, yang mulai dia sadari berperilaku tak baik, karena justru membela negara asal Pet Jan Terling, bukan membela negeri sendiri.
Salitin, wanita pribumi itu janda punya anak satu bernama Tungga yang sudah beranjak remaja, pernikahan sebelumnya dengan suami pertamanya, Pet Jan Terling sendiri saat ini berumur hampir 40 tahun.
Tungga ternyata ikut para pejuang dan tentu saja dia jarang menjenguk ibunya yang dianggapnya berkhianat kepada bangsa sendiri.
Setelah 3 bulan di tawan, kini Pet Jan Terling bukan lagi dianggap tawanan, tapi dia dianggap biasa saja.
Para pejuang pun tak lagi menyebut nama lengkap Pet Jan Terling, tapi mereka hanya memanggil Peter saja, Peter pun bisa bebas berkeliaran di sarang para pejuang di tengah hutan lebat Kalimantan ini.
Yang makin membuat Peter kecewa, pasukan Belanda tak pernah ada niat mencarinya, dia sudah dianggap gugur alias tewas di tangan pejuang, itu dia dengar dari pasukan pejuang yang sering turun ke desa dan kota memantau perkembangan dengan cara menyamar.
Peter diam-diam juga sering berdiskusi dengan Ki Janos tentang perjuangan mereka melawan pasukan Belanda, simpati yang timbul karena melihat aslinya para pejuang ini baik-baik dan ramah.
Lama-lama Peter mulai menyadari negerinya lah yang salah dan selama ini mencaplok negeri indah ini.
Saat akan menyerbu benteng pasukan Belanda dan berencana merampas senjata-senjata di benteng itu, tanpa disangka-sangka semua pejuang, Peter menawarkan diri ikut melawan pasukan negerinya sendiri.
Ki Janos lalu menyakinkan para pejuang, kalau niat Peter ini tulus dan dia sudah sadar kalau negerinya salah menjajah Indonesia.
Peter dan pemimpin pejuang lalu menyusun rencana, yakni para pejuang akan melepaskan Peter ke pasukan Belanda, lalu para pejuang akan menyerbu secara tiba-tiba, setelah Peter yang nantinya masuk ke benteng pasukan Belanda akan membokong dari belakang.
Semua setuju dengan rencana ini…!
Peter diserahkan dua pejuang ke pasukan Belanda yang tak sadar kalau mantan komandan ini diam-diam telah berkhianat dan memihak kaum pejuang.
Selama dua hari Peter di interogasi komandan nya Mayor Van Cook di benteng itu, dia ditanya macam-macam, terutama di mana sarang para pejuang itu.
Peter pun sengaja menyebut daerah-daerah para pejuang bersembunyi, Mayor Van Cook senang sekali dan dia memerintahkan 5 anak buahnya segera ke Kadipaten (kini Kabupaten) minta tambahan pasukan, karena Mayor Van Cook akan membasmi habis para pejuang itu yang dia sebut kaum ekstremis alias pemberontak.
“Jadi jumlah pasukan ekstremis itu hanya sekitar 300 orang…hemmm…cukup tambah 250 pasukan, habis para pemberontak itu!” kata Mayor Van Cook tertawa, ketika melihat wajah Kapten Pet Jan Terling alias Peter mengangguk.
Di benteng ini sendiri ada sekitar 350 orang pasukan Belanda asli, ditambah 200 orang pasukan pribumi yang disebut dengan Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger atau KNIL, pasukan yang diambil dari warga pribumi.
Sesuai rencana, Peter akan memberi tanda para pejuang yakni tengah malam saat para serdadu ini istirahat. Peter akan membakar gudang makanan dan saat itulah tanda agar para pejuang datang menyerbu.
Target awal adalah 3 hari…tapi sampai hari ke 5 belum juga ada tanda dari Peter, pasukan pejuang mulai gelisah dan menganggap Peter berbohong dan hanya siasat saja untuk kembali ke pasukannya.
Ki Janos tetap sabar dan minta para pejuang tidak gegabah dan harus percaya dengan Peter. Untung komandan pasukan yakni Farhan juga sabar, pria gagah perkasa yang di dapuk pemimpin para pejuang dengan pangkat Letnan ini sama dengan Ki Janos, yakni percaya dengan Peter.
Ki Janos sendiri sudah di anggap sebagai penasehat pasukan. Ki Janos sangat di segani karena memiliki ilmu-ilmu kanuragan yang sangat hebat, Ki Janos bahkan dikatakan bisa menghilang dan kebal senjata.
