Home / Urban / Cinta Di Ujung Botol / Darah Di Karpet Merah

Share

Darah Di Karpet Merah

Author: Grafz23
last update Last Updated: 2025-05-24 08:59:35

00:13 – Bunker Rahasia, Gunung Jareth

Satu layar LED besar memantulkan cahaya merah pada wajah seorang pria yang duduk tenang di kursi logam.

Lucifer.

Di depannya, rekaman wajah Damien dan Rio sedang bicara di atas atap GGH diputar ulang.

Ia menyandarkan tubuh. Bibirnya menekan senyum samar.

"Damien mulai bergerak, dan bocah itu mengikuti."

Suara di interkom terdengar:

“Tuan, Randu baru saja mengirimkan sinyal ‘kode merah’.”

Lucifer tak langsung menjawab. Matanya menatap kosong ke layar.

"Sepertinya dia ingin bermain-main denganku," ucapnya dingin.

"Dan biarkan Rio merasa dia sedang membangun kerajaan. Karena saat ia sampai di takhta…"

Ia berdiri perlahan. Menatap peta besar yang bertuliskan:

KARNOSA — DOMINION POINTS

"...aku akan membuat Randu dan Rio menyesali perbuatannya."

08:44 – Distrik Selatan, Pasar Venzio, Karnosa

Langkah-langkah tentara bayaran berpakaian sipil menyusuri pasar. Satu per satu, kios-kios yang biasa membayar “uang perlindungan” kini dihampiri—bukan untuk dipa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Di Ujung Botol   Serangan Balik Randu

    MALAM HARI – MENARA VIREO, PUSAT KOTA VELMORAAngin malam menusuk tajam. Tim Damien — Rio, Kayla, Viktor, dan Myra — bersembunyi di balik bayang-bayang gedung tinggi. Di kejauhan, Menara Vireo berdiri menjulang, penuh penjagaan dan radar sinyal.“Menara itu bukan cuma pusat sistem... itu jantung dari seluruh kota,” gumam Viktor.Damien berbicara melalui earpiece dari markas: “Tim Alpha, kalian punya waktu 11 menit sebelum firewall backup menyala otomatis. Masuk lewat jalur utilitas bawah tanah.”RUANGAN RAHASIA VIREORandu berdiri memandangi deretan layar. Sebuah notifikasi merah menyala:“Unauthorized Access Detected – Channel A16.”Dia tersenyum tipis. “Akhirnya kau datang juga, Damien.”Ia mengambil tablet, menggesek layar—dan memulai protokol "BLACK SNARE", sistem brutal yang dirancang untuk memutus akses siapapun ke Vireo dengan cara merusak sistem dari dalam.“Kau ingin jantung kota ini, Damien,” gumam Randu, “maka kau harus menari di atas puingnya.”RUANG SERVER – DALAM MENARA

  • Cinta Di Ujung Botol   Serangan Pertama Ke Markas Randu

    Neya terdiam, mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan Rio. Tapi keheningan itu tak berlangsung lama—puluhan kendaraan memasuki wilayah pelabuhan dengan suara raungan mesin yang memecah malam. Di barisan depan, tampak Myra dan Kayla di balik kaca mobil, bersenjata lengkap. Di belakang mereka, Sera dan Alinda ikut turun dengan langkah tegas.Rio segera menarik tangan Neya. “Ayo, kita temui mereka.”“Sayang!” seru Kayla begitu melihat Rio. Ia berlari mendekat dan memeluknya erat, seolah memastikan bahwa Rio benar-benar selamat.Raut wajah Myra tegang saat ia menunjukkan sebuah perangkat tablet kepada Damien. “Randu telah menemukan chip itu. Dia berhasil menjinakkan sistem yang kau buat,” ucapnya sambil menampilkan barisan kode yang telah meretas dan menghancurkan protokol Vireo asli.Damien menatap layar itu dalam diam, rahangnya mengeras. “Itu berarti mereka akan segera menuju Granavelle.”Tanpa membuang waktu, mereka semua bersiap bergerak ke Granavelle. Sementara itu, Melsa—atas

