Davindra diam-diam mengikuti mobil yang membawa Kirana. Perempuan itu baru saja pulang dari bertemu dengan teman-temannya. Davindra pun terkejut melihat ke mana mobil itu membawa Kirana.
"Mansion Allaric," gumam Davindra. "Jadi, selama ini mereka telah tinggal bersama." Davindra kembali melajukan mobilnya dan meninggalkan mansion Allaric.
Sementara di kediamannya, Kirana yang baru saja tiba langsung saja menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Kamu sudah pulang?" tanya Kirana, saat melihat Allaric yang telah berada di kamar.
Allaric hanya mengangguk pelan. Kirana pun berlalu meninggalkannya dan berjalan menuju lemari. Saat Kirana selesai memakai pakaiannya, ia terkejut melihat Allaric yang telah kembali tampil rapi.
"Kamu akan pergi?" tanya Kirana.
"Aku akan bertemu klien," jawab Allaric.
"Apa Alan akan ikut bersamamu?" Kirana mendekat dan membantunya memasang dasi.
"Tidak! Alan sedang ke luar kota," jawabnya tersenyum.
Telah beberapa minggu ini, Allaric menghabiskan waktu di luar. Ia pulang saat Kirana telah tertidur dan pergi saat Kirana terbangun. Semula Kirana tidak mempermasalahkan semuanya, hingga pada akhirnya ia pun mulai mempertanyakan kelanjutan hubungannya dengan Allaric.Kirana tahu, Allaric orang yang sibuk. Namun, ia juga butuh kejelasan tentang hubungan mereka, saat ini Allaric bersikap tidak peduli dan tidak menganggap kehadirannya di mansionnya. Kirana menghubungi Alan dan mengatakan kalau ia ingin berbicara pada Allaric. Alan mengiyakan dan mencoba mengatur waktunya. Seperti biasa, Alan akan mengatakan kalau Boss nya sangat sibuk."Wanitamu ingin bicara padamu," cetus Alan, saat di kantor."Wanitaku? Siapa dan yang mana?" tanya Allaric santai."Kirana," jawab Alan.Allaric menghentikan kegiatannya, ia menutup map dan meletakkannya di atas meja."Mau bicara apa dia?" tanya Alan."Aku tidak tau," timpal Alan."Baiklah, aku akan
Kirana meninggalkan hotel dengan perasaan hancur. Ia tidak menyangka, jika selama ini ia di bohongi habis-habisan oleh pria yang ia cintai. Ia juga telah menyerahkan seluruh hidupnya untuk laki-laki yang sama sekali tidak pernah menganggapnya ada.Setibanya di mansion, Kirana langsung masuk ke kamarnya. Kirana pun memutuskan untuk membereskan barang-barangnya dan pergi dari sana."Mau ke mana kamu?" terdengat suara bariton yang mencegah langkahnya."Aku akan pergi dan kembali ke rumahku," jawab Kirana tanpa menoleh."Tidak! Kau tidak boleh meninggalkan rumah ini," tegas Allaric."Siapa kau berani menahanku?" tanya Kirana dengan suara lantang."Tidak peduli siapa aku? Yang pastinya, kau adalah milikku. Jadi, hanya aku yang berhak memutuskan," tegas Allaric."Aku milik diriku sendiri, bukan milikmu atau siapapun. Aku yang menentukan hidupku, bukan kau atau siapapun," hardik Kirana."Itu menurutmu. Tapi bagiku, aku yang memegang k
Allaric sedang menghadiri rapat direksi, ia hanya diam dan tidak terlalu mengikuti jalannya rapat. Pikirannya terus saja pada Kirana, sejak kejadian malam itu Kirana seolah tidak memperdulikannya. Semua terlihat bingung dan bertanya-tanya dengan perubahan sikap Allaric hari ini.Ia terlihat tidak fokus dengan semua yang di sampaikan para peserta rapat yang hadir saat ini. Hingga selesai dan mereka meninggalkan ruangan, Allaric masih terlihat termenung."Tuan," ucap Alan, menyadarkan Allaric dari lamunannya."Ada apa?" tanya Allaric, yang baru sadar jika saat ini hanya tinggal ia dan Alan yang masih berada di ruangan."Rapatnya sudah selesai," ucap Alan."Benarkah?" tanya Allaric.Alan mengangguk pelan."Anda tidak apa-apa?" tanya Alan."Aku? Memangnya aku kenapa?" Allaric balik bertanya."Saya perhatikan sedari
