Home / Romansa / Cinta Satu Malam / Bab 6. Bertemu Kembali

Share

Bab 6. Bertemu Kembali

last update Last Updated: 2023-07-30 10:19:36

Roma, Italia.

Miranda melepas kacamata hitamnya dan meletakkan ke atas kepalanya. Kini dia dan Helen melangkah keluar bandara menuju sopir yang telah menjemput di lobby.

“Ah, akhirnya kita pulang juga,” ucap Helen seraya merentangkan kedua tangannya. Dia memejamkan matanya menikmati embusan angin yang menyentuh kulitnya. 

Miranda mendesah pelan. “Sepertinya kau sangat senang.”

Helen berdecak tak suka. “Memangnya kau tidak suka kembali ke negaramu sendiri?”

“Aku menyukainya,” tukas Miranda dingin. “Hanya saja, aku tidak suka dengan tanggung jawab yang harus aku pegang nanti.”

Helen terkekeh. Dia langsung merengkuh bahu Miranda. “Well, lebih baik kau membicarakan pria tampan kemarin daripada membahas tentang pekerjaanmu. Aku yakin kau masih belum melupakan pria tampan itu.”

“Hentikan omong kosongmu, Helen. Aku tidak ingin kau membahas tentang pria itu lagi!” tukas Miranda menegaskan.

Helen kembali terkekeh. Dia bahkan tidak sanggup menahan tawanya melihat wajah kesal Miranda. Ya, dia memang sengaja menggoda sahabatnya itu.

“Baiklah, maafkan aku,” ucap Helen yang segera mengakui kesalahannya.

Saat tiba di lobby, Miranda dan Helen sudah melihat sopir yang menjemput mereka. Kini mereka masuk ke dalam mobil. Tak berselang lama, mobil yang membawa Miranda dan Helen mulai meninggalkan lobby bandara.

***

“Miranda? Kau sudah pulang?” Seorang wanita cantik berambut pirang menyapa Miranda dengan senyuman hangat di wajahnya. Sedangkan Miranda hanya melirik wanita itu sekilas.

“Seperti yang kau lihat,” tukas Miranda dingin dengan raut wajah datar.

“Miranda,” tegur Helen yang merasa tidak enak.

Ya, di hadapan Miranda adalah Rose Spencer, wanita cantik yang menjadi ibu tiri Miranda. Selama ini Miranda dan ibu tirinya memang tidak memiliki hubungan baik. Pasalnya, Miranda begitu membenci ibu tirinya. Namun, berbalik dengan Rose yang selalu berusaha bersikap ramah pada Miranda. Hanya saja, Miranda tidak memedulikan sifat ramah Rose.

“Apa kabar, Helen?” tanya Rose seraya menatap Helen.

“Aku baik, Bibi. Bagaimana denganmu?” Helen bertanya balik.

“Aku juga baik,” jawab Rose dengan senyuman hangat di wajahnya. Kemudian, dia mengalihkan pandangannya menatap Miranda. “Miranda, ayahmu memintamu dua jam lagi untuk segera ke perusahaan. Hari ini ayahmu mengatakan memiliki meeting dengan salah satu rekan bisnisnya. Dan kau diwajibkan untuk datang.”

Miranda membuang napas kasar. Baru saja dia sampai di rumah, dia sudah diminta ke perusahaan. Beruntung sebelumnya, dia sudah beristirahat cukup.

“Di mana Kak Darren? Apa dia tidak bisa menggantikanku?” tanya Miranda dengan nada kesal.

“Mereka sudah di perusahaan. Sekarang mereka menunggumu,” jawab Rose memberi tahu.

Miranda berdecak. “Ya, aku akan ke sana.”

Tanpa lagi berkata, Miranda langsung mengentakkan kakinya masuk ke dalam kamar bersama dengan Helen yang mengikutinya.

***

“Miranda, jadi kau akan ke kantor hari ini?” tanya Helen memastikan kala Miranda tengah mengganti pakaiannya.

“Ya,” jawab Miranda dengan nada malas. “Tidak ada pilihan lain, bukan? Aku malas berdebat dengan ayahku. Jadi lebih baik aku diam, dan tidak membuat masalah.”

Helen mengulum senyumannya. “Kau benar, setidaknya kau masih bersyukur pulang ke rumah tidak disambut dengan amarah ayahmu. Tapi kau diminta datang ke perusahaan.”

Miranda mendesah pelan. “Aku lebih baik mendapatkan sambutan amarah dari ayahku daripada aku harus mendatangi perusahaannya.”

Helen berdecak kesal. “Sudahlah, lebih baik kau berangkat sekarang. Aku akan menunggumu di sini.”

“Enak sekali kau bisa langsung tidur,” tukas Miranda kesal.

