Share

Cinta Terhalang Restu
Cinta Terhalang Restu
Author: Sliming

bab 1

Author: Sliming
last update Last Updated: 2023-10-18 23:52:21

Inez  bangun pagi, dia segera bersiap-siap  dengan memakai baju yang biasa di gunakan untuk ke ladang. Akan tetapi hari ini ada yang berbeda, karena sejak tadi dirinya belum melihat sang Ayah. Hingga rasa penasarannya muncul, dia bergegas mencarinya ke belakang. Sampai di sana dia hanya mendapati ibunya yang tengah sibuk menyiapkan bekal untuk mereka.

“Ibu, Ayah ke mana?” ucap Inez  seraya melangkah mendekat ke arah ibunya.

Mendengar pertanyaan putrinya dia segera menoleh seraya berkata. “Ayah sedang di panggil Pak Kades. Jadi tadi pagi sudah berangkat.”

“Pantas saja, aku tidak melihat Ayah,” ujar Inez sambil mendudukkan dirinya.

“Apa kamu tidak lelah?” tanya Nilam sambil menatap anaknya penuh rasa tidak tega. Dirinya sangat berharap Inez bisa melanjutkan pendidikan. Akan tetapi karena terhalang biaya hingga membuatnya harus putus sekolah.

Inez langsung memasang raut  penuh tanya. Dirinya tentu bingung dengan apa yang diucapkan ibunya beberapa saat lalu.

“Maksud Ibu apa?” tanya Inez sambil membalik tubuhnya hingga berhadapan dengan Ibunya.

“Kamu tidak lelah, membantu Ayah dan Ibu setiap hari?” Nilam kembali menanyakan hal yang selalu mengganjal di hatinya itu.

“Tentu saja tidak Bu. Justru aku senang. Karena aku bisa banyak belajar dari kalian” sahut Inez dengan senyum mengembang di wajahnya.

Nilam merasa lega mendapatkan jawaban seperti itu, karena dirinya selalu merasa bersalah terhadap putrinya itu. Andai saja dia memiliki uang sudah pasti dia ingin Inez melanjutkan sekolahnya tanpa harus membantu mereka seperti saat ini.

“Oh, iya Bu. Tumben Pak Kades, memanggil Ayah” ucap Inez yang penasaran karena hal itu.

"Kalau tidak salah, nanti siang ada mahasiswa yang akan ikut KKN di desa kita. Jadi ayah pergi pagi karena harus ikut rapat dengan aparat di sini" Ibunya mulai menjelaskan mengapa Ayahnya di panggil oleh Pak Kades.

Inez mendengar kabar itu cukup kaget, karena selama ini tidak ada yang pernah datang ke desa mereka. Mengingat desanya sangat terpencil sekali jadi saat mendengar membuatnya sedikit merasa aneh tetapi ada juga rasa senang karena ada yang melirik desa mereka yang begitu pelosok dan jauh dari kota.

Hari sudah menjelang siang pembicaraan keduanya tidak di lanjutkan dan mereka  langsung bersiap-siap untuk pergi ke ladang. Inez yang hanya menggunakan pakaian lusuh. Namun, tidak menghilangkan kecantikan yang dia miliki.

Kecantikannya hampir  semua pemuda berusaha mendekatinya, tetapi  dia belum ingin berpacaran hingga tidak pernah menggubris para pemuda itu.

Inez selalu tampak bahagia saat menemani Ibunya, bahkan terkadang selama perjalanan dia berdendang sambil menikmati suasana yang masih sangat asri.

Sesampainya di ladang, dia bersama ibunya mulai mengambil peralatan untuk menanam jagung. Karena musim hujan sudah berlalu dan air sungai mulai mengering terpaksa mereka menanam jagung karena tidak perlu menggunakan air terlalu banyak.

“Neng, ayo kita istirahat dulu!” ajak Nilam, mengingat hari sudah menjelang siang.

“Bentar. Bu, ini tanggung” jawab Inez yang masih sibuk dengan benih yang masih berada di tangannya.

“Sudah tinggalkan dulu.” pinta Nilam.

Karena perutnya juga sudah merasa lapar, akhirnya dia bergegas menghampiri Ibunya yang sudah menunggunya di salah satu pematang ladang yang belum di tanami apapun.

“Apa Ayah tidak menyusul kita kesini?” tanya Inez kembali.

“Sepertinya tidak, mungkin Ayah masih sibuk di balai Desa” Jawab Nilam sambil memberikan bekal yang tadi mereka bawa.

Sebenarnya Inez merasa sedih karena untuk pertama kali pergi tanpa Ayahnya, seperti ada yang hilang bahkan suasana sepi karena hanya mereka berdua saja di sana.

