Share

Tuduhan Darimu

last update Last Updated: 2025-06-27 13:37:56

"Ayu, kamu enggak apa-apa?" tanya Mas Ali setelah aku duduk di tepi ranj4ng yang sudah lama tidak kusentuh.

"Seperti yang kau lihat saat ini, Mas." Aku menunduk setelah menjawab. Kepalaku kembali pusing. Aku segera menoleh ke belakang, menata bantal, lalu merebahkan diri di sana.

"Istirahatlah, Sayang! Aku akan menjagamu," katanya lagi.

"Enggak usah. Mas keluar aja, aku akan tidur sebentar."

Akhirnya, dia keluar. Aku langsung memejamkan mata untuk menenangkan pikiran. Berusaha menerima takdir yang memang akan aku lalui. Akan aku jalani. Yaitu, menyaksikan suamiku menikah lagi sebentar lagi.

Namun, aku tak bisa tidur juga. Pikiranku selalu saja tertuju pada Dinda. Sepertinya dia bahagia sekali sampai-sampai lupa kalau aku adalah istri Mas Ali, sabahatnya sendiri. Apa yang ada di dalam pikirannya sekarang?

Karena tenggorokan terasa kering, aku bangun lagi. Tidak ada air putih di sini. Terpaksa harus keluar mencari sendiri. Badan yang baru sehari agak enakan ini kubuat jalan ke dap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sri Minarni
up, karma u dinda , Ali dan ibunya, pasti yg kasih minyak ibunya Ali sendiri / dinda
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Pertama Mas Ali    Bertemu Lagi Denganmu

    Ayu? Kenapa dia ada di sini? Sepertinya dia tidak sakit. Tapi, siapa pria itu? Aku mencoba mengingat karena rasanya, seperti tidak asing dalam ingatanku. Ah, sekarang aku baru ingat, dia kan dokter yang merawat Ayu waktu itu. Apakah mereka sekarang makin dekat? Dadaku sakit melihat mereka mengobrol akrab. Aku masih tak rela Ayu dengan pria lain. Padahal kamu sudah resmi bercerai. Tapi, seharusnya Ayu di rumah saja. Kenapa dia kelayaban ke mana-mana? Ah, si4l! Aku baru ingat, dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi juga. Dia pasti kerja. Tapi, apa dia kerja dengan dokter itu? Kerja apa lagi dia? Astaga, rasanya aku tidak bisa mengendalikan diriku lagi ingin menghampiri mereka dan memarahi Ayu karena mereka terlalu dekat. "Al ...." Ibu mendongak, menatapku dengan lisan terbata-bata. "Iya, Buk. Kita masuk sekarang." Aku kembali mendorong ibu masuk ke dalam rumah sakit untuk terapi. Segala macam usaha sudah kulakukan agar ibu kembali sehat dan normal. Aku pun membawa ibu bertemu deng

  • Cinta Pertama Mas Ali    Bersamanya

    "Akhirnya kamu kembali ke sini tanpa mikirin lakimu itu lagi, Yu." Mita tertawa saat aku sudah kembali kerja di toko tempat pertama kali kami bertemu. "Bisa aja, Mit. Jangan gitu, ah! Enggak enak didengar orang nanti. Aku mau fokus kerja sekarang. Mumpung enggak ada beban lagi," balasku."Nah, bagus tuh. Tinggal gue yang cariin lu calon nanti. Tenang aja, Yu!" Dia tertawa terpingkal-pingkal. "Calon apaan dulu, nih? Calon pembeli, gas deh kalau gitu." Aku meliriknya lagi. "Calon suami, Bestie." Dia kembali tertawa dan seketika itu pemilik toko muncul dan melihat kami tengah bercanda. "Ayo-ayo, kerja! Malah gosip." Mang Ujang, pria sekitaran usia 40 an itu membuat kami terdiam seketika. "Iya-iya, Mang. Kami kan juga butuh asupan candaan, biar makin semangat kerjanya. Oh ya, Mang, hari ini pesanan kue sama roti banyak banget. Bagian dapur kayaknya lagi keteteran, tuh," terang Mita, aku tahu dia sebenarnya hanya ingin mengalihkan perhatian Mang Ujang saja agar kami tidak kena sindir

