Share

Bab 24

Author: Maria Anita
Aku masuk ke rumah dengan kata-kata terakhir bosku yang masih terngiang di kepala. Dia akan terus godain aku. Sebenarnya dia mau apa dariku? Hari ini benar-benar terjadi banyak hal. Apa kerjaanku di kantor bisa makin tenang dan normal?

Aku pergi lihat anakku, yang sudah tidur pulas seperti malaikat, sambil peluk boneka beruang kesayangannya.

Aku kepikiran untuk ajak Minda jalan-jalan di taman waktu hari Minggu, pasti senang banget. Aku lewat kamar temanku yang juga sudah tidur, lalu ambil monitor bayi darinya.

Aku mandi untuk hilangkan semua stres hari ini, lalu tidur di ranjang, tidur sambil mikirkan bosku. Aku pasti sudah gila.

Pagi harinya aku bangun dan siapkan si kecil untuk diantar ke tempat penitipan sebelum berangkat kerja. Dia selalu bangun dengan suasana hati bagus, tersenyum padaku dan cerita tentang betapa dia suka sekolahnya. Saat aku kasih dia pakai baju, dia cerita banyak hal tentang semua yang dia pelajari. Aku tersenyum seperti orang bodoh, rasanya luar biasa bisa meli
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Raudah Rajaby
adakah orang seperti itu di tempat kerja
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 112

    Akhir pekan itu terasa seperti kabut bagiku. Teman-temanku melakukan segalanya untuk menghiburku, bahkan berusaha meyakinkanku untuk nggak tinggalkan Aditya. Tapi aku nggak sanggup berdiri di antara dia dan anaknya. Aku tahu, perempuan itu akan ubah hidupku menjadi neraka. Aku nggak akan sanggup menanggungnya.Hari Senin pagi, saat aku tiba di kantor, aku langsung dicegat oleh Jodi di pintu masuk gedung."Ngapain kamu datang sini lagi, pelacur?" Dia berteriak sambil berdiri di depanku. Aku mencoba menghindarinya dan melangkah pergi, tapi dia hentikan langkahku dan mencengkeram lenganku. "Aku sedang tanya kamu, pelacur kecil!""Lepaskan aku!" Aku menarik lenganku dari cengkeramannya yang seperti cakar. "Aku kerja di sini!""Nggak, kamu nggak! Aku akan minta Aditya pecat kamu!" ujarnya dengan mata menyala penuh amarah."Silakan saja," kataku lalu berbalik pergi.Saat dia mencoba menghalangiku masuk ke perusahaan, petugas keamanan, Doni, segera melangkah masuk dan berdiri di antara kami.

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 111

    Sudut Pandang Aditya.Aku duduk terpaku di sofa ruang tamu, dadaku rasanya seperti diremas oleh tangan nggak kasat mata, napasku terasa sesak, dan mataku panas, penuh dengan air mata yang nggak kunjung berhenti. Rasa ini… hanya satu kali pernah aku rasakan, yaitu waktu kedua orang tuaku meninggal dunia. Rasa kehilangan yang nggak tergantikan, rasa sakit yang buat jiwamu nyaris mati. Dan kini, aku sekarat tanpanya."Adit, perempuan itu dan ayahnya sedang tunggu di lobi. Aku tahu kamu hancur, tapi mereka nggak akan pergi," ujar Peter membuyarkan lamunanku."Peter, dia putus denganku. Katanya nggak ada jalan lagi. Dia nggak ingin rebut aku dari anakku, dan dia bilang akan kembali kerja dengan Heru," jawabku dengan suara putus asa."Tenang, Adit. Setidaknya satu masalah sudah beres, dia nggak keluar dari perusahaan," katanya dengan nada menenangkan. Aku menatap Peter, nggak ngerti apa yang dia maksud. "Mulai Senin, dia akan ada di bawah pengawasanku, dan Robin akan kerja langsung denganmu.

