Beranda / Urban / Cinta Di Ujung Botol / Pengorbanan Kayla dan Juga Damien

Share

Pengorbanan Kayla dan Juga Damien

Penulis: Grafz23
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-02 07:50:55

Rio menempelkan punggungnya ke dinding, menarik napas cepat. Dari saku dalam jaketnya, ia mengeluarkan potongan chip yang pernah diselipkan Damien.

"Kalau ini gagal... habis aku."

Ia menancapkan chip ke panel pintu. Beberapa detik kemudian—klik!—lampu hijau menyala dan pintu terbuka.

Tanpa pikir panjang, Rio menyelinap masuk ke lorong sempit bawah tanah. Gelap. Lembab. Bau karat dan darah bercampur jadi satu. Di belakang, teriakan terdengar semakin dekat:

"Cepat! Dia lewat jalur drainase! Jangan biarkan dia keluar hidup-hidup!"

Rio mengerang pelan saat kakinya tergores kawat berduri. Tapi ia terus melaju. Di ujung lorong, ia menemukan tangga besi yang mengarah ke atas. Saat ia mulai memanjat, suara tembakan kembali menggema.

DOR! DOR!

Satu peluru nyaris menyasar betisnya. Rio melompat ke atas, membuka tutup besi dengan sekuat tenaga.

Viktor langsung menarik tubuh Rio dari balik lorong hingga ia terjatuh ke lantai. Rentetan peluru menyusul dari belakang saat Viktor bergegas menutup pin
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Cinta Di Ujung Botol   Permainan Di Velmora

    Layar di belakang Zaria pecah dihantam peluru yang dilepaskan Rio. Sebuah goresan tipis melintang di pipi Zaria, darah segar mengalir perlahan. Tapi dia tidak bergeming—justru tersenyum samar.“Amarahmu... itulah yang seharusnya membawamu ke tahta Damien.” ucap Zaria pelan, lalu melangkah keluar dengan dagu terangkat. Di balik langkahnya yang mantap, dia tahu: Rio akhirnya bangkit dari keterpurukan.Sera mengikuti dari belakang, langkahnya cepat. “Apa kau yakin dia akan melawan? Bukan menyerah lagi seperti sebelumnya?”Zaria menoleh separuh, senyumnya melebar sedikit. “Kau lihat sendiri tadi, Sera. Matanya... bukan mata anak hilang lagi. Itu mata seseorang yang siap membakar kota demi jawaban. Jika dia bisa melepaskan semua amarahnya—Damien muda akan terlihat seperti api unggun

  • Cinta Di Ujung Botol   Konfrontasi Zaria

    Alinda segera menghubungi Sera dan Matilda. Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah hotel kecil di luar zona pengawasan Granavell—cukup dekat dengan gedung walikota untuk memantau pergerakan tentara pemerintah, tapi cukup tersembunyi untuk membicarakan rencana yang melibatkan nyawa.“Tanpa Rio, semuanya terasa timpang,” ucap Alinda membuka percakapan, wajahnya lelah namun sorot matanya tajam. Ia lalu menceritakan pertemuannya dengan Dewan Bayangan Velmora—lembaga rahasia yang masih memegang kendali atas dunia bawah, meski publik mengira mereka telah punah.“Sebelas fraksi sudah menyatakan dukungan. Masih belum cukup?” tanya Sera, tercengang oleh fakta bahwa dukungan politik belum juga mengukuhkan posisi Rio.“Mereka bilang... akan membawa seseorang baru yang memperkuat posisi Rand

  • Cinta Di Ujung Botol   Strategi Rahasia Alinda

    Alinda menatap layar itu penuh kalkulasi."Jadi kita jalankan 'Protokol yang di isyaratkan Damien? Tapi... Rio belum menyetujui."Sera menoleh dengan tatapan tajam. "Rio tidak perlu tahu. Belum. Ini bukan tentang dia. Ini tentang menjaga singgasana agar tak dihancurkan musuh yang bahkan tak terlihat di peta."Ia menekan tombol di tablet. Titik-titik merah mulai bermunculan: kedutaan rahasia, agen ganda, senat bayangan, gudang senjata. "Damien sudah menyiapkan semuanya. Yang perlu kita lakukan sekarang, hanya satu—bakar ulang struktur lama, dan bangun sistem loyalis. Kita akan paksa Velmora mencintai pemimpinnya, bahkan saat dia sedang hancur."Alinda menggenggam koper lebih erat."Dan jika Randu—"