  • Cinta Di Ujung Botol   Pelarian Lucifer

    Lucifer langsung berbalik, mengacungkan senjata ke arah Damien. Matanya merah menyala, penuh amarah."Kau memang tak pernah bisa dipercaya!" desisnya."Aku tahu kau hanya ingin menjadikan Rio mesin pembunuh,” balas Damien sambil menarik senjatanya dari balik jas. “Tapi aku punya rencana lain—aku ingin dia menjadi kaisar. Pemilik dinastiku. Bukan boneka pemerintah sepertimu.”Damien mengokang senjatanya. Tangannya siap menarik pelatuk.“CUKUP!” teriak Rio, memutus ketegangan. Ia mengarahkan senjatanya ke Damien, lalu ke Lucifer, matanya liar, penuh luka dan kebingungan.“Semua orang hanya tahu mengkhianati... Dan tak satu pun dari kalian bisa memanfaatkan aku!” ucapnya dengan suara bergetar.Perlahan, ujung moncong pistolnya beralih ke lehernya sendiri. Jari telunjuknya menyentuh pelatuk.“Kita lihat siapa yang benar-benar menang.”Tapi sebelum peluru lepas, Sera menerjang dan menarik lengannya ke atas. Peluru menembus langit-langit.“Tidak ada waktu untuk drama!” bentak Sera. “Kalian

  • Cinta Di Ujung Botol   Pengkhianatan Fraksi Lucifer

    Dentuman keras menghantam pintu. Kobaran api menyembur liar, menghantam udara, membuat mereka semua terhempas ke lantai. Serombongan pria bersenjata lengkap menerobos masuk—rompi tempur, senapan otomatis, dan penutup kepala menandakan mereka bukan sekadar pasukan biasa."Bawa pria itu," ujar salah satu dari mereka, bertubuh tegap, menunjuk ke arah Rio. "Habisi sisanya." Tunjukannya mengarah pada Alinda, Sera, dan Neya.Pandangan Rio berkabut, tubuhnya lemas. Dua tentara menarik lengannya kasar, menyeretnya keluar lorong rahasia. Alinda dan Sera masih tak sadarkan diri, pistol menempel di pelipis mereka. Rio berusaha fokus, menahan tubuhnya agar tidak diseret."Diam, atau kutembak!" gertak salah satu prajurit.Tapi Rio bergerak cepat. Kaki kirinya menghantam belakang lutut si penyeret, membuat tubuh besar itu roboh. Dalam waktu bersamaan, Rio menendang rusuk musuh di kanan, lalu menyeruduknya dengan kepala.Dengan cekatan, ia merampas pistol dari pinggang prajurit, lalu menembak ra

  • Cinta Di Ujung Botol   Kesedihan Neya

    Mata Neya terbelalak. Suara Lucifer masih menggema di telinganya. Dingin menyergap kulitnya—dan baru saat itu ia sadar, tubuhnya dan Rio sama-sama telanjang.“Apa yang—”Belum sempat Neya menyelesaikan kalimatnya, Rio langsung menarik tubuhnya, memeluk erat, berpura-pura tertidur. Gerak cepat itu semata-mata untuk menenangkan situasi dan menyamarkan kebenaran di hadapan Lucifer.“Bersihkan diri kalian. Kita bicara di bawah.” Suara Lucifer terdengar dari ambang pintu. “Jangan sampai Damien mencium keringat kalian.” Lalu langkah beratnya menjauh.Plak! Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Rio."Bangsat kau, Rio!" desis Neya.Rio meraih pergelang

  • Cinta Di Ujung Botol   Pertarungan Neya dan Sera

    Ketukan itu berhenti. Pintu terbuka perlahan dan muncullah Sera. Ia melongok masuk dengan raut gelisah, lalu menutup pintu kembali tanpa suara.“Kau belum tidur Rio,” ucapnya pelan, menatap Rio yang kini duduk di ujung ranjang.Rio menghela napas lega, separuh karena bukan penjaga yang masuk, separuh karena Sera datang sendiri.“Apa yang kau lakukan malam-malam begini?” tanyanya.Sera menatap Rio tajam, lalu matanya bergerak cepat menyapu ruangan. “Kau tidak sendirian, kan?”Dari balik lemari, Alinda menyembul pelan. Sera menghela napas panjang. Bukannya terkejut, ia justru berjalan perlahan ke arah mereka. “Jadi kabar itu benar. Kau sudah mulai curiga dengan Damien dan Lucifer.”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status