Home / Urban / Cinta Di Ujung Botol / Sistem Baru Di Karnosa

Share

Sistem Baru Di Karnosa

Author: Grafz23
last update Last Updated: 2025-05-24 08:59:41

Abe menghubungi seluruh pasukan di hadapan Zaria.

Suaranya tegas, tanpa ragu. “Gabung di perbatasan Distrik K. Pukul tiga pagi. Bawa semua aliansi kita.”

Zaria hanya tersenyum tipis, lalu melangkah pergi bersama Cole menuju Distrik K.

Pagi hari.

Asap mengepul tinggi dari gerbang Distrik K.

Rio berdiri di atas truk, wajahnya mengeras. Situasi tak sama seperti kemarin.

“Aku mencium bau pengkhianatan,” gumam Kayla dari sampingnya.

Tiba-tiba—BRUUUMMM!

Sebuah motor besar melesat, nyaris menghantam mereka, membuat Rio dan Kayla terpental ke belakang.

“Bajingan!” seru Senno, melompat turun dari truk, siaga.

Sera turun dari motor, berjalan santai ke arah mereka. “Aku lihat Zaria tadi malam sedang bersama pasukan pemberontak.”

“Sudah kuduga… ada yang membocorkan rencana kita,” Kayla menggertakkan gigi.

Dari kedua sisi jalan, bayangan bergerak. Ratusan orang bermunculan, mengangkat senjata.

Satu dipimpin oleh Cole, yang lain oleh Zaria dan Abe.

“Kau pikir aku akan biarkan kau bangun sistem baru
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Di Ujung Botol   Pelarian Lucifer

    Lucifer langsung berbalik, mengacungkan senjata ke arah Damien. Matanya merah menyala, penuh amarah."Kau memang tak pernah bisa dipercaya!" desisnya."Aku tahu kau hanya ingin menjadikan Rio mesin pembunuh,” balas Damien sambil menarik senjatanya dari balik jas. “Tapi aku punya rencana lain—aku ingin dia menjadi kaisar. Pemilik dinastiku. Bukan boneka pemerintah sepertimu.”Damien mengokang senjatanya. Tangannya siap menarik pelatuk.“CUKUP!” teriak Rio, memutus ketegangan. Ia mengarahkan senjatanya ke Damien, lalu ke Lucifer, matanya liar, penuh luka dan kebingungan.“Semua orang hanya tahu mengkhianati... Dan tak satu pun dari kalian bisa memanfaatkan aku!” ucapnya dengan suara bergetar.Perlahan, ujung moncong pistolnya beralih ke lehernya sendiri. Jari telunjuknya menyentuh pelatuk.“Kita lihat siapa yang benar-benar menang.”Tapi sebelum peluru lepas, Sera menerjang dan menarik lengannya ke atas. Peluru menembus langit-langit.“Tidak ada waktu untuk drama!” bentak Sera. “Kalian

  • Cinta Di Ujung Botol   Pengkhianatan Fraksi Lucifer

    Dentuman keras menghantam pintu. Kobaran api menyembur liar, menghantam udara, membuat mereka semua terhempas ke lantai. Serombongan pria bersenjata lengkap menerobos masuk—rompi tempur, senapan otomatis, dan penutup kepala menandakan mereka bukan sekadar pasukan biasa."Bawa pria itu," ujar salah satu dari mereka, bertubuh tegap, menunjuk ke arah Rio. "Habisi sisanya." Tunjukannya mengarah pada Alinda, Sera, dan Neya.Pandangan Rio berkabut, tubuhnya lemas. Dua tentara menarik lengannya kasar, menyeretnya keluar lorong rahasia. Alinda dan Sera masih tak sadarkan diri, pistol menempel di pelipis mereka. Rio berusaha fokus, menahan tubuhnya agar tidak diseret."Diam, atau kutembak!" gertak salah satu prajurit.Tapi Rio bergerak cepat. Kaki kirinya menghantam belakang lutut si penyeret, membuat tubuh besar itu roboh. Dalam waktu bersamaan, Rio menendang rusuk musuh di kanan, lalu menyeruduknya dengan kepala.Dengan cekatan, ia merampas pistol dari pinggang prajurit, lalu menembak ra