Allaric dan Kirana tiba di restoran. Pelayan mendekati mereka, dengan tersenyum ramah."Selamat malam," sapa pelayan ramah."Selamat malam," jawab Kirana membalas senyum."Apa menu spesial restoran kalian?" tanya Allaric.Pelayan itu pun memberikan daftar menu dan menjelaskan menu spesial restoran mereka. Kirana juga meminta rekomendasi makanan yang lezat tapi tidak membuat tubuhnya gemuk. Dengan senang hati, pelayan itu menjawab semua pertanyaan Kirana dengan ramah.Kirana segera memesan makanan yang dia inginkan. Allaric menutup dan memberikan buku menunya pada sang pelayan, setelah memesan makanan."Kau terlihat senang sekali?" kata Allaric.Kirana hanya mengering malas, ia kembali diam dan mencoba menikmati suasana restoran. Allaric terlihat kesal dengan sikap cuek yang ditunjukkan Kirana padanya. Tidak lama kemudian, pesanan mereka pun datang dan keduanya mulai menikmati makan malam.Kirana pamit undur diri untuk pergi ke kama
"Pria itu sudah hampir satu Minggu di sini," lapor Alan.Allaric meletakkan berkas yang ada di tangannya."Jangan biarkan dia masuk ke dalam kehidupanku. Aku tidak mau, kalau sampai dia mendekati Kirana," ucap Allaric.Alan mengangguk paham. Ia pun segera meninggalkan ruangan dan melanjutkan pekerjaannya.Allaric melipat tangannya, ia menerawang dan kembali mengingat kejadian dua puluh tahun yang lalu. Dimana ibunya yang sakit-sakitan, harus bekerja keras untuk hidup mereka. Hingga pada akhirnya, wanita yang telah melahirkannya itu meninggal.Namun, sebelum ia menghembuskan napasnya, ia sempat memberi Allaric sepucuk surat yang ditujukan untuk seseorang bernama Alfaro Wiguna. Setelah pemakaman ibunya, Allaric segera mencari orang yang bernama Alfaro Wiguna dan memberikan pesan terakhir ibunya.Sekali lagi, Allaric di kejutkan oleh kenyataan yang tidak pernah ia duga. Alfaro Wiguna adalah ayah kandungnya, tapi saat itu pria itu telah memiliki k
"Anda, yang kemarin di restoran itu, kan?" tebak Kirana."Tepat, sekali," jawab Tuan Alfaro. "Aku senang, kau masih mengingatku," lanjut Tuan Alfaro tersenyum.Kirana tersenyum, kemudian mempersilahkannya untuk duduk."Apa Anda mencari Allaric?" terka Kirana."Tidak," sahut Tuan Alfaro.Kirana mengernyitkan dahinya heran."Lalu?" lanjut Kirana lagi."Aku datang, ingin bertemu dan berbincang denganmu," sahut Tuan Alfaro."Aku?" Kirana menunjuk dirinya.Tuan Alfaro, mengangguk sembari tersenyum."Apa aku melakukan sesuatu yang salah?" tanya Kirana lagi."Tidak ada, kau sama sekali tidak melakukan kesalahan. Hanya saja, aku ingin kenal lebih dekat denganmu," kata Tuan Alfaro menimpali.Kirana menatap Tuan Alfaro penasaran.
Alfaro kembali menemui Kirana. Namun, kali ini ia tidak diperbolehkan untuk menemui Kirana."Aku hanya ingin bertemu dengan nyonya kalian. Kenapa kalian tidak mengizinkan aku masuk?" tanya Alfaro kesal."Maafkan kami, Tuan. Tapi, tuan Allaric berpesan untuk tidak mengizinkan siapapun bertemu nyonya," jawab salah satu penjaga gerbang.Alfaro menarik napas, menahan kesalnya."Apa tuan kalian mengatakan alasannya?" tanya Alfaro."Tidak, Tuan. Tuan Allaric hanya berpesan, untuk tidak menerima siapapun di rumah," jelas penjaga yang lainnya."Baiklah, kalau begitu. Tolong berikan ini pada nyonya kalian. Bilang padanya, ini hadiah dariku." Alfaro memberikan sebuah kotak berwarna biru pada penjaga gerbang, agar mereka memberikannya pada Kirana."Baiklah, akan kami sampaikan pada nyonya Kirana," jawab penjaga gerbang.Alfaro kembali ke kediamannya dengan perasaan kecewa. Allaric benar-benar tidak mengizinkannya bertemu Kirana. Padahal
"Cukup, sudah. Aku tidak akan menjelaskan lagi padanya," putus Allaric."Tapi, Tuan. Apa yang Anda lakukan itu memang sedikit keterlaluan," jelas Alan, berusaha menenangkan."Tapi, aku juga sudah mengatakan alasan, mengapa aku sampai melakukan itu?" kata Allaric menimpali."Mungkin, cara Anda yang menjelaskan. Masih kurang di mengerti oleh nyonya," ucap Alan lagi."Apa maksudmu, aku salah?" tanya Allaric dengan nada tidak senang."Bukan seperti itu, Tuan. Maksud saya, Anda hanya kurang bisa menyakinkan nyonya," kata Alan meralat kata-katanya. Ia tahu, akan sangat bahaya untuknya, jika sampai pria arogan yang ada di hadapannya ini marah.Allaric masih menatap Alan dengan penasaran. Alan menarik napas dalam dan bergumam pelan."Izinkan saya, yang bicara pada nyonya," putus Alan. Ia terpaksa memberanikan diri, untuk bicara pada Kirana. Alan tidak mau masalah ini jadi panjang dengan pertanyaan Allaric yang akan membelit dirinya."Bag