Share

Bab 154

Author: Maria Anita
Sudut pandang Citra.

Aku bangun sendirian dan dengar ada suara-suara dari dapur. Aku bangkit terus samperin. Akhirnya aku lihat dua cowokku lagi asyik banget ngobrolin rumah baru. Aditya sama Panji udah duduk di meja makan dan sedang sarapan. Aditya sudah siapin cokelat panas sama roti bakar keju buat Panji, yang tersenyum lebar sambil ngunyah dengerin ayahnya ngomong. Mejanya udah lengkap banget, ada buah-buahan, jus, yogurt, roti, daging olahan dingin, telur, sama kue-kue. Aku cuma nyender di kusen pintu dan menatap mereka. Mereka udah rapi sekali, bahkan sudah mandi. Apakah aku tidur segitu lama? Aku bahkan nggak tahu ini sudah jam berapa.

"Ibu!" Panji yang pertama sadar dan langsung teriak heboh.

"Pagi, sayang!" Aku nyamperin bocahku itu, terus cium dahinya. "Pagi juga buat kamu." Aku noleh dan cium Aditya singkat.

"Pagi, Malaikatku! Sini, kita sudah bikin sarapan, ya kan Panji?"

"Iya, Ayah!" Panji lagi mode girang paginya yang bikin aku kadang heran itu energi dari mana.

"Aku ngga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 163

    Sudut pandang Aditya.Kami masuk ke kantorku, dan suasananya benar-benar kacau. Orang-orang sibuk ngomong, ketik di komputer, sementara Minda lagi atur semua informasi yang masuk. Fajar yang ternyata juga peretas keren, sekarang bareng Arya."Aditya, kita berhasil masuk ke ponsel Citra," kata Arya ke aku. "Kita juga dapat rekaman dari gedung-gedung di sekitar jalan itu, dan sekarang kita punya plat nomor mobil yang bawa dia.""Akhirnya, ada kabar bagus juga." Rasanya beban di dadaku sedikit lebih ringan."Tapi jangan senang dulu, platnya palsu," kata salah satu polisi. "Tapi paling nggak kita udah tahu mobilnya kayak gimana, dan kita udah sebarin peringatan pencarian atas mobil yang warnanya sama.""Terus, gimana soal ponselnya?" tanyaku sambil nyelonong masuk di antara kursi Fajar dan Arya.Fajar ambil ponselnya, buka sebuah pesan, lihat sebentar, terus lempar ponsel itu ke meja sambil ngeluh. Robin berdiri di sebelahku dan sempat ngintip ke layarnya."Fajar, kenapa kamu bisa dapat f

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 162

    Sudut pandang Aditya.Alex kelihatan cemas, kayak bawa kabar buruk. Dia kenalin pria yang datang bersamanya sebelum duduk."Ini Detektif Herman Yanto dari Divisi Pengawasan Internal. Beliau yang menangani penyelidikan kecelakaan orang tuamu," kata Alex."Pak Aditya, saya menyesal harus memberi tahu bahwa kecelakaan helikopter yang merenggut nyawa orang tua Anda ternyata disengaja," ujar Detektif Herman dengan serius. "Kami menemukan bahwa pedal rotor ekor di kabin pilot sengaja diputus. Sambungannya benar-benar dipotong dengan sengaja. Padahal helikopter itu baru saja menjalani perawatan di pabriknya dan sudah dinyatakan layak terbang dua hari sebelumnya. Ini murni perusakan yang disengaja. Saya tahu ini saat yang sulit, tapi orang yang ada di balik penculikan ini kemungkinan besar juga terhubung dengan perusakan yang disengaja helikopter tersebut.""Orang tuaku dibunuh? Mereka dibunuh dengan kejam dan tanpa belas kasihan?" Aku nggak bisa lagi nahan air mata dan rasa putus asa yang me