  • Cinta Di Ujung Botol   Kesedihan Neya

    Mata Neya terbelalak. Suara Lucifer masih menggema di telinganya. Dingin menyergap kulitnya—dan baru saat itu ia sadar, tubuhnya dan Rio sama-sama telanjang.“Apa yang—”Belum sempat Neya menyelesaikan kalimatnya, Rio langsung menarik tubuhnya, memeluk erat, berpura-pura tertidur. Gerak cepat itu semata-mata untuk menenangkan situasi dan menyamarkan kebenaran di hadapan Lucifer.“Bersihkan diri kalian. Kita bicara di bawah.” Suara Lucifer terdengar dari ambang pintu. “Jangan sampai Damien mencium keringat kalian.” Lalu langkah beratnya menjauh.Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Rio."Bangsat kau, Rio!" desis Neya.Rio meraih pergelang

  • Cinta Di Ujung Botol   Pertarungan Neya dan Sera

    Ketukan itu berhenti. Pintu terbuka perlahan dan muncullah Sera. Ia melongok masuk dengan raut gelisah, lalu menutup pintu kembali tanpa suara.“Kau belum tidur Rio,” ucapnya pelan, menatap Rio yang kini duduk di ujung ranjang.Rio menghela napas lega, separuh karena bukan penjaga yang masuk, separuh karena Sera datang sendiri.“Apa yang kau lakukan malam-malam begini?” tanyanya.Sera menatap Rio tajam, lalu matanya bergerak cepat menyapu ruangan. “Kau tidak sendirian, kan?”Dari balik lemari, Alinda menyembul pelan. Sera menghela napas panjang. Bukannya terkejut, ia justru berjalan perlahan ke arah mereka. “Jadi kabar itu benar. Kau sudah mulai curiga dengan Damien dan Lucifer.”

  • Cinta Di Ujung Botol   Rencana Konfrontasi Damien

    Sera menatap Rio dalam-dalam, suaranya pelan namun sarat makna. "Mungkin... semua itu memang akan terjadi—kalau saja waktu itu kau tidak menarikku dari jalur peluru anak buah Morena."Rio menarik napas panjang. Di kepalanya, perang terbuka di Velmora makin mendekat. Setiap informasi yang ia terima hanya memperkuat satu hal: Randu hampir menguasai semua faksi di dua kota besar. Velmora tinggal tunggu waktu.Ketegangan di antara mereka buyar sejenak ketika Neya masuk ke ruangan, mengenakan gaun tipis yang menggantung anggun di pundaknya. Tapi ekspresinya bukan anggun—melainkan tajam."Rupanya... hubungan kalian lebih dari sekadar saudara angkat," ucap Neya dingin, tatapannya menusuk ke arah Rio dan Sera.Rio menoleh pelan. Tapi justru hal lain yang menarik perhatiannya: luka di bahu Neya, identik dengan miliknya.

  • Cinta Di Ujung Botol   Masa Lalu Rio

    Pagi hari.Rio terbangun di atas kasur empuk dalam sebuah ruangan luas dengan interior mewah. Lampu kristal menggantung di langit-langit, cahaya matahari mengintip dari sela tirai tebal. Saat ia memutar kepala, pandangannya jatuh pada sebuah foto besar di dinding—dirinya saat kecil, tersenyum bersama seorang wanita berambut pirang.“Inggrid.”Suara itu datang dari ambang pintu. Lucifer berdiri di sana, mengenakan kemeja putih bersih, tatapannya kosong ke arah foto.“Dia satu-satunya alasan aku masih hidup sampai sekarang,” katanya pelan, lalu melangkah mendekat. “Tapi aku juga harus kehilanganmu, Rio.” Matanya tak lepas dari potret mendiang istrinya.Rio mengerang saat mencoba bangkit. Nyeri m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status