Hari ke enam, Ki Janos yang mempunyai batin kuat, ternyata berkomunikasi secara batin dengan Peter, Peter memberitahu malam ini pasukan pejuang diminta bersiap.
Tepat jam 12 malam, tiba-tiba benteng terlihat heboh, karena ada kebakaran di gudang yang berisi makanan. Saat pasukan terbangun dan sibuk memadamkan kebakaran itu, menyerbulah 300 an pasukan pejuang.
Suasana kacau balau, para pejuang yang rata-rata nekad ini menyerbu dengan ganas, semua pasukan Belanda yang belum siap benar-benar kocar-kacir, Mayor Van Cook bukan main marahnya mendapati pasukannya di serbu para pejuang.
Dengan senjata di tangannya, dia menembaki pejuang-pejuang yang mencoba mendekatinya, sudah ada dua pejuang yang tewas kena tembakannya.
Tapi tembakannya terhenti, saat sebuah peluru menembus dadanya dan dia makin mendelik dan kaget bukan main, karena yang menembaknya adalah Kapten Pet Jan Terling.
Letnan Farhan yang menyaksikan itu kini yakin, kalau Peter memang sudah menjadi bagian dari kaum pejuang.
Tewasnya Mayor Van Cook membuat pasukan Belanda kabur menyelamatkan diri, Letnan Farhan memerintahkan pasukannya jangan mengejar pasukan Belanda yang kabur, tapi fokus untuk mengambil senjata-senjata di Gudang amunisi.
Peter yang jadi petunjuknya ikut bersusah-payah angkut senjata-senjata milik pasukan Belanda.
Tak sampai 3 jam, pasukan Letnan Farhan langsung kabur dari benteng itu, 95 pasukan Belanda tewas, sisanya kabur menyelamatkan diri.
Pasukan pejuang yang tewas hanya 5 orang dan diangkat ramai-ramai kaum pejuang, ada sekitar 45 pejuang yang di tawan di benteng itu, semuanya di bebaskan pejuang dan diminta ikut bawa senjata yang baru di rampas, terutama yang badannya masih sehat dan kuat, sedangkan yang sakit dipapah tawanan pejuang yang masih sehat.
Penyerbuan yang menggegerkan itu terutama kabar pembelotan Peter sampai ke telingga Gubernur Jenderal Belanda di Banjarmasin, luar biasa murkanya sang Gubernur ini, dia sampai meminta 2.500 tambahan pasukan untuk membasmi komplotan Letnan Farhan yang kini di bantu Kapten Pet Jan Terling yang berkhianat.
Kapten Peter kini diminta Letnan Farhan melatih para pejuang menggunakan senjata api dan membidik dengan benar.
Di satu sisi, Peter juga mulai menyukai seorang gadis pribumi yang sering bertugas di dapur umum. Dia tak tahu, kalau salah satu tawanan pejuang yang dibebaskan dari benteng itu adalah anak tirinya, yang bernama Tungga.
Tungga kaget juga, suami ibunya ini malah ikut bergabung dengan pejuang, dia menjadi simpati dengan Peter dan blakan-blakan Tungga mengaku anak sambungnya dan ibunya Salitin, Peter pun juga tak menyangka bertemu Tungga, dan akhirnya ia malah sangat akrab dengan Tungga.
Secara diam-diam Tungga mengatakan ke Peter ada sebuah peta harta karun di benteng itu, yang diketahuinya saat dia jadi tawanan.
“Selain kamu, siapa lagi yang tahu soal peta itu!” tanya Peter ke Tungga,
“Bino dan Jabir…yang lain tak tahu!” sahut Tungga. Peter kemudian meminta Tungga memanggil Bino dan Jabir, akhirnya mereka berempat berunding bagaimana caranya kembali ke benteng itu.
“Saat ini pasti benteng itu jaga super ketat oleh pasukan Belanda, apalagi kamu sudah nyata-nyata berkhianat, kalau kita ke sana akan jadi masalah besar!” kata Tungga.
Peter, Bino dan Jabir manggut-manggut, mereka kini sama-sama terdiam memikirkan bagaimana caranya agar bisa masuk ke benteng itu.
“Kita terus cari akal bagaimana kembali ke benteng itu…sementara kita jangan cerita ke pejuang lain dulu!” kata Peter yang disambut ungkapan setuju Tungga, Bino dan Jabir.
