Share

Bab 6

Author: Aall
last update Last Updated: 2025-04-20 15:03:55

Bab 6: Di Antara Sorotan dan Rahasia

Suasana kantor berubah drastis dalam waktu kurang dari tiga hari. Media mulai mencium aroma skandal yang menguar dari balik dinding kaca gedung megah tempat Adrian memimpin. Sebuah artikel anonim muncul di salah satu portal berita finansial, menyebutkan "seorang CEO muda dari perusahaan teknologi ternama" yang menyembunyikan masa lalu kelam di Eropa. Meski nama Adrian tidak disebutkan langsung, deskripsi dalam artikel itu terlalu rinci untuk dianggap kebetulan.

Sophie membacanya di ruang pantry, jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Kata demi kata seperti pisau yang mengiris bayangan sempurna yang selama ini berusaha Adrian bangun.

"Kalau berita ini benar, bisa jadi perusahaan kita bakal jatuh," gumam Rina, salah satu staf keuangan.

"Gila ya... masa lalu kayak gitu bisa keangkat lagi," sahut Leo, staf marketing.

Sophie menutup peramban di ponselnya, berusaha menenangkan diri. Ia tahu ini bukan saatnya panik. Namun, dalam hatinya, ada kecemasan lain yang tak bisa ia kendalikan—bagaimana jika kepercayaan yang Adrian berikan padanya justru menjadi kelemahan yang bisa dimanfaatkan orang lain?

---

Hari itu juga, Adrian mengadakan rapat darurat dengan semua divisi utama. Sophie duduk di belakang, mencatat poin-poin penting sambil mengamati ekspresi Adrian yang tampak lebih tegang dari biasanya.

"Aku tidak akan menyangkal bahwa masa laluku bukan hal yang mudah. Tapi aku berdiri di sini bukan karena aku bersembunyi, melainkan karena aku bertanggung jawab atas setiap keputusan yang kuambil," ucap Adrian lantang.

Beberapa kepala mengangguk pelan, namun tak sedikit pula yang masih tampak ragu. Dunia korporat memang kejam. Tidak cukup hanya dengan kerja keras—reputasi adalah segalanya.

Setelah rapat selesai, Adrian memanggil Sophie ke ruangannya.

"Kita harus bicara."

Sophie mengangguk, lalu masuk dan menutup pintu.

"Aku butuh bantuanmu buat menyusun pernyataan resmi perusahaan. Tapi bukan itu saja. Aku juga butuh kamu untuk jadi penghubung antara aku dan beberapa investor. Kamu tahu cara bicara yang tenang, dan mereka sudah mengenalmu."

"Baik, saya siap," jawab Sophie cepat.

Adrian mengangguk, menatapnya dalam. "Dan satu lagi. Aku tahu ini bisa membahayakan kamu. Kalau kamu merasa tidak nyaman, kamu boleh menolak. Aku tidak akan menganggap kamu tidak setia."

Sophie tersenyum tipis. "Saya tetap di sini karena saya percaya Anda. Bukan karena terpaksa."

Adrian tak menjawab. Namun, dari sorot matanya, Sophie tahu ia menghargai itu lebih dari apa pun.

---

Malam harinya, Sophie bekerja lembur menyiapkan dokumen klarifikasi. Ia duduk sendirian di ruang rapat, ditemani kopi dingin dan laptop yang menyala. Di luar, hujan turun deras.

Tiba-tiba, pintu diketuk. Adrian masuk, membawakan dua kotak makanan.

"Kamu belum makan, kan?"

Sophie terkekeh. "Kamu? Eh, maksud saya... Bapak CEO beliin saya makan malam?"

Adrian menarik kursi dan duduk di sebelahnya. "Anggap saja sebagai bentuk terima kasih. Atau suap, biar kamu terus bela aku."

Sophie membuka kotak nasi goreng dan mulai makan. Suasana hening, tapi nyaman.

"Sophie," ucap Adrian perlahan, "kamu pernah merasa... semua orang melihat kamu seperti kamu bukan siapa-siapa?"

Sophie mengangkat kepala, menatapnya. "Iya. Bahkan waktu aku kuliah. Anak-anak lain dari keluarga pengusaha. Aku? Anak single mom yang buka laundry kiloan."

Adrian terdiam sejenak. "Kadang aku juga merasa seperti itu. Di mata mereka, aku cuma pewaris yang gagal. Bukan orang yang membangun perusahaan dari nol."

"Tapi saya lihatnya beda."

"Kenapa?"

"Karena saya lihat kamu sebagai orang yang jatuh, tapi bangkit lagi. Dan itu lebih keren dari semua gelar atau warisan."

