Share

Bab 145

Penulis: Maria Anita
Sudut Pandang Aditya.

Aku telepon sekretaris dokter dan janjian ketemu saat jam makan siang di kafe dekat klinik. Saat aku dan Peter sampai, dia sudah duduk di meja paling belakang.

"Siang, Pak Aditya. Pak Peter. Apa kabar?" sapa dia dengan formal banget.

"Tunggu, kamu kenal aku?" tanya Peter dengan heran.

"Aku juga kerja saat akhir pekan di Societa," jawabnya agak canggung. "Dan kalian berdua sering kasih tip gede. Namaku Rita Febrianto."

"Ya ampun, benar juga! Aku pernah godain kamu deh waktu itu..." Peter mengenalinya dan langsung tertawa terbahak-bahak.. "Tapi tanpa riasan wajah, rambut dikuncir, dan pakai kacamata, kamu kelihatan beda banget."

"Iya." Rita mengangguk, kelihatan nggak nyaman. "Makasih sudah nelpon, Pak Aditya."

"Dengar ya, Rita, aku akui saat kamu kasih nomormu, aku kira kamu lagi godain aku. Tapi sekarang aku malah penasaran," kataku sambil duduk.

"Pak Aditya, aku kerja di klinik karena butuh gaji, tapi sejujurnya, Dokter Vino itu orangnya nggak punya moral. Apa ya
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 151-2

    Sudut pandang Aditya."Ada apa sih?" Suara Citra terdengar, dan aku langsung samperin dia. Dia bangun gara-gara keributan tadi."Malaikatku, nanti aku ceritain, ya. Fajar, tolong antar Citra ke perpustakaan." Aku minta tolong ke Fajar, karena aku tahu dia bisa jaga Citra."Nggak, aku mau tahu apa yang sebenarnya terjadi." Citra bersikeras."Oh, jadi ini pengemis yang kamu sukai itu?" Naomi mulai bicara. "Aku dengar kamu dekat sama orang rendahan. Tapi sayang, jangan bohongin diri sendiri, karena yang dia cinta itu aku!""Kamu gila, Naomi? Hubungan kita sudah lama selesai.""Kayaknya nggak deh, Adit. Minggu lalu di Norramus, kamu masih nikmati aku dengan segala cara!" ejek Naomi sinis."Dasar sampah jalanan, muka sinismu itu bakal aku hancurin sampai nggak ada dokter bedah yang bisa benerin lagi." Minda benar-benar emosi. Dia tarik rambut Naomi lagi. Kekacauan pun pecah."CUKUP!" Teriakan Citra terdengar jelas. "Min, lepasin perempuan sialan itu."Minda akhirnya melepasnya dan menatap s

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 151

    Sudut Pandang Aditya.Setelah semua yang terjadi hari ini, yang aku ingin hanyalah pulang dan ketemu anakku. "Anakku! Panji itu anakku!" Tapi karena pengaruh obat, Citra pingsan di sofa rumah Peter. Dia nggak mau dibawa ke kamar, katanya ingin tetap dekat sama semua orang, jadi aku duduk dan naruh kepalanya di pangkuanku. Dia pun tertidur dengan jari-jariku yang mainin rambutnya.Dokter Steven suruh kami nunggu sampai Citra bangun sebelum pulang, dan dia juga kasih banyak info tentang kehamilan Citra sekarang, ditambah lagi detail tentang waktu dia hamil Panji dulu, waktu itu juga dia yang awasin. Setelah ngobrol lama, dia pamit pulang. Alex ikut pergi, dan Maya nutup video callnya."Jadi, ayah paling keren tahun ini, gimana rasanya?" Peter nanya dengan semangat. "Karena aku bakal kalahin tahta Minda dan Fajar sebagai paman paling sayang keponakan sedunia.""Teruslah bermimpi, Peter! Kamu mungkin bisa kalahin Fajar, tapi aku? Nggak bakal bisa!" Minda balas, bikin semua orang ketawa."P

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 150

    Sudut pandang Citra.Sekar masuk buru-buru ke ruanganku dan bilang, "Cit, kita harus pergi sekarang. Peter barusan telepon, katanya kita harus cepat ke rumahnya. Kayaknya ada sesuatu yang serius, semua orang sudah di sana.""Ini semua aneh banget! Aku juga merasa Peter sama Alex tadi kelihatan aneh," komentarku."Aku juga merasa gitu. Tapi ayo, dia bilang ini penting banget, dan supir sudah nunggu kita di garasi."Aku langsung ambil tasku dan pergi bareng Sekar. Desta ada di belakang kami, dan dia kelihatan lebih tegang dari biasanya. Dia bantu kami masuk mobil dan duduk di kursi depan, biasanya dia nggak begitu.Begitu kami keluar dari parkiran gedung, aku nengok ke jendela dan lihat Naomi, perempuan itu lagi berdiri di depan pintu masuk. Badanku langsung merinding semua. Ada apa ini sebenarnya?Saat kami sampai di rumah Peter, aku kaget banget. Bahkan sahabat-sahabatku juga ada di sana. Maya pun ikutan lewat video call. Dan semua orang kayaknya habis nangis. Kepalaku langsung pusing.