  • Cinta Pertama Mas Ali    Penyesalanku

    Mondar-mandir menunggu dokter keluar dari ruang periksa ibu rasanya sudah membuatku stres. Aku pergi hanya mengenakan kaus biasa dan celana panjang saja. Rasanya udara dingin di sini pun membuatku merasa meriang. "Mas, duduk dulu! Tenangkan dirimu! Ibu pasti baik-baik saja," ucap Dinda yang saat itu masih setia menemaniku. "Iya, Din. Makasih." Aku duduk seperti apa yang dia minta. Dia tersenyum melihatku sudah bisa tenang. Dan tak lama, dokter keluar dengan raut wajah yang tidak bisa dijelaskan. Aku sudah menduga bakal ada kabar buruk yang akan dikatakan oleh pria berjas putih itu. "Gimana keadaan ibu saya, Dok?" tanyaku setelah berdiri. "Maaf, Pak, saya sudah periksa. Tapi, belum bisa mengambil tindakan karena saya hanya dokter jaga dan bukan ahli bidan syaraf. Tapi, sedikit saya tau kalau ibu Anda mengalami ciri-ciri seperti terkena struk," terang dokter berjanggut panjang itu. "Ya Allah." Aku langsung lemas dan terduduk lagi. Disaat hati sedang tidak baik, pikiran kacau, jan

  • Cinta Pertama Mas Ali    Tuduhan Darimu

    "Ayu, kamu enggak apa-apa?" tanya Mas Ali setelah aku duduk di tepi ranj4ng yang sudah lama tidak kusentuh. "Seperti yang kau lihat saat ini, Mas." Aku menunduk setelah menjawab. Kepalaku kembali pusing. Aku segera menoleh ke belakang, menata bantal, lalu merebahkan diri di sana. "Istirahatlah, Sayang! Aku akan menjagamu," katanya lagi. "Enggak usah. Mas keluar aja, aku akan tidur sebentar." Akhirnya, dia keluar. Aku langsung memejamkan mata untuk menenangkan pikiran. Berusaha menerima takdir yang memang akan aku lalui. Akan aku jalani. Yaitu, menyaksikan suamiku menikah lagi sebentar lagi. Namun, aku tak bisa tidur juga. Pikiranku selalu saja tertuju pada Dinda. Sepertinya dia bahagia sekali sampai-sampai lupa kalau aku adalah istri Mas Ali, sabahatnya sendiri. Apa yang ada di dalam pikirannya sekarang? Karena tenggorokan terasa kering, aku bangun lagi. Tidak ada air putih di sini. Terpaksa harus keluar mencari sendiri. Badan yang baru sehari agak enakan ini kubuat jalan ke dap

  • Cinta Pertama Mas Ali    Perdebatan

    Aku langsung masuk ke dalam ruangan di mana Ayu dirawat. Dia terbaring lemas dengan cup oksigen terpasang. Padahal, tadi tidak pakai itu. Dadaku panas membara saat melihat di dalam sana, Ayu ditemani oleh dokter yang beberapa jam lalu memeriksanya itu. Seakan mereka terlihat sangat dekat. Membuatku makin kesal saja. "Maaf, apakah istri saya baik-baik saja?" tanyaku sambil menahan rasa cemburu. Dokter bercambang tipis itu berdiri dari kursi dekat ranjang Ayu, lalu berkata, "Dia drob lagi tadi. Dia harus istirahat. Silakan tunggu di luar saja! Biarkan dia tidur!" Aku tahu, dia pasti hanya alasan saja. "Tapi, kenapa Anda di sini?" "Saya kan dokter yang menangani dia. Siapa lagi kalau bukan saya? Dokter jaga juga tidak banyak malam-malam begini. Apakah Anda keberatan, saya memberikan penanganan?""Maaf, tapi saya rasa Anda terlalu jauh, Dokter. Dia istri saya, butuh saya dan bukan Anda. Kenapa Anda tadi seolah memaksanya untuk bercerita?" Aku tak tahan lagi. "Maaf, saya sebagai dokt

  • Cinta Pertama Mas Ali    Siapa Dia?

    Aku kembali ke rumah Ayu. Tapi, rumah itu masih terlihat sepi. Terlebih suasana rumah ini pun gelap gulita. Kulihat tetangga juga tidak ada yang terlihat di depan rumah. Mungkin juga memang sudah menjelang larut malam. Sudah pukul delapan malam, ke mana Ayu? Aku yakin sejak pagi tadi dia pasti tidak ada di rumah. Tapi kenapa dia tidak pamitan padaku? Sejak tadi ponselnya juga tidak aktif. Ya Allah, aku minta agar dia baik-baik saja. Akhirnya, aku kembali lagi ke rumah dengan perasaan bimbang. Sampai di rumah, aku langsung masuk saja. Tapi, aku dikejutkan dengan kehadiran Dinda di sana. Dia duduk bersama ibu dengan pakaian piyama. Apa aku tidak salah lihat?"Al, kamu udah pulang? Mandi, terus makan, yuk! Sama Dinda juga." Ibu berdiri lalu tersenyum padaku. "Dinda kenapa ada di sini, Buk? Tumben, kan sudah malam," tanyaku. Sengaja aku bertanya padahal sebenarnya sudah tahu. "Dia akan tinggal di sini sampai kalian halal nanti. Ibu tidak ada temennya, Al. Lagian rumah ini besar. Juga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status