Nayla dan Xander masuk ke dalam rumah, Kayla tetap di samping mereka, mengamati langkah mereka dengan hati yang gelap. Dia merasa yakin bahwa kedatangan Nayla pasti akan menimbulkan masalah bagi keluarga mereka.
Tanpa ragu, Kayla mengambil ponselnya dan segera membuka pesan balasan dari Sefia. Dia tahu bahwa dia harus memberi tahu Sefia tentang apa yang sedang terjadi di dalam rumah.
"Hei, mengapa kamu tidak membalas?" Kayla mengetik banyak pesan.
"Situasi di sini semakin rumit," tulis Kayla dengan cepat. "Nayla ada di sini, dan dia ingin bicara dengan Xander. Kita perlu bertindak cepat untuk mencegahnya mengganggu rencana kita."
Tidak butuh waktu lama bagi Sefia untuk merespons pesan Kayla. Pesan yang banyak membuat ponselnya berdering terus.
Sefia mengernyitkan alis saat membaca pesan-pesan tersebut.
"Apa yang harus aku lakukan?" tulisnya dengan cepat, kekhawatiran jelas terlihat dalam kata-katanya.
Kayla merenung sejenak sebe
Mereka berdua berjalan menuju pintu depan rumah dengan langkah yang cepat, tetapi Zavier tetap mempertahankan sikap dinginnya. Tatapannya yang tajam mencerminkan kemarahannya yang sedang memuncak, dan Sefia merasa semakin cemas melihat ekspresi wajahnya.Segera setelah mereka tiba di depan pintu rumah, Zavier mengetuk pintu dengan keras, membiarkan amarahnya meledak dengan cara yang tidak biasa baginya.Dia merasa tidak bisa lagi menahan semua emosinya, dan saat pintu terbuka, dia siap untuk menghadapi apa pun yang menunggu di dalam rumah itu.Zavier masuk ke dalam rumah setelah pintu dibukakan oleh Kayla, langkahnya tergesa-gesa dan ekspresinya masih dipenuhi dengan kemarahan yang membara. Tatapan dinginnya mencerminkan ketegangan yang ada di dalam dirinya, dan langkahnya mantap saat dia menuju ke arah Nayla.Nayla, yang berdiri di tengah ruang tamu dengan perasaan yang campur aduk, memandang Zavier dengan hati yang berdebar kencang. Ketika Zavier mendek
Mendengar semua kejadian di hadapannya, Xander memegang ulu hatinya yang mulai terasa sakit.Pria itu menatap tajam ke arah Zavier, mengharapkan sang putra bijak menanggapi apa yang menjadi tanggung jawabnya.Zavier, yang masih berusaha untuk menemukan kata-kata untuk merespons pertanyaan Nayla, terdiam oleh pengakuan Sefia.Matanya beralih antara Nayla dan Sefia, mencoba memahami implikasi dari apa yang baru saja diungkapkan oleh Sefia.Dia merasa hatinya berdenyut kencang, terasa seperti sebuah beban besar yang mendorongnya ke dalam keputusan yang sulit. Bagian dari dirinya ingin menolak pengakuan Sefia, menegaskan cintanya kepada Nayla. Tetapi bagian lainnya, yang terdalam, merasa bingung dan terombang-ambing antara dua perasaan yang bertentangan.Sementara itu, Sefia masih berdiri di sana dengan wajah yang penuh dengan kepuasan. Tersenyum penuh kemenangan.Dia merasa senang telah berhasil menempatkan dirinya sebagai pemenang dalam pertar
Mereka berdua masuk ke dalam rumah, diiringi oleh suara gemericik hujan di luar. Walaupun suasana di dalam rumah terasa tegang dan penuh dengan ketidakpastian, setidaknya mereka merasa aman dari badai yang melanda di luar sana. Nayla merasa terharu dengan gestur perlindungan Zavier, namun, ketenangan mereka segera terganggu saat ponsel Zavier berdering dengan keras. Mereka baru saja masuk ke dalam rumah, namun panggilan tak terduga dari Sefia membuat suasana menjadi tegang. Zavier menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan. "Sefia? Apa yang terjadi?" tanya Zavier, suaranya sedikit gemetar oleh kepanikan yang mulai merasukinya. Tangannya terlihat bergetar saat memegang ponselnya dengan kuat. Nayla juga mendengar kabar yang buruk dari telepon, dan wajahnya terlihat penuh kekhawatiran. "Apakah ada yang terjadi pada ayahmu?" tanyanya, mencoba menangkap percakapan. Melihat gestur yang ditunjukkan Zavier, Nayla menebak sesuatu yang buruk sedang ter
Zavier memejamkan matanya, merasakan getaran kehangatan dari tubuh Nayla yang basah kuyup. Dia menyesal telah menyakiti hatinya dan berjanji untuk mencoba lebih baik di masa depan.Kedua pasangan itu tetap berpelukan di bawah guyuran hujan yang semakin reda. Sesaat kemudian, Zavier dan Nayla saling berhadapan. Wajah mereka yang dipenuhi oleh rasa bersalah dan penyesalan itu bertemu dalam keheningan yang menyentuh.Dengan lembut, Zavier mengangkat dagu Nayla dengan ujung jari, membiarkan tatapannya tenggelam dalam mata Nayla yang berkilau. Detik berlalu dalam keheningan, menandakan kedekatan mereka yang terpendam.Tanpa sepatah kata pun, Zavier kemudian menempatkan bibirnya di bibir Nayla. Ciuman itu tidaklah cepat atau gegabah, melainkan lambat dan penuh makna. Bibir mereka bertemu dalam kehangatan yang memenuhi ruang di antara mereka, membangkitkan kilau asmara yang lama terpendam.Saat bibir mereka menyatu, segala kegelisahan dan kekhawatiran seolah len
