Share

Chapter 5

Cerita Richi

Tit tot

Tit tot

Getar suara pesan W******p menyembul dari saku celananya. Ada pesan dari Rissa.

"Cep, tolong ke kosan Rissa sekarang ya. Rissa pesen bakso 2 bungkus. Laper nih." Senyum Cecep mengembang seketika.

Cecep yang berada di Klinik Ibu dan Anak segera memesan Bakso Mercon di kantin RSUD Gading Cempaka yang hanya berjarak 15 menit.

"Pas banget jam selesai visit, lanjut ngelayanin si Ayang Rissa." Lirih Dokter Richi yang sudah sebulan kembali bekerja menjalankan profesi aslinya sebagai dokter.

"Jujur saya lelah berpura-pura seperti ini." Lirih  Richi lagi.

***

Padang

Lelaki itu berdiri di depan pancuran taman kampus yang airnya bertingkat-tingkat. Ia menatap universitas swasta besar di Padang, Sumatera Barat. Wajahnya penuh haru. Ia masih mengenang ayahnya saat susah.

"Apak keliling jualan minyak dulu ya, Nak." Dikecupnya kening Richi dan berpamitan ketika hari masih sangat pagi. Amak tersenyum melepas Apak yang masih setia mencari nafkah demi secumpuk padi gabah.

Apak pun memunggungi Richi kecil.

Lelaki itu kembali meneteskan air mata ketika terngiang Apak berhenti menjual minyak karena tak banyak untung. Apak dan Amak kini pergi ke pantai. Menyusuri bibir pantai bersama anak kecil semata wayang itu. Richi merengek ingin pulang, sedangkan Apak sibuk mencari ide berjualan di bibir pantai itu. Selang beberapa hari, Apak kembali ke bibir pantai dan pulang pada petang membawa garam. Setelah setahun menjual garam, kehidupan ekonomi keluarga kami cukup meningkat karena Apak mencoba mengekspor garam kami.

Lelaki tadi duduk di pinggir kolam pancuran itu. Menatap butir-butir air yang berlenggak-lenggok di dalam kolam itu. Satu dua orang mahasiswa kedokteran umum melewatinya. 

Setelah berhasil mengekspor garam, Apak dan Amak mencoba menyusun proposal untuk membangun sebuah sekolah Taman Kanak-kanak dan SD. Barulah mereka membangun universitas. Dimulai dari membangun jurusan kedokteran gigi. Amak bercerita, pada awalnya sangat susah. Bahkan universitas negeri di Padang saja belum membuka jurusan kedokteran gigi. Tapi Apak dan Amak tetap berjalan. Meminjam sana-sini, membuat proposal sana-sini, dan berhasillah mereka. Setelah membangun jurusan kedokteran gigi, Apak dan Amak membangun jurusan Ekonomi, barulah jurusan kedokteran umum. Tak disangka semua instansi pendidikan yang dibangun Amak dan Apak sangat terkenal dan banyak diminati.

Lelaki itu akhirnya berjalan memunggungi kolam pancuran tadi. Dialah Richi, anak lelaki semata wayang Pak Sutan Syahrial.

***

RSUD Gading Cempaka

Richi membeli bakso mercon pada Mak Siti yang diakuinya sebagai emaknya. Mak Siti memang memiliki anak laki-laki, tetapi sedang berada di Jepang menjadi TKI terampil. Permintaan Richi menjadi Cecep dikabulkan Mak Siti asalkan membayar upeti. Cecep bilang maksimal setahun saja hidup begini karena sedang memata-matai calon istri yang dijodohkan untuknya dari Apaknya. Mak Siti mengangguk senang.

"Mana mungkin Mak menolak permintaan Nak Richi yang seganteng dan sebaik ini." Kata Mak Siti suatu kali. Richi bahagia mendengar bahwa permintaannya dikabulkan Mak Siti.

"Mak, bakso merconnya dua ya." Pinta Cecep.

"Oke Den Bagus." Jawab Mak Siti.

"Mak, panggil Cecep aja." Kata Cecep.

"Iya Cep. Ini baksonya." Mak Siti memberikan sebungkus bakso yang telah dimasukkan ke dalam kantong plastik kresek putih kepada Cecep.

"Makasih, Mak." Kata Cecep langsung pergi menaiki motornya.

Cecep pun tiba di depan kosan Dokter Rissa. Kosannya lumayan bagus. Kosan ini hanya memiliki lima kamar dan setiap kamar ukurannya besar-besar. Penghuni lima kamar semuanya gadis-gadis yang berprofesi sebagai wanita karier. Jadi mereka hanya berjumpa bila tidak bekerja, sedangkan jadwal bekerja mereka berbeda-beda. Jadi, kosan ini memang sering tampak sepi. Ini baru kali kedua Cecep mengantar pesanan Bakso Mercon delivery untuk dr. Rissa.

Cecep menelepon dr. Rissa via W******p. Rissa yang masih duduk di kursi malasnya mencari hijabnya yang ditemukan di atas ranjang. Ia pun segera keluar kamar dan membuka pagar yang tidak digembok.

"Masuk aja Cep." Kata dokter cantik itu merayu. Digandengnya tangan Cecep yang menenteng bakso masih hangat. Cecep yang digandeng jadi panas dingin. Ia hanya menurut saja. Biasanya Rissa hanya mengambil bakso, lantas Cecep bisa langsung pergi. Tapi kali ini tidak. Pesan W******p Rissa meminta Cecep untuk bertandang sebentar mendengarkan keluh kesah Rissa. Cecep hanya mengiyakan. Cecep yang masih berdiri di beranda depan, diajak Rissa masuk kamarnya.

Cecep memandangi seluruh isi kamar. Lengkap semua di kamar ini. AC, tivi, kulkas, kamar mandi, ranjang, lemari buku, dan sofa. 

"Kamarnya bagus ya, Neng Dokter." Kata Cecep.

"Biasa aja, Cep." Jawab Rissa.

Lalu ia melihat Rissa membuka hijabnya, lalu membuka outer hitamnya, tinggallah tubuh molek itu hanya dibalut kain tipis berwarna pink salem dan berhasil membuka auratnya, lengan dan paha putih mulusnya. 

"Betapa menawannya wanita pilihan Apak." Kata Cecep dalam hati. Birahinya sedikit terpancing, tetapi Cecep masih normal, ia tahu agama. 

"Sebaiknya aku pulang saja." Batin Cecep.

"Neng Dokter, apa ada yang bisa Cecep bantu lagi?" Tanya Cecep kemudian. Memastikan Rissa sudah dilayani dengan baik sebagai kostumer bakso mercon.

"Gak ada, Cep." Rissa menuangkan baksonya ke dalam mangkok dan mengajak Cecep makan berdua di sofa pink itu. Manis sekali. Seandainya Cecep suami Rissa, pasti Rissa langsung diterkam.

"Kalau gak ada lagi, sebaiknya Cecep pulang saja ya, Neng Dokted. Gak enak cuma ada kita berdua di kamar ini. Yang ketiganya setan mah." Kata Cecep lagi.

Rissa pun mencoba menarik Cecep. Tapi Cecep tak tahan dipegang Rissa begitu. Ada yang naik dari bawah celananya. Cecep langsung kabur menaiki motornya.

***

Richi menelepon Apaknya, meminta untuk segera melamar Rissa pada papinya. Apak kebingungan karena tiba-tiba saja Richi ingin pernikahannya dipercepat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status