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 149

    Sudut pandang Aditya. Peter kelihatan aneh banget. Dia kelihatan gelisah. Saat kami sampai di rumahnya, ternyata selain aku, Peter dan Alex, ada juga Heru dan Fajar. Aneh banget."Ada apa, sih?" tanyaku mulai panik."Duduk dulu," kata Peter, dan aku langsung duduk. "Ingat waktu kita pecat Citra, aku sempat minta temanku di kepolisian buat selidiki dia?""Iya. Tapi itu sudah nggak penting lagi," jawabku sambil senyum."Iya, sebenarnya nggak penting lagi." Peter kelihatan makin gugup. "Citra itu memang luar biasa, jujur dan tulus banget. Tapi temanku itu menemukan sesuatu." Dia lihat ke arah Fajar. "Dia tahu siapa ayahnya Panji.""Nggak mungkin! Serius?" Fajar kaget. "Aku memang nggak pernah bilang sama Citra atau Minda, tapi aku sempat coba cari tahu siapa cowok itu saat Citra hamil, dan nggak ketemu. Siapa sebenarnya?""Tunggu dulu," kata Peter. "Hampir di waktu yang sama, Alex datang ke ruanganku bawa hasil penyelidikan tentang cewek yang selama ini kamu cari, Adit. Dia ketemu."Aku

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 148

    Sudut pandang Peter.Aditya lagi senang banget. Kemarin sore, aku sama Robin akhirnya berhasil meyakinkan dia buat singkirin Naomi dulu sebelum ngomong sama Citra. Soalnya Naomi tuh nelponin dia terus, dan kami merasa itu bakal jadi masalah. Robin bilang mendingan diberesin dulu daripada bikin Citra makin tersakiti. Akhirnya dia setuju juga.Kata adik-adiknya Robin, mereka bakal dapat jawabannya hari ini, saat ibunya Naomi datang ke salon. Jadi kami cuma bisa nunggu. Hari ini kerjaanku numpuk banget, jadi kupikir waktu bakal cepat lewat.Saat aku lihat Citra udah duduk di mejanya, rasanya lega banget. Dia kelihatan jauh lebih baik. Aku sempat ngobrol sebentar sama dia, terus langsung masuk ke ruanganku. Nggak lama, ponselku berdering. Sekar bilang itu Dokter Hadi Ferdian, nanya boleh nggak disambungin."Halo, Hadi, gimana kabarmu?""Halo, Peter. Jujur aja, aku agak malu. Tugas yang kamu minta ternyata makan waktu lebih lama dari yang aku kira. Orangnya tertutup banget.""Wah, aku malah

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 147

    Sudut pandang Citra.Aku ambil cuti kemarin, dan hari ini aku sudah siap berperang. Aku sudah istirahat, mikir banyak, dan beresin pikiran. Aku harus ke kantor dan ngomong sama Aditya. Aku merasa aneh karena dia belum hubungi aku sampai sekarang.Aku agak nggak tenang, mikir dia mungkin lupa sama aku. Wanita yang cium dia di lobi itu, jangan-jangan itu adalah wanita yang lagi dia cari? Kalau iya, berarti Vivi dan Peter salah, dan Aditya sudah lupain aku. Pikiran itu bikin aku sedih. Aku harus tahu jawabannya.Saat Robin datang, aku ajak dia minum kopi di ruang istirahat. Dia pasti tahu jawabannya."Cantik, gimana kabarmu?" tanya Robin sambil lihat-lihat wajahku."Aku baik, Robin, makasih sudah antar aku pulang. Aku bahkan pingsan sebelum sampai rumah, maaf ya.""Nggak usah sungkan, Cit. Itu tugas teman. Senang bisa menemanimu tidur," katanya sambil bikin aku ketawa karena kata-katanya yang bisa diartikan ganda."Makasih ya. Tapi ada yang mau aku tanya," kataku memulai percakapan."Tent

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status