Bima sudah tak enak hati karena pasti akan mendapatkan ceramah dari orang tuanya. Belinda meledek Bima karena sudah tahu pasti sang kakak sedang melakukan kesalahan.
"Ayah, mama apa yang ingin kalian diskusikan dengan Bima?" tanya Bima belagak polos.
"Duduklah dulu, ini adalah hal yang serius," jawab Kirana dengan nada yang serius pula.
Kirana memulai percakapan dengan putra sulungnya. Ia mulai mengintrogasi Bima sejak kapan melakukan hal yang tidak terpuji dan juga sudah berapa wanita yang ia tiduri selama ini. Bima terus berkelit untuk apa orang tuanya menanyakan hal yang sungguh privasi ini.
"Aku tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya wanita yang aku jajah pertama kali adalah Clarisa cewek sialan itu karena dia mabuk dan menganggapku gigolo aku hanya ingin memberinya pelajaran dan siapa sangka di masih suci," jawab Bima dengan nada marah.
"Lalu apa yang kau lakukan ketika berada di bar, jawab jujur karena orang ayahmu akan lebih jelas menemuk
Ayah Clarisa kaget melihat wajah Bima lebih dekat, dia adalah putra dari Sabian Alexander pemilik perusahaan Alex Farm Corp juga hotel mewah bintang lima milik Ibunya Kirana Wijaya. tuan Manggala menyambut Bima dengan hangat."Tuan muda Bima sungguh suatu kehormatan bagiku karena kau berkunjung ke rumahku, silahkan duduk," ucap tuan Manggala."Tidak perlu, aku hanya ingin mengantar kekasihku pulang dan memastikan tidak ada yang menyakiti kekasihku lagi." Bima merangkul Clarisa dan memberikan tatapan tajam ke apda Melinda.Tuan Manggala tersenyum dia akan mendapatkan pendukung yang kuat di belakangnya. Clarisa memang pintar mencari kekasih. Ayah Clarisa mengungkapkan Clarisa dan Melinda adalah kakak beradik sudah biasa jika ada kesalahpahaman diantara mereka."Tuan muda Bima kami adalah keluarga tidak akan ada yang berani menyakiti Clarisa jika aku masih hidup," ucap tuan Manggala."Aku mendengar istrimu membentak kekasihku, minta maaflah sekarang!"
Nyonya manggala selalu bermuka dua. Padahal ketika sang ayah tidak ada mereka selalu memperlakukan Clarisa dengan buruk. "Mungkin Clarisa sedang tidak mood saja, namanya anak muda jangan dimasukkan ke hati omongannya," jawab tuan Manggala. "Benar, cucuku dalam masa muda yang masih berapi-api jiwanya, kau jangan masukkan hati apa yang dia ucapkan," ucap nenek Clarisa. Saat ini keadaan telah berbalik. Karena Clarisa memiliki Bima di belakangnya. Antoni memang kaya tapi Bima jauh lebih segalanya dari Antoni. "Sudah malam kalian semua istirahatlah," ucap tuan Manggala. "Antoni kau juga pulanglah, bagaimanapun kau dan Melinda belum resmi menikah," kata nenek Clarisa. Antoni pulang dan keluarga Manggala istirahat. Mereka semua menaruh harap pada Clarisa agar masuk ke keluarga Alexander dengan begitu derajat mereka akan naik. "Aku akan meminta mahar yang besar jika Clarisa dilamar oleh anak dari keluarga Alexander," ucap tuan Manggala
Bima melirik ke arah ayahnya, ia sangat tidak suka diberikan pertanyaan sarkas seperti itu, tentu saja hari-harinya terasa berat bekerja dengan Hanna yang sudah senior dengan segala urusan pemilik perusahaan."Ayah jangan membuatku kesal!" seru Bima sambil melengos."Kau harus banyak banyak belajar dari bibi Hanna, hari ini ayah senang sekali bekerja di temani wanita muda yang cantik," ledek Sabian.Sabian meninggalkan Bima yang masih keadaan marah kepadanya, Bima harus mampu melewati hari-hari yang berat karena kedepannya banyak bahaya yang mengintainya karena menjadi seorang pemimpin perusahan. Tidaklah mudah menjadi pemimpin perusahaan yang banyak tanggungan dan beban di pundaknya."Kurang ajar sekali orang tua itu, jika berani merayu wanitaku akan aku pukul kepalanya," gumam Bima dengan kesal."Bima, ayo makan siang bersamaku," Stevan menghampiri Bima di kantornya.Daripada Bima terus-terusan kesal lebih baik dia menerima tawaran S