Setelah Zavier menelan obatnya, Nayla duduk di sampingnya di sofa, merangkulnya dengan penuh kasih sayang. "Apa aku harus menghubungi Sefia untuk menanyakan kabar tentang Ayahmu?" tanyanya dengan lembut.Zavier mengangguk lemah. "Ya, tolong. Beritahu dia bahwa hujan terlalu deras untuk kita hadir di sana," ucapnya dengan suara yang pelan.Nayla mengangguk mengerti, lalu mengambil ponselnya dan mencari nomor Sefia. Dia mengirimkan pesan singkat kepada Sefia, menanyakan kabar tentang kondisi ayah Zavier dan memberitahunya bahwa mereka tidak bisa datang karena hujan yang deras. Nayla tidak ingin menlakukan panggilan langsung karena takut pembicaraan yang tidak perlu terjadi.Setelah mengirim pesan tersebut, Nayla kembali duduk di samping Zavier, merangkulnya dengan erat. Mereka berdua kemudian duduk bersama dalam keheningan, menunggu kabar dari Sefia dan berharap agar kondisi ayah Zavier segera membaik.Dengan lembut, Nayla membiarkan kepala Zavier beristira
Setengah jam berlalu. Nayla berdiri di samping tempat tidur dengan kebingungan yang masih menyelimuti pikirannya. Dia ingin pergi dan tidur di kamar lain, memberi Zavier ruang yang dia butuhkan untuk beristirahat tanpa gangguan. Tetapi, saat dia bergerak hendak pergi, tangan Zavier tiba-tiba saja meraih tangannya dengan erat, menahannya di tempat.Zavier, meskipun terlelap, masih merasakan kepergian Nayla. Dalam keadaan setengah sadar, dia menggapai tangan Nayla dan menariknya kembali ke dekatnya.Nayla terjatuh kembali di atas ranjang dan berada dalam pelukan Zavier."Zav ..., " panggil Nayla dengan lirih, namun tampaknya pria itu benar-benar tertidur.Pelukannya menjadi lebih erat, seolah-olah dia mencoba menahan Nayla di sisinya dengan segenap kekuatannya.Nayla merasakan getaran hangat dari pelukan Zavier. Meskipun hatinya masih dipenuhi dengan keraguan, tetapi getaran cinta dari Zavier menyentuh hatinya dengan lembut. Dia membiarkan dirinya lu
Nayla merasa tertampar oleh kata-kata Kayla, tapi dia tidak akan menyerah begitu saja. Dia tahu bahwa dia harus menghadap Xander, setidaknya dia harus menunjukkan rasa simpatinya."Saya harus berbicara dengannya," ucap Nayla dengan tekad yang mengejutkan bahkan dirinya sendiri. "Saya hanya membawa buah-buahan dan menunjukkan simpati saya."Kayla menatap Nayla dengan kekakuan. "Kamu berani sekali datang ke sini dan berbuat seolah-olah tidak bersalah. Kamu adalah penghancur keluarga kami, Nayla. Kamu tidak pantas menjadi bagian dari keluarga ini. Lihat apa yang sudah kau lakukan kepada Zavier dan Xander-ku. Pria itu terbaring lemah sekarang!"Kayla menutup mulutnya seoalh-olah sedang menahan tangisan. Padahal dia hanya berpura-pura melakonkan drama betapa hancur hatinya.Nayla merasa sesak, tapi dia tidak akan membiarkan kata-kata Kayla menghentikannya. Dengan keberanian yang dia kumpulkan dari dalam, dia melangkah maju, menantang pandangan tajam ibu tiri Z
Nayla mengangguk setuju, merasakan urgensi dari situasi tersebut. Mereka semua menyadari bahwa waktu sangat berharga, dan setiap detik sangatlah penting untuk Xander. Dengan hati yang berat namun tekad yang kuat, mereka bersiap untuk menghadapi perjuangan yang ada di depan."Aku sebenarnya memiliki sebuah cara, tapi ... " Sefia menghentikan kalimatnya dan menatap Zavier dalam-dalam.Klaim mendadak Sefia tentang memiliki cara untuk membantu Xander memancing rasa ingin tahu Zavier.Dia mengerutkan kening dengan kebingungan, bertanya-tanya apa yang bisa Sefia tawarkan yang belum dipertimbangkan oleh para dokter."Apa maksudmu?" tanyanya, suaranya terdengar dengan campuran skeptisisme dan harapan.Namun, Sefia tetap misterius, ekspresinya sulit dibaca. "Kamu harus ikut denganku untuk mengetahuinya," ujarnya, nada bicaranya menunjukkan rasa urgensi. "Kita harus bicara di tempat lain."Zavier bertukar pandang dengan Nayla, diam-diam menyampa