Mata mereka bertemu. Tatapan itu tak lagi sekadar profesional. Ada kehangatan, pengertian, dan sesuatu yang belum mereka ucapkan.

---

Keesokan paginya, Sophie menjadi juru bicara perusahaan dalam video internal yang dikirim ke semua investor. Dengan suara tenang dan bahasa yang sopan, ia menyampaikan bahwa perusahaan tetap sehat secara finansial dan segala tuduhan yang beredar tidak berdasar hukum. Adrian berdiri di belakang kamera, memperhatikan setiap kata.

Usai video direkam, Adrian menghampirinya dan berkata pelan, "Kamu luar biasa."

Sophie tertawa kecil. "Saya cuma baca skrip yang kamu tulis."

"Bukan. Cara kamu bawakan. Kepercayaan kamu. Itu yang bikin beda."

---

Namun, badai belum benar-benar reda.

Beberapa wartawan mulai mencoba menyusup ke area gedung, berpura-pura menjadi tamu atau kurir. HRD harus menambah petugas keamanan. Bahkan, beberapa surel ancaman anonim mulai masuk ke akun email Adrian.

Sophie mulai merasa cemas. Ia tahu Adrian kuat, tetapi dia juga manusia. Ia bisa lelah, bisa takut.

Dan malam itu, ketakutannya menjadi kenyataan.

Adrian menghilang.

Ponselnya tidak aktif. Sopir pribadinya tidak tahu ke mana dia pergi. Bahkan tim direksi pun panik.

Sophie mencoba menenangkan diri. Ia ingat satu hal: tempat favorit Adrian.

Ia memanggil taksi dan meluncur ke arah taman kecil di sisi kota—taman yang pernah diceritakan Adrian sebagai tempat ia sering duduk saat pertama kali datang ke Indonesia.

Dan benar saja. Di bangku taman yang sepi, dalam hujan gerimis, Adrian duduk dengan jas basah kuyup, menatap langit gelap.

"Kenapa kamu ke sini?" tanya Sophie pelan, berjalan mendekat dengan payung.

Adrian menoleh. Matanya merah, entah karena lelah atau karena air hujan.

"Aku cuma... butuh sebentar untuk jadi bukan siapa-siapa."

Sophie duduk di sebelahnya. Payungnya hanya cukup untuk satu orang, jadi mereka berdua tetap basah. Tapi tidak ada yang peduli.

"Kamu nggak sendiri," ucap Sophie.

Adrian menatapnya. Lama.

"Kenapa kamu masih di sini?"

"Karena saya peduli. Bukan sebagai sekretaris. Tapi sebagai Sophie."

Dan saat itu, di tengah hujan yang menari di atas aspal dan daun, Adrian perlahan menggenggam tangan Sophie. Tak ada kata-kata romantis, tak ada pengakuan cinta. Hanya genggaman diam yang lebih kuat dari segala janji.

---

Hari-hari berikutnya tetap berat. Namun, ada kekuatan baru yang muncul dari kebersamaan mereka. Sophie menjadi penopang dalam diam, tempat Adrian kembali saat dunia terasa berat.

Adrian mulai bicara lebih terbuka. Tentang rasa takut. Tentang rasa bersalah pada ibunya yang kini tinggal di rumah sakit di Paris. Tentang adik laki-lakinya yang memutuskan hubungan karena percaya rumor itu.

Sophie mendengarkan. Kadang membalas. Kadang hanya menggenggam tangannya.

Namun, hubungan itu tetap tak bisa diumumkan. Mereka masih CEO dan sekretaris. Dan dunia masih terlalu kejam untuk kisah cinta yang tumbuh dalam bayang-bayang.

Tapi mereka tahu satu hal cinta itu nyata, meski tersembunyi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   bab 24

    Bab 24  Menyongsong Masa Depan, BersamaLangit malam semakin gelap, namun di dalam kantor mereka, lampu-lampu masih menyala terang. Sophie dan Adrian duduk berdampingan di meja kerja mereka, di tengah tumpukan proposal dan catatan kecil yang berserakan. Hari-hari mereka dipenuhi dengan pertemuan, diskusi panjang, dan sesekali tawa ringan, tetapi rasa lelah tetap terasa. Namun, kali ini ada rasa kepuasan yang tidak bisa disangkal, sebuah perasaan yang lebih besar dari sekadar kelelahan fisik.Beberapa bulan setelah pelatihan keterampilan pertama yang mereka selenggarakan untuk anak-anak, proyek mereka mulai menunjukkan hasil. Mereka berhasil memperoleh beberapa sponsor dari perusahaan besar yang tertarik untuk mendukung program sosial mereka. Tidak hanya itu, mereka juga berhasil menarik perhatian media lokal yang mulai meliput kegiatan mereka. Nama mereka, Sophie dan Adrian, mulai dikenal di kalangan komunitas sosial."Sophie, kita sudah jau