“Nilam” teriak seseorang dari seberang sana seraya melambaikan tangan.

Inez serta ibunya langsung menoleh ke arah suara itu dan langsung tersenyum, saat melihat salah satu tetangga mereka ternyata ada di sana.

“Bude” panggil Inez seraya tersenyum dan membalas lambaian tangan dari wanita itu.

“Mbak, ada disini?” tanya Nilam dengan sedikit berteriak. Karena jarak diantara mereka cukup jauh.

“Iya, kamu bawa bekal apa?” balas wanita itu.

“Biasa Mbak, cepat sini” ajak Nilam dengan melambaikan tangannya.

“Nanti aku ke sana, ini masih belum selesai” ucapnya dengan sedikit berteriak seraya menunjukkan sesuatu.

Nilam segera menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Inez yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan keduanya sambil menyantap bekal.

“Bu, memang bude sedang menanam apa?” tanya Inez.

“Sepertinya sama seperti kita” jawab Nilam sambil menoleh ke arah Inez yang berada di sampingnya.

“Kenapa hampir semua orang di sini, menanamnya sama iya, Bu.” ucap Inez dengan sedikit rasa penasaran mengingat mereka hampir semuanya menanam jagung.

“Karena sudah tidak ada musim hujan, jadi sudah pasti semua menanam jagung. Ada juga yang menanam kacang bahkan umbi-umbian yang tidak memerlukan air banyak” jelas Nilam.

Inez yang mengerti hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, tidak mau membuang waktu mereka lagi. Karena hari sudah semakin siang mereka harus segera kembali melanjutkan pekerjaannya.

Nilam terlebih dahulu menyelesaikan makannya langsung beranjak dari duduknya sedangkan Inez merapikan sisa makanan yang masih ada dan segera menggantungnya di salah satu pohon yang berada di sana.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Terhalang Restu   bab 30

    Nia membantu merawat Inez dan juga bayinya, mengingat dia hanya seorang diri bahkan ini pengalaman pertama baginya, walau tidak memiliki pengalaman. Namun, Nia telaten dalam mengurus bayi membuat Inez semakin kagum dengan sosoknya.Tetapi di sisi lain Inez semakin merasa berhutang budi banyak kepada Nia, karena rela menutup tokonya sementara demi membantu dirinya. “Mbak, terima kasih banyak. Maaf kalau aku jadi merepotkan,” ucap Inez. “Kamu jangan ngomong gitu, aku senang bisa bantu kamu,” jawab Nia. Dia langsung memberikan Devano kepada Inez untuk di beri asi, setelah semua selesai karena hari sudah sore Nia berniat untuk berpamitan karena dia harus segera pulang. “Nez. Kamu gak apa-apa kalau aku tinggal?” tanya Nia. “Iya Mbak,” jawab Inez. Nia sekarang lebih tenang setelah mendapatkan jawaban seperti itu, dia langsung bersiap-siap tidak lupa menggendong Devano terlebih dahulu sebelum dirinya pulang. Waktu terus berjalan tanpa terasa kini Devano berusia 6 bulan, Inez memberika

  • Cinta Terhalang Restu   bab 29

    Satu Minggu berlalu Inez yang merasa bosan berada di rumah terus memutuskan untuk berkunjung ke toko. Namun, saat hendak melangkah tiba-tiba dia merasakan perutnya sakit. “Aduh,” ucap Inez sambil memegangi perutnya. Inez langsung menyandarkan diri sambil menarik napas supaya rasa sakit di perutnya mereda, setelah merasa lebih baik dia segera mengambil tas dan bergegas pergi. Selama perjalanan menuju toko sesekali dia merasakan kontraksi yang tidak terlalu sering. Namun, masih bisa di tahan. Dia langsung menarik napas lega setelah sampai di depan toko setelah perjuangan berjalan ke sana sambil merasakan perutnya yang sesekali terasa sakit. Dia menunggu sebentar setelah melihat masih banyak pembeli di sana, sambil sesekali mengelus perutnya yang terasa kencang.“Nez. Kenapa kamu di sini?” tanya Nia. Tanpa sengaja dia melihatnya berada di dekat toko. “Aku mau main Mbak, Cuma tadi lagi rame jadi menunggu di sini,” jawab Inez sambil berjalan menghampiri Nia. Wajah Nia begitu sangat b