*****
BERSAMBUNG
Sesuai saran Pet Jan Terling atau kini di panggil Peter oleh Tungga, Bino dan Jabir yang menyembunyikan rahasia besar ini ke pejuang lain. Mereka agaknya punya pikiran yang sama, peta harta yang tersimpan di benteng itu akan menjadi hak pribadi ke empatnya, kalau berhasil merebut peta dan menemukan hartanya.Peter yang ternyata ahli strategy, lalu menugaskan pada tiga anak muda ini agar terus memantau situasi di benteng tersebut.Agar tak dicurigai pejuang lain, Peter beralasan tugas tiga orang itu adalah melihat apakah Belanda akan menyerang balik markas mereka di hutan, sehingga Letnan Farhan tidak menaruh curiga, apalagi setiap saat ketiganya bergantian melaporkan situasi di sana.Apa yang dikhawatirkan para pejuang terjadi juga, sebulan setelah penyerbuan di benteng itu, pasukan Belanda yang berkuatan besar benar-benar menyerbu hutan yang menjadi markas para pejuang.Walaupun Peter sudah membantu dengan segala daya upaya mulai dari cara bertahan, menembak hingga cara menjebak musu
“Besok kita mulai bergerak…tetap waspada dan hati-hati…terlebih pakaian kita masih pakaian prajurit pasukan Belanda!” Peter tertawa sambil menatap baju-baju mereka, diikuti Tungga, Bino dan Jabir.Baju Peter yang semula berlumuran darah prajurit Belanda sudah dia cuci dan kering di badan. Mereka akhirnya melanjutkan pencarian, kali ini mereka tak pernah berpapasan dengan siapapun.Untungnya ke empatnya membawa parang dan senjata yang mereka panggul di bahu masing-masing, yang mereka ambil di benteng tersebut.Setelah hampir 15 harian berjalan kaki dan beberapa kali harus nyasar, akhirnya mereka sampai di sebuah gua yang sesuai dengan petunjuk peta itu.Mereka pun tak membuang waktu dan memasuki gua yang dingin dan gelap itu, Tungga, Bino dan Jabir membersihkan semak belukar yang lebat, sedangkan Peter melihat-lihat lagi peta itu.“Petunjuk di sini, nanti ada aliran air, lalu ikuti aliran itu nah sesampainya di ujung ada tanda, kita gali tanda itu…agaknya di sana di pendam harta-harta
Peter pun berjalan berhari-hari menuju di mana pasukan pejuang kocar-kacir, dia tak pernah menduga, kalau Tungga cs yang sudah bertemu para pasukan pejuang, manusia licik ini diam-diam mengatakan Peter telah kembali ke pasukan Belanda, dan berkhianat dengan para pejuang.Hanya dua orang yang tidak percaya kata-kata Tungga, yakni Ki Janos dan gadis yang diam-diam punya hubungan khusus dengan Peter.Di saat yang sama, terjadi perubahan besar-besaran, karena Indonesia kini mulai ditinggalkan pasukan Belanda, melalui Konprensi Meja Bundar 27 Desember 1949, Ratu Juliana mewakili pemerintahan Belanda dan Muhammad Hatta mewakili Indonesia, menyerahkan sepenuhnya daerah jajahannya ke Indonesia.Negeri inipun merdeka setelah 350 tahun dan 3,5 tahun di jajah Belanda serta Jepang. Indonesia pun merdeka sepenuhnya dari Belanda, para pejuang kembali turun gunung dan kembali ke desa masing-masing.Tungga, Bino dan Jabir juga kini bisa bernafas lega, mereka yang kini sudah memiliki masing-masing 2 b
Satu setengah tahun sebelumnya…!Setelah bolak balik tak karuan, pemuda inipun bangkit dari kasurnya dan duduk termenung.“Mimpi buruk lagi….!” pemuda ini mengangguk pada seorang wanita parobaya, lalu dia bangkit dari tidur malamnya dan permisi ke wanita yang juga ibu kandungnya ini.Acil Galuh, ibunya hanya menatap anak tunggalnya ini dengan hati bingung. Ini sudah yang ke 3 kalinya Mahyadin bermimpi bertemu seseorang yang mengaku leluhurnya di masalalu. Galuh yang kini berusia 47 tahun adalah janda yang sudah lama hidup bersama Mahyadin.Suaminya meninggal saat Mahyadin dalam kandungan, Mahyadin duduk termenung di teras rumah sederhana dan dia mengisap sebatang rokok untuk menenangkan pikirannya.Mimpi bertemu orang yang mengaku-ngaku kakeknya membuat dia tak bisa tidur lagi dan memejamkan mata.“Mahyadin…kamu harus membuat perhitungan dengan keturunan Tungga, Bino dan Jabir, mereka telah merampas harta dan membunuh kakek buyutmu,…kakek tak akan bisa tenang sebelum kamu balas dendam