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 161

    Sudut pandang Aditya.Waktu aku turun dari teras, aku sudah jauh lebih tenang. Aku habisin sekitar empat puluh menit di sana, mikir dan berdoa supaya Tuhan jaga anakku. Saat aku masuk ke kantor, aku tanya ada kabar apa nggak, tapi mereka bilang belum ada. Terus aku putusin buat habisin waktu bareng Citra dan lihat dia gimana. Aku pun masuk ke kantor Peter, tapi nggak lihat dia."Citra ke mana, sih?" Aku tanya agak keras."Maksud kamu gimana? Dia bilang mau bersama kamu sebentar," jawab Minda sambil dahi berkerut."Dia nggak di sini sama aku, nggak di kantorku, juga nggak di resepsionis. Dia di mana sih?" Aku geram."Tenang dulu, Aditya, mungkin dia pergi ke ruang istirahat." Tina bilang, dan langsung semua orang cari Citra."Sekar, kamu lihat Cit nggak?" Aku tanya waktu balik ke resepsionis."Maaf, Aditya, aku nggak lihat. Resepsionis lagi ribet banget." Sekar jawab dengan wajah khawatir. "Ada apa?""Aku nggak bisa nemuin dia." Setelah aku ngomong, aku lihat Tina datang kembali ke ara

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 160

    Sudut pandang Citra.Aku lagi duduk di sebelah Ibu waktu Peter masuk dan mulai cerita semuanya. Tentang telepon dari perempuan gila itu. Makin lama dia ngomong, makin deras air mataku keluar. Setelah Peter pergi, Bu Santi Dianti, ibunya Minda, mulai cerita ke Ibuku tentang siapa itu Lastri, dan Vivi juga bantu jelasin situasinya. Kepala aku rasanya mau meledak, semua informasi datang barengan, membuatku pusing.Terus ponselku bunyi. Aku cepat-cepat angkat. Suara di ujung sana bikin jantungku mencelos, itu Desta."Jangan ngomong apa-apa. Kalau ada orang di dekat kamu, keluar dulu. Nanti kasih tahu aku kalau kamu udah sendirian." Aku langsung turunin ponselku, bangun, dan jalan pelan-pelan ke arah pintu. Tapi baru aja sampai, Minda manggil aku."Cit, kamu kenapa?""Aku mau lihat Aditya, Min. Mau ngobrol sebentar aja," jawabku cepat, terus aku langsung jalan keluar.Saat udah sampai di lorong antara lift dan ruang rapat, aku mulai ngomong lagi di telepon."Anakku di mana? Kenapa kamu lak

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 159

    Sudut pandang Aditya.Aku balik ke Citra dan langsung peluk dia. Begitu pintu lift kebuka, aku tuntun dia ke arah sana. Dia langsung lari peluk orang tuanya, sementara Minda juga samperin orang tuanya sendiri. Ayah Citra mendekat ke aku."Nak, terima kasih sudah manggil kami," kata Pak Andi, wajahnya kelihatan lelah banget, jelas belum tidur dan sangat khawatir."Ah, nggak perlu makasih, Ayah," jawabku sambil nerima pelukannya.Bu Sasa juga datang, matanya merah, dan langsung kupeluk. Pelukannya hangat banget, penuh keibuan. Aku juga sapa orang tua Minda dan jelasin singkat tentang situasinya. Dokter Steven udah bawa Citra ke kamarnya buat diperiksa.Aku bilang ke orang tua Citra kalau kita harus ngobrol. Aku harus kasih mereka gambaran jelas soal semuanya. Kami masuk ke ruangan Citra, dan sebelum pergi, Dokter Steven bilang Citra udah lebih tenang."Kamu yang manggil orang tuaku?" tanya Citra, matanya berkaca-kaca."Iya. Aku telepon orang tuanya Minda juga, jelasin semuanya, terus aku

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 158

    Sudut pandang Aditya.Anakku sudah diculik lebih dari dua belas jam. Dari sejak Lina nelpon, aku terus nahan diri biar tetap tenang. Aku nggak boleh panik, aku harus temukan anakku. Dan aku juga harus jaga Citra.Aku udah hubungi semua orang yang mungkin bisa bantu. Banyak yang lagi nyari Panji sekarang, tapi aku masih mikir terus, jangan-jangan masih ada hal lain yang bisa aku lakuin. Peter dan Robin udah siapin ranjang, makanan, dan baju. Lantai eksekutif sekarang berubah jadi markas pencarian, dan nggak ada dari kami yang mau pulang. Robin bahkan udah pasang meja konferensi besar di tengah kantorku, lengkap sama kursi di sekelilingnya, jadi banyak orang kerja dari situ."Aditya." Aku dengar suara Maya dan langsung memeluknya."Anakku, tetap tenang dan percaya, ya. Panji pasti akan ditemukan dalam keadaan selamat.""Aku senang kamu datang, Maya. Rasanya aku hampir nggak kuat lagi." Dia seperti seorang ibu buatku, dan kehadirannya benar-benar yang aku butuhkan sekarang."Kamu nggak ak

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status