Helen terkekeh. “Selamat meeting, Nona Miranda. Semoga kau salah satu rekan bisnis ayahmu berwajah tampan.”

“Bicara denganmu sama seperti orang yang tidak waras! Otakmu hanya pria dan seks!” Miranda mendengkus tak suka. Dia langsung menyambar tas dan kunci mobilnya yang ada di atas meja, lalu berjalan meninggalkan Helen.

“Kau saja yang belum mencoba sensasi luar biasa. Aku yakin, nanti kau akan ketagihan.” Helen sedikit berteriak

***

Miranda melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh. Ya, meski sedikit lelah, tapi dia memang tidak memiliki pilihan lain. Terpaksa dia harus menemani ayahnya meeting. Walau sebenarnya Miranda lebih memilih untuk tidur di rumah.

Kini Miranda mulai membelokkan mobilnya, memasuki gedung perusahaan milik keluarganya. Saat memarkirkan mobil, dia turun dan masuk ke dalam lobby. Terlihat para karyawan yang ada di area lobby langsung menundukkan kepalanya menyapa Miranda dengan sopan. Sedangkan Miranda membalasnya dengan senyuman tipis di wajahnya. Kemudian, Miranda mulai masuk ke dalam lift pribadi ayahnya.

“Selamat siang, Nona Miranda,” sapa Levon, assistant ayahnya menyapa Miranda yang melangkah keluar dari lift.

“Siang, di mana ayah dan kakakku?” tanya Miranda dingin.

“Tuan Besar Ryhan dan Tuan Darren sudah menunggu di ruang meeting,” jawab Levon. “Mari saya antar, Nona.”

Miranda mengangguk. Dengan wajah yang datar dan dingin, dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang meeting mengikuti assistant ayahnya itu.

“Miranda? Kau sudah datang?” Darren, kakaknya menyapa kala melihat Miranda memasuki ruang meeting.

“Kau sudah ada di sini, kenapa aku masih diminta untuk datang?” Miranda masih merungut sebal, dia menarik kursi dan duduk di samping Darren. Ya, dia menghindar duduk di dekat ayahnya. Mengingat sudah sejak tadi ayahnya menatap dirinya dengan tatapan tajam. Tentu Miranda tahu ayahnya akan marah padanya. Bagaimana tidak? Setelah dia menyelesaikan pendidikannya, dia bahkan masih belum kembali ke Roma selama tiga bulan. Sudah sepantasnya ayahnya itu akan marah padanya.

“Kau memang harus berada di sini. Sudah cukup bermain-main, Miranda. Kau harus memegang tanggung jawabmu,” tukas Ryhan dingin dan menatap putrinya dengan tatapan penuh peringatan.

Miranda mendesah pelan. “Ya, Dad. Aku mengerti. Sekarang di mana rekan bisnismu? Kenapa belum datang? Aku tidak suka menunggu terlalu lama. Jika dia tidak professional, lebih baik kau tidak perlu lagi bekerja sama dengannya,” jawabnya dengan nada kesal.

“Jaga bicaramu, Miranda. Dia adalah rekan bisnisku sudah sejak lama,” balas Ryhan meningatkan. “Nantinya, kau akan sering bertemu dengannya.”

‘Menyebalkan sekali,’ gerutu Miranda dalam hati.

“Maaf aku terlambat.” Sosok pria tampan dengan balutan jas formal melangkah masuk ke dalam ruang meeting.

“Apa kabar, Tuan Athes Russel?” Ryhan dan Darren langsung beranjak berdiri menyambut kedatangan sosok pria bernama Athes Russel.

“Apa kalian sudah lama menunggu?” Athes duduk tepat di hadapan Ryhan dan Darren. Miranda yang duduk di samping Darren mengerutkan keningnya kala melihat sosok pria yang duduk di hadapannya. Seketika wajah Miranda berubah menjadi pucat. Terlihat keterkejutannya melihat sosok pria yang dia kenali berada di hadapannya.

“Tidak, kami juga baru saja datang,” jawab Ryhan dengan ramah.

Athes mengalihkan pandangannya kala merasakan ada yang terus memperhatikannya. Tiba-tiba, raut wajah Athes berubah saat melihat sosok wanita cantik duduk dengan gelisah dan raut wajah gugup. Meski wanita itu sedikit menundukkan kepalanya, tapi dia tentu mengenali sosok wanita itu.

“Tuan Athes, perkenalkan ini Miranda, putri bungsuku. Dia baru saja menyelesaikan pendidikannya di London. Nantinya hotel milikku yang bekerja sama denganmu akan dipimpin langsung oleh Miranda. Aku menyerahkan kepemimpinan itu pada putriku,” ujar Ryhan memberi tahu seraya melirik Miranda.