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 23

    Bab 23 Langkah Baru, Penuh HarapanPagi itu, langit cerah menyambut kedatangan mereka dengan hangat. Namun, meskipun cuaca terlihat begitu indah, Sophie dan Adrian tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang. Setelah beberapa hari yang penuh refleksi, mereka merasa bahwa hidup mereka perlu perubahan, lebih dari sekadar sekedar memperbaiki hubungan pribadi mereka, tapi juga memperbarui visi dan tujuan mereka. Kembali ke rutinitas lama, dengan segala tuntutannya, akan membebani mereka jika tidak ada langkah nyata untuk memperbaiki keadaan.Sophie menyarankan agar mereka lebih aktif dalam proyek sosial yang mereka impikan, dan Adrian mendukung sepenuhnya. Mereka ingin memberikan dampak positif, bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk masyarakat di sekitar mereka. Dalam hati mereka, mereka merasa semakin sadar bahwa hidup yang hanya berfokus pada kesuksesan pribadi atau pekerjaan tidaklah cukup. Ada kebutuhan yang lebih besar yang harus mereka

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 22

    Bab 22  Menyusuri Jejak TakdirSetelah pertemuan itu, waktu terasa berjalan semakin cepat. Hari-hari yang mereka lalui penuh dengan ketegangan, namun juga penuh dengan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat. Sophie dan Adrian telah mulai melihat kembali hubungan mereka dengan cara yang berbeda. Mereka tahu bahwa meskipun cinta adalah dasar dari semuanya, kehidupan tidak selalu tentang kebahagiaan semata. Ada komitmen, kerja keras, dan pengorbanan yang harus dilakukan.Sophie menghela napas panjang saat menatap kota besar di luar jendela kantor. Semua serba cepat, penuh dengan kesibukan, dan terkadang, itulah yang membuatnya merasa terjebak. Tapi saat ia mengingat kembali perjalanan mereka ke kota kecil tepi pantai itu, ada sedikit harapan yang kembali tumbuh di dalam hatinya. Hari-hari di sana memberi mereka lebih banyak ruang untuk berbicara, saling mendengar, dan yang terpenting, saling memahami. Mereka tahu bahwa mereka mas

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 21

    Bab 21 – Menyusuri Jejak TakdirHari-hari berlalu dengan cepat, dan meskipun hujan mulai reda dan langit terlihat lebih cerah, ada banyak hal yang belum terselesaikan. Sophie dan Adrian telah berusaha menjaga hubungan mereka dengan lebih baik, meskipun tantangan masih datang silih berganti. Di luar pekerjaan, kehidupan pribadi mereka mulai terasa semakin terikat, dan meskipun mereka berusaha menghadapinya dengan tenang, ada kalanya kelelahan menguras kekuatan mereka.Malam itu, setelah sebuah rapat panjang yang penuh dengan perdebatan dan diskusi, Sophie kembali ke apartemennya. Ia merasa lelah, baik fisik maupun mental. Rapat yang seharusnya membawa mereka ke langkah yang lebih maju malah menambah beban pikiran yang semakin berat. Banyak hal yang belum ia pahami, dan semakin lama, ia merasa semakin terjebak dalam lingkaran yang sulit untuk keluar.Saat ia tiba di apartemen, ia melihat Adrian duduk di sofa dengan ekspresi yang tidak biasa, l

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 20

    Bab 20 – Di Balik Tirai WaktuHujan turun deras di luar jendela rumah mereka, seolah mencerminkan hati Sophie yang sedang bergelora. Sudah hampir sebulan sejak konferensi besar itu, dan meskipun mereka berhasil melewati badai pertama, Sophie merasa ada banyak hal yang belum sepenuhnya selesai. Ketegangan yang ditinggalkan oleh pertanyaan rekan kerja Adrian masih membekas, dan semakin lama, semakin terasa seperti bayangan yang mengintai di setiap sudut kehidupannya.Adrian, yang biasanya tampak begitu tenang, kini seringkali terlihat terpenjara dalam pikirannya sendiri. Setiap kali mereka duduk berdua, ada ruang kosong yang tak terisi, sebuah jarak yang perlahan mengembang meskipun mereka duduk berdampingan. Sophie merasa semakin kesulitan untuk menghubungkan perasaan mereka, seolah ada dinding tak kasat mata yang terbentuk antara mereka.Namun, meskipun perasaan itu mengganggu, Sophie tahu bahwa hubungan mereka tidak bisa dibiarkan begitu sa