  • Cinta Terhalang Restu   bab 28

    Inez mulai tampak lelah karena sekarang kandungannya sudah memasuki usia 9 bulan. Namun, dia masih semangat bekerja. Sering kali Nia mengingatkan agar dia mengambil cuti supaya tidak terlalu lelah, tetapi Inez masih masih semangat dan kuat untuk tetap bekerja. “Apa kamu belum mau ambil cuti?” tanya Nia. “Belum Mbak, lagian aku masih kuat,” jawab Inez. “Tapi aku sangat khawatir,” ucap Nia. “Gak usah khawatir Mbak, aku baik-baik saja,” jawab Inez. “Ya sudah. Tapi kalau kamu capek istirahat, jangan terlalu di paksakan,” sahut Nia. “Iya Mbak,” jawab Inez. Sebenarnya Nia sudah merasa tidak tega saat melihat Inez, tetapi karena semangat dan keras kepalanya membuat dia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan sering kali dia meminta Inez untuk sering beristirahat tapi tidak pernah di dengarkan. Nia menatap Inez dengan tatapan yang sulit di artikan, mungkin kalau dirinya ada di posisi seperti Inez saat ini dia pasti sudah menyerah. Tidak terasa matanya langsung berkaca-kaca saat mengingat k

  • Cinta Terhalang Restu   bab 27

    Leli yang memang sudah mengatur pertemuan untuk Adit dan Keyla, meminta agar putranya itu bersiap-siap karena mereka akan pergi ke rumah keluarga Wiguna. Yang tidak lain orang tua dari Keyla.“Kenapa harus secepat ini?” tanya Adit. Dia tidak pernah mengira bahwa perjodohan yang di usulkan oleh Maminya begitu cepat.“Bukannya lebih cepat itu lebih baik,” ucap Leli.“Benar, lagian apa yang kamu tunggu?” Sambung Hendra. “Aku belum siap,” ujar Adit. Keduanya langsung kaget saat mendengar hal itu, tentu mereka tidak menyangka kalau Adit akan mengatakannya. “Apa?” tanya Leli. Seraya menatap dengan tatapan kesal kepada Adit. “Aku memang setuju untuk bertemu dengan wanita pilihan kalian, tetapi tidak secepat ini,” ucap Adit. “Jangan membuat masalah,” sahut Hendra.Dia segera beranjak dari duduknya saat merasa kalau Adit sedang mempermainkan mereka berdua. “Pokoknya. Mami tidak mau dengar apa pun, kita akan pergi malam ini,” ucap Leli.Sungguh Adit semakin tidak habis pikir, mengapa ora

  • Cinta Terhalang Restu   bab 26

    Kehidupan Inez mulai membaik setelah dirinya bekerja, bahkan dia merasa bersyukur memiliki bos seperti Nia. Yang selalu memerhatikan apa pun tentang dirinya hingga membuat dia tidak merasa sendirian lagi. Tetapi semuanya berbanding terbalik dengan kehidupan yang Adit  jalani, semenjak lulus kuliah dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, hal itu membuat kedua orang tuanya berniat untuk mengajarkan Adit mengelola perusahaan yang kelak akan menjadi miliknya. Beberapa bulan berlalu. Namun, sikap Adit masih dingin bahkan dia cenderung lebih suka mengurung diri di kamar, hal itu membuat kedua orang tuanya memikirkan rencana untuk mencarikan calon istri untuk Adit. Hendra tahu bahwa putranya belum bisa lepas dari bayang-bayang wanita itu, memutuskan untuk mengajak membantunya di perusahaan. Adit menolak permintaan Papinya karena dia merasa tidak cocok bekerja di sana, terlebih dia tidak tertarik dengan dunia bisnis.

  • Cinta Terhalang Restu   bab 26

    Hari pertama bekerja Inez begitu sangat bersemangat bahkan terkadang dia sampai lupa untuk beristirahat, hal itu membuat Nia begitu kesal karena Inez tidak mementingkan asupan makanan untuk calon bayinya.“Kamu belum makan?” tanya Nia.“Belum Mbak, nanti saja,” sahut Inez. “Sekarang kamu makan dulu, ini sudah lewat jam makan siang. Nanti biar itu aku yang selesaikan,” ucap Nia. Dia segera menarik roti yang tengah di susun Inez.“Tapi Mbak, ini tinggal dikit lagi,” jawab Inez. “Baiklah! Kalau kamu mau selesaikan ini. Tapi mulai besok tidak perlu datang kesini lagi,” kesal Nia. “Kalau gitu, aku makan dulu Mbak,” ucap Inez Dia hanya mengangukan kepalanya sebagai jawaban.Mendengar Nia berkata seperti itu Inez mau tidak mau menurut karena dia tidak ingin sampai kehilangan pekerjaannya, dia segera melangkah pergi ke ruangan belakang di mana Nia suda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status