  • Cinta Di Ujung Botol   Mental Break Rio

    Ledakan-ledakan itu masih terngiang di telinga Rio, meski semuanya telah berlalu. Dunia di sekitarnya seperti membeku. Bau besi terbakar, asap hitam, dan suara-suara jeritan samar masih menghantui benaknya.Dia duduk terpaku di lantai ruang kendali Arca Vault—sendirian.Neya membawa Viktor yang tak sadarkan diri keluar lebih dulu, meninggalkan Rio dalam kehampaan.Tangan Rio masih gemetar. Matanya merah. Tubuhnya bersandar lemah ke dinding.Ia sudah kehilangan segalanya.Damien—Sang Mentor yang keras kepala dan penuh strategi.Kayla—perempuan yang ia cintai namun ia curigai sampai akhir.Keduanya... pergi dalam ledakan yang seharusnya tak pernah terjadi.

  • Cinta Di Ujung Botol   Pengorbanan Kayla dan Juga Damien

    Rio menempelkan punggungnya ke dinding, menarik napas cepat. Dari saku dalam jaketnya, ia mengeluarkan potongan chip yang pernah diselipkan Damien."Kalau ini gagal... habis aku."Ia menancapkan chip ke panel pintu. Beberapa detik kemudian—klik!—lampu hijau menyala dan pintu terbuka.Tanpa pikir panjang, Rio menyelinap masuk ke lorong sempit bawah tanah. Gelap. Lembab. Bau karat dan darah bercampur jadi satu. Di belakang, teriakan terdengar semakin dekat:"Cepat! Dia lewat jalur drainase! Jangan biarkan dia keluar hidup-hidup!"Rio mengerang pelan saat kakinya tergores kawat berduri. Tapi ia terus melaju. Di ujung lorong, ia menemukan tangga besi yang mengarah ke atas. Saat ia mulai memanjat, suara tembakan kembali menggema.DOR! DOR!Satu peluru nyaris menyasar betisnya. Rio melompat ke atas, membuka tutup besi dengan sekuat tenaga.Viktor langsung menarik tubuh Rio dari balik lorong hingga ia terjatuh ke lantai. Rentetan peluru menyusul dari belakang saat Viktor bergegas menutup pin

  • Cinta Di Ujung Botol   Konfrontasi Besar

    Malam itu, Damien langsung mengerahkan beberapa orang kepercayaannya untuk menyusup ke fraksi-fraksi kecil yang mulai jenuh dengan tekanan dan janji palsu dari Randu.“Bawa file ini. Kirim langsung ke pemimpin mereka secara pribadi,” ucap Damien sambil menyerahkan sebuah flashdisk kecil kepada para petingginya. Matanya tajam, seolah tahu persis bahwa satu gerakan kecil bisa mengubah jalannya perang.Di sisi lain, Jordan melangkah masuk dengan wajah muram. “Maaf, Tuan Damien... Saya gagal mengamankan Tuan Lucifer dalam perjalanan ke pulau. Kami dicegat oleh orang-orang Randu. Mereka berhasil menculiknya, dan sampai sekarang kami masih mencari jejaknya,” ujarnya pelan, menundukkan kepala dalam penyesalan—atau mungkin... pengkhianatan.Damien tidak tampak terkejut. Ia hanya menepuk bahu Jordan dengan tenang.“Jangan terlalu menyesali, Jordan,” bisiknya, lalu menyunggingkan senyum tipis yang dingin. “Aku tahu sejak awal... Lucifer hanya pura-pura pingsan.”Jordan membeku. Tatapannya kak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status