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 19

    Bab 19 – Menembus Batas yang Tak TerlihatSophie berjalan keluar dari kantor dengan langkah ringan. Meskipun hatinya masih dibalut oleh rasa khawatir, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, sesuatu yang lebih kuat dan lebih percaya diri. Keputusan untuk terbuka tentang hubungannya dengan Adrian mulai membuahkan hasil. Meskipun beberapa rekan kerja masih memberikan pandangan aneh, sebagian besar dari mereka mulai menunjukkan dukungan, bahkan jika itu hanya dalam bentuk senyuman tipis atau sapaan singkat.Hari itu terasa seperti langkah pertama menuju kebebasan yang lebih besar. Sophie merasa seolah-olah beban yang selama ini menekan dirinya mulai sedikit terangkat. Tidak ada lagi keharusan untuk menyembunyikan sesuatu yang berharga. Dia dan Adrian mulai menjalani hari-hari mereka dengan lebih santai, lebih nyaman. Mereka memilih untuk tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain katakan atau pikirkan tentang hubungan mereka. Mereka tahu bahwa, pada akhirn

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 18

    Bab 18 – Di Bawah Bayang-Bayang CintaHari-hari setelah percakapan yang mengubah semuanya terasa berbeda bagi Sophie dan Adrian. Mereka berdua memutuskan untuk menghadapi gosip dan pandangan orang lain dengan kepala tegak, memilih untuk menjalani hubungan ini dengan lebih terbuka. Namun, meskipun mereka sudah berusaha sebaik mungkin untuk tidak terpengaruh oleh dunia luar, kenyataan tidak selalu semudah itu.Sophie merasa cemas setiap kali memasuki kantor, terutama saat berpapasan dengan rekan-rekan kerjanya yang mulai menunjukkan pandangan aneh. Kadang-kadang, percakapan di ruang makan siang terasa berbeda, lebih dingin, dan penuh dengan bisik-bisik yang sulit untuk dihindari. Namun, di sisi lain, ada juga rasa kebanggaan yang mulai tumbuh dalam dirinya. Mereka sudah membuat keputusan, dan itu adalah keputusan yang tepat, meskipun jalan yang harus mereka tempuh tidak selalu mudah.***Setelah seminggu penuh dengan ketegan

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 17

    Bab 17 – Menembus Bayang-bayangPagi itu, Sophie melangkah ke kantor dengan langkah sedikit terburu-buru. Namun, meskipun cuaca Jakarta cerah dan udara terasa segar, ada perasaan yang tidak bisa ia hilangkan. Sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya, entah itu rasa cemas atau keraguan yang seakan-akan membebaninya sejak kejadian semalam. Gosip yang sempat ia baca beberapa hari yang lalu masih menggantung di kepalanya, meskipun Adrian sudah membantahnya. Namun, hatinya tetap merasa tidak tenang.Setelah memasuki ruang kerjanya, Sophie duduk di kursi dengan pikiran yang melayang. Layar komputer di depannya menampilkan deretan email yang belum terbaca, laporan yang harus diselesaikan, serta tugas-tugas lainnya yang menunggu. Namun, matanya tidak fokus pada pekerjaan. Pikirannya kembali ke apa yang terjadi antara dia dan Adrian. Rasa cemas itu datang lagi.Sophie menyadari bahwa pekerjaan ini bukanlah satu-satunya yang harus ia hadapi.

  • Cinta Tersembunyi CEO Dingin   Bab 16

    Malam itu mereka tertidur di sofa, dengan televisi masih menyala menampilkan acara dokumenter yang tidak satupun dari mereka perhatikan. Sophie menyandarkan kepalanya di bahu Adrian, sementara tangan pria itu masih memeluknya erat, seolah takut jika ia lepas, dunia akan kembali kacau.Pagi harinya, Sophie terbangun lebih dulu.Ia tidak langsung bangkit. Sebaliknya, ia mengamati wajah Adrian yang masih tertidur. Ada kantung mata di bawah matanya, garis-garis tipis lelah di dahi, dan sesekali napasnya terdengar berat.Namun, di balik semua itu, ada ketulusan yang membuat Sophie tetap bertahan.Ia meraih selimut dan menyelimuti tubuh Adrian yang mulai kedinginan karena AC yang terlalu dingin, lalu bangkit pelan-pelan menuju dapur kecil di sudut apartemennya.Tak lama kemudian, aroma kopi dan roti panggang memenuhi ruangan.Adrian menggeliat dan membuka mata perlahan.“Wah... ini surga ya?”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status