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 110

    Tiba-tiba pintu kantor terbuka, dan sekelompok wanita yang dipimpin Minda menerobos masuk."Apa lagi yang kamu lakukan sekarang, Adit?" Minda langsung meledak penuh amarah."Minda, tolong, jangan sekarang." Aditya memohon, nadanya terdengar lelah."Justru sekarang! Aku sudah memperingatkanmu, Adit. Jangan macam-macam dengan temanku." Minda duduk di sampingku dan langsung memelukku erat. "Keluar sana. Teman-temanmu menunggumu di lobi. Biarkan kami yang urus Citra. Ayo, cepat!" Nada suaranya penuh kemarahan!Aditya mengusap wajahnya dengan kedua tangan, mencium keningku dengan lembut, lalu meninggalkan ruangan tanpa sepatah kata pun. Saat aku mengangkat kepala, kulihat para sahabatku mengelilingiku: Minda, Sekar, Tina, Vivi, Melati."Sekar langsung menelepon kami begitu semuanya terjadi, dan kami bergegas ke sini untuk menemanimu," jelas Tina lembut. "Robin sudah ceritakan segalanya."Aku merasa begitu terlindungi oleh perempuan-perempuan luar biasa ini, yang rela meninggalkan segalanya

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 109

    Hari-hari berlalu begitu cepat. Sudah lima belas hari sejak aku kembali bekerja di Grup Mahadi. Segalanya berjalan lancar. Aku mengawasi proses audit dan menjalankan tugasku tanpa kendala. Aditya dan aku masih menikmati godaan-godaan kecil kami, serta ritual manis berbagi kue cokelat. Sesuai janjinya, ia membawaku bercinta di mejanya, membiarkanku menungganginya di kursinya, dan aku bahkan nggak bisa lagi hitung berapa kali ia memelukku di sofa itu. Kami tidur bersama hampir setiap malam di apartemenku, dan setiap Sabtu aku menginap di rumahnya. Aku benar-benar bahagia. Aku punya pacar yang luar biasa yang mencintai putraku, teman-teman yang kusayangi, dan pekerjaan yang telah lama menjadi impian. Jodi memang masih berkeliaran di perusahaan, namun dia nggak pernah berhasil mendekatiku lagi karena Desta selalu sigap dan waspada.Hari Jumat kembali datang, dan Aditya serta aku sedang menuju area parkir untuk pulang setelah hari kerja yang melelahkan. Kami sedang bicarakan rencana memesa

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 108

    Aku bangkit dari tempat duduk dan berjalan beriringan dengan Aditya ke sofa. Ia meraih pinggangku, menarikku mendekat, dan menciumku dengan hasrat. Tangannya menjelajahi tubuhku, lalu mengangkat ujung gaunku perlahan sampai ke pinggang. Dia membawaku ke sofa dan mendudukkanku. Aditya berlutut di hadapanku, masih menatapku dengan mata coklat kehitamannya yang penuh hasrat. Tampak dia menjilat bibirnya dan menggerakkan tangannya ke pahaku, menggapai celana dalamku untuk membelai organ intimku melalui kain tipis itu. Aku terpesona oleh matanya, merasakan tubuhku terbakar saat dia menyentuhku. Selalu seperti ini, ketika dia menyentuhku, aku lupa segalanya dan hanya ingin dia menguasaiku. Aditya menebar ciuman lembut di sepanjang pahaku, seperti menciptakan jejak kenangan yang nggak akan pudar. Satu tangannya lagi terus membelai, sementara bibirnya perlahan naik, mendekati daerah intimku. Ketika ia menciumku di sana, dia juga menggigit halus dan menjilat tempat itu. Dengan kedua tangan di p

  • Cinta Diam-Diam Sang Bos   Bab 107

    Sudut Pandang Citra.Hari pertamaku kembali di Grup Mahadi benar-benar sibuk.Pertengkaran Sekar dengan Carisa menjadi pembuka, disusul kedatangan Heru yang mengamuk karena sahabatku diserang, dan gosip yang menyebar ke seluruh perusahaan kalau aku tidur dengan bos demi diperlakukan istimewa.Tentu saja, pemecatan Carisa membuatku lega. Nggak terbayang gimana aku harus tahan bekerja bersamanya, karena cepat atau lambat dia pasti akan membuat hidupku seperti neraka. Suasana di lantai eksekutif terasa jauh lebih ringan sejak kepergiannya. Beban seperti lenyap begitu saja, meski pekerjaan menumpuk begitu padat hingga Aditya dan aku nyaris nggak sempat melontarkan godaan-godaan kecil seperti biasanya.Hari itu Jumat, dan saat Sekar dan aku kembali dari makan siang, kami nggak menyangka akan bertemu Jodi di dalam lift. Tubuhku langsung menegang. Pintu ditutup, dan lift mulai naik. Tapi tiba-tiba Jodi menoleh ke arahku dan melangkah mendekat lebih dari yang pantas.“Sudah merasa aman sekaran

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status