Bima mendapat telepn dari Belinda yang ada di sebuah minimarket yang menyediakan tempat duduk untuk nongkrong. Belinda meminta untuk di jemput karena ia hampir saja kecelakaan di tabrak mobil. "Kakak tolong jemput aku aku hampir saja di tabrak mobil dan keadaanku sekarang sedang syok!" seru Belinda. "Dimana kau sekarang Belinda, kakak akan segera menjemputmu!" tegas Bima. Beinda mengirim lokasi terkini dirinya, Bima langsung mengambil kunci mobilnya dan menuju lokasi dimana Belinda berada, Bima sayang menyayangi adiknya sehingga mendapat kabar ahmpir kecelakaan ia langsung mendatangi lokasi kejadian. "Bos, tuan muda segera pergi dari ruangan dengan wajah khawatir selesai mendapatkan telepkn, sepertinya darurat?" tanya Hanna yang terburu-buru masuk ruangan presdir. "Biarkan Mike yang meminta anak buahnya untuk mengikuti kemana perginya Bima," ucap Sabian. Mike meminta anak buahnya untuk mencari tahu dimana Bima pergi dan segera melapork
Mike sedikit berpikir Biasanya Bima yang masih selalu ingin terus bermain dan mengerjakan pekerjaannya setengah hati. Tiba-tiba betah di kantor tentu saja itu ada penyebabnya."Seharusnya tidak usah bertanya kau sudah tahu jawabannya Hanna," jawab Mike."Seorang gadis membuatnya lebih rajin bekerja," ucap Hanna seraya pergi meninggalkan ruangan presdir.Sabian menangkap pembicaraan Mike dan Hanna, mereka benar Bima sedang jatuh cinta dan membuatnya rajin bekerja. Dia juga bersungguh-sungguh belajar dan mengerjakan pekerjaannya tepat waktu.Sabian melirik gadis yang bekerja di ruangannya itu. Seorang yang menjalani cinta satu malam dengan puutra nakalnya, cukup rajin, tekun, serta sopan selama ini. Tapi Sabian harus masih mengujinya beberapa waktu lagi seperti apa sebenarnya Clarisa ini."Tuan pekerjaan saya sudah selesai, bolehkah saya pamit pulang lebih awal karena hari jumat saya sudah memesan tiket kereta ke desa dan akan kembali ke kota h
Bima menjelaskan bahwa dia bukan pria bajingan seperti para tuan muda lainnya. Bima bahkan memohon agar ibunda dari Clarisa membiarkannya mengejar cinta Clarisa."Bibi aku bukan pria bajingan seperti yang kau bayangkan," ucap Bima."Tuan muda maaf, karena hari sudah gelap aku akan membawa putriku pulang kerumah, kau cari saja penginapan sekitar sini, karena aku tidak mau menjadi bahan gunjingan warga jika kau menginap di rumahku, putriku belum menikah," ucap ibunda Clarisa.Bima mengerti tapi dia tetap meminta ijin untuk mengejar cinta Clarisa. Kepala karyawan perkebunan buah milih Samdra yang tadi menemani ibunda Clarisa memandu Bima untuk pulang ke Vila. Sudah lama ia tak melihat Bima sejak di bawa ke jakarta."Tuan muda kau tumbuh begitu cepat, mari ikut saya ke Vila, tuan besar sudah mengabari saya jika kau akan datang," ucap karyawan itu."Baiklah, aku tidak membawa baju ganti sama sekali, apakah baju paman bisa ku pakai?" tanya Bima.S
Bima menghentikan langkahnya. Suara yang tak asing memanggilnya, ia menoleh ke sumber suara itu. Perlahan wajah yang samar-samar tertutup cahaya lampu yang redup mendekat ke arahnya."Ayah, kenapa secepat ini sampai desa?" tanya Bima kaget."Aku ini pria yang hebat tentu saja menggunakan jet pribadi agar cepat sampai, apa kau kaget tuan muda, jadi ingin menyelinap kemana kamu malam ini?" gertak Sabian.Bima menghela napas panjang idenya untuk menyelinap diam-diam ke kamar Clarisa. Semua ini gara-gara ayahnya yang tiba-tiba datang ke desa sungguh membuat Bima kesal."Sekarang sudah malam, ayah sudah pernah muda walaupun kau tidak menjawab ayah tahu kau mau pergi kemana, tidurlah istirahat agar tubuhmu kembali sehat," tegur Sabian."Baiklah ayah, tapi janji besok ayah harus mengajakku keliling desa ini," pinta Bima.Sabian mengiyakan apa yang diinginlan oleh putranya. Inilah saatnya melakukan bonding antara ayah dan anak. Sabian tak ingin anak
Bima terus mencumbui Clarisa dengan samgat liar menyatukan tanda cinta diantara keduanya. Erangan demi erangan kenikmatan terdengar dari keduanya hingga mencamai kepuasan yang tiada tara."Kau pria brengsek yang pernah ku temu!" seru Clarisa."Terserah kau mau berkata apa tentangku, terima kasih sarapan pagi yang lezat hari ini, aku sudah menahannya selama dua hari," ucap Bima sambil mengecup penuh kasih sayang kening Clarisa.Bima memeluk gadis cantik kesayangannya itu, lalu mengajaknya mandi bersama. Setelahnya baru sarapan dan pergi ke kantor."Ayo berangkat kerja," ajak Bima sambil menggandeng Clarisa."Tidakkah kalau begini terlalu mencolok tuan muda, aku tidak mau menjadi bahan olokan karyawan lain," sahut Clarisa.Bima melirik Clarisa yang murung karena takut menjadi bahan olokan karena berangkat kerja bersamanya, "Siapa yang berani mengolokmu?" sahut Bima yang tak suka dengan pertanyaan Clarisa.Clarisa hanya takut akan ada pe