“Miranda, dia adalah Tuan Athes Leonard Russel. Salah satu pemegang saham tertinggi di hotel yang akan kau pimpin. Mulai sekarang kau akan sering berhubungan dengannya,” tukas Ryhan memberi tahu putrinya.

Miranda bungkam. Dia begitu terkejut dengan apa yang dia dengar. Lidahnya terasa begitu kelu. Bahkan rasanya dia tidak bisa berkata-kata. Dia sedikit mengangkat wajahnya, menatap Athes dengan raut wajah yang panik, gugup, takut, dan cemas. Ingin rasanya Miranda melarikan diri, tapi itu tidak mungkin dia bisa lakukan. Demi Tuhan, Miranda tidak tahu harus berbuat apa. Bagaimana mungkin pria yang menjadi one night stand-nya adalah rekan bisnis ayahnya sendiri?

‘Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Atau aku harus berpura-pura tidak mengingatnya? Habislah jika sampai Dad mengetahui ini,’ gerutu Miranda dalam hati. Ya, dia terus merutuki kebodohannya. Kenapa nasibnya sial sekali. Pria yang bekerja sama dengan ayahnya adalah teman kencan cinta satu malamnya.

“Apa ada hal yang kau pikirkan, Nona Miranda Spencer?” Suara Athes bertanya seraya menyunggingkan senyuman misterius, menatap Miranda. Sebuah senyuman yang tersirat menggoda. Terlihat wajah Athes tampak begitu santai kala menatap Miranda yang penuh dengan kegugupan dan kecemasan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
mamah atun
sangat bagus,menarik cerita nya
goodnovel comment avatar
Isti Narko
mantap bgt
goodnovel comment avatar
Tasiana Kuri
crita y keren
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Cinta Satu Malam    Bab 130. Ending Scene (TAMAT)

    Para pelayan tengah sibuk mondar-mandir mengantarkan makanan dan minuman. Tak hanya pelayan saja yang sibuk, tapi juga tiga wanita cantik tengah sibuk menyiapkan tempat untuk suami dan anak-anak mereka agar nyaman.Kini Miranda, Angela, dan Helen tengah menyiapkan tempat, membantu para pelayan. Hari ini adalah hari di mana mereka berkumpul bersama. Tentu mereka sudah menunggu moment ini. Kebersamaan adalah hal manis yang menjadi memori indah untuk mereka.“Miranda, ke mana Athes, Marco, dan Darren? Kenapa mereka dan anak-anak belum juga muncul?” tanya Angela seraya mengedarkan pandangan ke sekitar taman belakang, melihat taman belakang megah itu masih kosong. Belum ada suami dan anak-anak mereka.Miranda mendesah panjang. “Kalau Athes, Marco, dan Kak Darren sudah berkumpul pasti mereka tengah membahas pekerjaan. Aku yakin mereka semua ada di ruang kerja Athes.”Miranda sudah tak lagi terkejut akan hal ini. Pasti kalau ada moment berkumpul, maka Athes bersama dengan Marco dan Darren ak

  • Cinta Satu Malam    Bab 129. Extra Part IX

    Athes dan Miranda melambaikan tangan mereka ke arah mobil yang membawa Audrey dan Zack. Pun bersamaan dengan Rainer yang ada di gendongan Athes turut melabaikan tangan mungilnya. Seperti biasa Audrey dan Zack berangkat ke sekolah mereka diantar dengan sopir. Sedangkan Rainer—si bungsu masih baru berusia 2 tahun. Itu kenapa Athes masih belum memasukkan Rainer ke sekolah. Namun meski belum masuk ke dalam sekolah, tapi Athes sudah mendatangkan guru terbaik ke rumah untuk mengajarkan Rainer.“Athes, kau benar akan bekerja di rumah?” tanya Miranda pada Athes. Sebelumnya, Athes mengatakan padanya kalau akan bekerja di rumah. Well, seperti sedang hujan di padang gurun. Belakangan ini Athes sangat jarang bekerja di rumah. Bahkan terbilang suaminya itu sangat sibuk. Tapi kenapa malah sekarang suaminya memilih bekerja di rumah?“Ya, aku akan bekerja di rumah. Nanti sebentar lagi Marco juga akan datang,” jawab Athes yang sontak membuat Miranda terkejut.“Marco akan datang? Apa dia datang bersama