“Hmmm…pernah liat ibu-ibu ngasih ASI ke bayi ga?” tanya Dini nge-balik ucapan Mahyadin.Mahyadin yang memang lugu ini menganggukan kepala.“Pingin ga…?” pancing Dini tertawa kecil.“Emank punya Ka Dini bisa ngeluarin ASI?” Mahyadin yang polos akhirnya terpancing juga.Dini akhirnya langsung tergelak mendengar ucapan apa adanya remaja ini.“Nanti…kalau kamu mau…hmmm…catat deh nomor telepon ka Dini yahhh!” Mahyadin yang tak paham soal ini dengan polosnya langsung mencatat nomor hape Dini.Tak lama kemudian wanita yang memiliki pantat agak lentik dan menggoda ini keluar ruangan, dan tak sampai 10 menitan sudah datang kembali dengan gelas berisi minuman teh manis hangat. Hanya berselang 15 menitan, pa Kadis yang ditunggu-tunggu masuk ke ruang tunggu dan melihat Dini sedang berbincang dengan seorang anak remaja berseragam SMU, dia bertanya ada keperluan apa kepada Mahyadin.Mahyadin pun menyampaikan maksud dan tujuannya serta menyerahkan surat undangan itu. Setelah berbasa-basi dengan ho
Ingat masa remajanya…Mahyadin hanya tersenyum, tapi dia tak menyesali apa yang sudah dia perbuat dengan Dini dan kini masih terus berlanjut, Mahyadin telah jatuh cinta dengan janda muda ini.Bagaimana dengan Wine…yang kini sedang merasa nyaman bersandar di punggungnya…?Tak terasa Mahyadin kini sampai di kampus dan Wine senang sekali bisa berboncengan dengan Mahyadin.“Nanti pulangnya barengan lagi yahh,” kata Wine. Mahyadin hanya mengangguk sambil tersenyum.Melihat senyum Mahyadin, Wine menahan kakinya dan menatap pria yang sangat menarik hatinya ini.“Kapan kamu ada waktu ke rumahku?” pancing Wine.“Nunggu kamu putus dengan pacar kamu!” sahut Mahyadin cepat, Wine langsung tertawa dan berbisik emank pria saja yang bisa punya banyak pacar, wanita juga bisa.“Dasarrrr…uda ahhh yuks masuk kelas, bentar lagi perkuliahan di mulai!” kata Mahyadin sambil merapikan
Mahyadin bingung apa yang dia hadapi saat ini. Dibilang bertemu hantu, tapi kaki orang misterius itu menapak tanah, dibilang manusia, kenapa bisa menghilang tanpa ia ketahui…!Mahyadin yang merasa ngeri sendiri kemudian masuk lagi ke dalam rumah, lama baru bisa memejamkan mata, jelang tengah malam baru dia bisa tertidur disamping kekasihnya.Saat dia dan Dini untuk kesekian kalinya bercinta pada paginya, Dini sampai jengkel karena Mahyadin sudah hampir 1,5 jam lebih tak klimaks-klimaks juga, sampai perih punya dia dan menatap wajah kekasih mudanya yang seakan tak menikmati percintaan mereka.Dini lalu turun dari tubuh Mahyadin dan menatap cemburu wajah pria yang makin dewasa dan semakin tampan ini, terlebih kini brewoknya mulai tumbuh di kedua pipinya.“Kamu lagi mikir siapa…pacar baru yaa!” tegur Dini sambil menarik wajah Mahyadin dan menatapnya tak senang, karena cemburu.Mahyadin tersenyum dan menatap wajah kekasihnya i
Pria tua ini tersenyum lalu dia mendekati pemuda yang dia panggil Radin ini, lalu mengusap pelan wajah pemuda ini sambil mulutnya komat-kamit, seperti merapalkan bacaan ajian tertentu.Setelah mengusapnya perlahan, pria ini menekan dada Mahyadin dan antara sadar dan tidak, Mahyadin seakan menerima hawa panas yang menjalari tubuhnya.Dalam tidurnya, Mahyadin seakan bermimpi dan melihat ada 3 orang dengan wajah beringas sedang berjalan menuju gubuk tempat mereka.Sampai di halaman gubuk itu, pria itu berkacak pinggang dan berteriak.“Pet Jan Terling, hari ini juga kamu harus menyerahkan kitab itu, kalau kamu menolak, nyawa kamu taruhannya!” teriak pria ini, dia sudah menghunus goloknya yang tajam.Pria yang dipanggil Pet Jan Terling ini keluar dari gubuk itu, wajahnya tersenyum menatap siapa yang datang dan berteriak itu, dia terlihat sangat tenang dan tak ada ketakutan dari wajahnya, dia menatap 3 pria yang kini semuanya menghunus golok