  • Cinta Satu Malam    Bab 128. Extra Part VIII

    “Sayang, kau sudah pulang?” Angela sedikit terkejut melihat Marco sudah pulang. Padahal terakhir suaminya itu mengatakan kalau akan pulang terlambat.“Iya, tadi rekan bisnisku berhalangan hadir. Anaknya kecelakaan.” Marco melangkah mendekat pada Angela, dan memberikan pelukan serta ciuman lembut di bibir istrinya itu. Pun Angela membalas pelukan serta ciuman Marco. “Tadi Athes menghubungiku, dia bilang Audrey datang. Apa Audrey sudah pulang?” tanyanya seraya membelai pipi Angela.“Sudah, Audrey sudah pulang. Xander yang mengantar Audrey pulang menggunakan motor,” jawab Angela yang sontak membuat Marco terkejut.“Xander mengantar Audrey menggunakan motor? Kau tidak salah?” Alis Marco bertautan. Pasalnya Marco sangat tahu Audrey belum pernah satu kalipun naik motor. Angela menghela napas dalam. “Aku juga tadinya tidak setuju. Tapi Audrey memaksa meminta diantar menggunakan motor. Tenanglah, Sayang. Audrey pasti baik-baik saja. Putra kita sudah biasa mengendarai motor.”Alasan kuat Ange

  • Cinta Satu Malam    Bab 127. Extra Part VII

    “Xander, terima kasih sudah mengantarku pulang ke rumah. Kau mau masuk atau tidak?” tanya Audrey dengan suara yang riang kala Xander menurunkan tubuhnya dari motor. Gadis kecil itu tampak begitu senang dan bahagia.Bisa dikatakan setiap moment yang Audrey lewati bersama dengan Xander selalu saja membuat gadis kecil itu senang. Walaupun Xander selalu bersikap dingin dan seakan mengabaikannya tetap saja Audrey tak pernah mau ambil pusing. Lihat saja jutaan kali Xander menolak, maka jutaan kali juga Audrey mengabaikan penolakan Xander. Skyla Audrey Russel memang gadis kecil yang tak pernah mengenal kata menyerah.“Tidak usah. Aku langsung pulang saja. Kau masuklah. Sampaikan salamku pada kedua orang tuamu,” jawab Xander dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. Xander jengah berlama-lama dengan Audrey. Pemuda itu ingin segera pulang dan menyelesaikan hal-hal yang jauh lebih penting ketimbang masih bersama dengan gadis kecil yang kerap membuatnya sakit kepala.“Kau benar tidak mau masuk, X

  • Cinta Satu Malam    Bab 126. Extra Part VI

    “Xander tunggu aku!” Audrey berlari mengejar Xander yang berjalan cepat masuk ke dalam rumah. Gadis kecil itu tampak kehabisan energy mengerjar Xander. Pasalnya langkah kaki Xander tak mampu Audrey imbangi. Jelas saja Audrey pasti akan kalah dan tertinggal. Tetapi tampaknya gadis kecil itu tak mudah menyerah.Saat Audrey mengejar Xander, tiba-tiba langkah Audrey terhenti kala berpapasan dengan Angela—ibu Xander yang baru saja keluar dari salah satu ruangan yang ada di sudut kiri. Tampak raut wajah Angela sedikit terkejut melihat Audrey ada di hadapannya.“Audrey? Kau di sini, Sayang?” Angela melangkahkan kakinya mendekat pada Audrey.Audrey tersenyum manis. “Iya, Bibi. Aku ingin bertemu dengan Xander.”“Apa Xander sudah pulang?” Angela mengedarkan pandangannya, wanita itu tadi sibuk menata pajangan di ruangan kosong sampai tak tahu putranya sudah pulang atau belum.Audrey menganggukkan kepalanya. “Sudah, Bibi. Xander sudah pulang. Tadi aku bertemu dengan Xander di depan. Tapi sekarang

  • Cinta Satu Malam    Bab 125. Extra Part V

    “Athes, apa kau masih sibuk?” Miranda duduk di ranjang tepat di samping Athes yang sejak tadi sibuk pada iPad yang ada di tangannya. Entah pekerjaan apa yang sedang diurus sang suami. Belakangan ini memang kesibukan suaminya itu berkali-kali lipat.“Tinggal sedikit lagi. Kau tidurlah duluan, Sayang. Nanti aku akan menyusul,” jawab Athes tanpa mengalihkan pandangannya dari iPad-nya itu.Miranda mendesah pelan. “Ini sudah malam, Athes. Kau mau tidur jam berapa? Belakangan ini kenapa kau selalu saja bergadang. Kau bisa belanjutkan pekerjaanmu lagi besok.”Mendengar keluhan Miranda membuat Athes langsung meletakkan iPad-nya itu ke atas nakas. Athes tak ingin membuat istrinya itu marah padanya. Detik selanjutnya, Athes menarik tangan sang istri, berbaring di ranjang dalam posisi Athes memeluk Miranda.“Maaf. Ada beberapa project baru yang tidak bisa ditunda. Itu kenapa belakangan ini aku sangat sibuk.” Athes mengecupi pipi Miranda. Memeluk erat dan hangat istrinya itu. “Ya sudah, lebih bai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status