Alisa, seorang gadis miskin yang terpaksa bekerja paruh waktu sebagai pemandu karaoke di sebuah klub malam, demi untuk bisa bersekolah dan menyambung hidupnya. Pertemuan tidak sengaja dengan seorang pengusaha sukses yang tampan, mapan namun sangat dingin, Tuan Malik, di klub tempat ia bekerja justru menjadikannya berakhir tinggal bersama sebagai anak asuhnya. Didalam satu atap, banyak hal yang terjadi disana. Selain masalah, benih-benih cinta pun mulai bersemi diantara keduanya. Apa yang akan terjadi antara mereka? Simak terus kelanjutannya!
View More“Ayolah, Lena! Carikan aku kerjaan apa saja! Please!” rengek gadis SMA pada teman akrabnya yang sudah ia anggap seperti saudara.
Dia, Alisa, seorang gadis miskin yatim piatu, yang berjuang untuk mengubah hidupnya menjadi lebih baik. Pekerjaan apa pun akan ia kerjakan asalkan menghasilkan uang. “Kalau kamu kerja di Klub malam, pulangmu nanti tengah malam bahkan subuh. Kamu gak capek apa?” Marlena memperingatkan Alisa akan konsekuensi yang akan diterimanya. “Lha kamu sendiri gimana? Apa gak capek pulang kerja tengah malam?” pertanyaan balik dilontarkan Alisa pada Marlena. Hembusan nafas kesal diberikan Marlena atas pertanyaan Alisa. “Aku ini bukan penari streptis, Lis! Disana aku beneran nari dan ngedance. Nemenin DJ Vino di diskotik. Pulangku juga nggak malam-malam amat, maksimal jam 10 aku sudah pulang.” Jelas Marlena apa adanya. “Kalau begitu, carikan aku kerja yang pulangnya tidak terlalu larut, Lena! Di tempat karaoke misalnya. Aku bisa bersih-bersih lantai atau lap-lap meja atau jadi pramusaji disana.” Segala cara dan bujuk rayu dikerahkan Alisa demi bisa mendapatkan lagi tambahan penghasilan. Ia begitu iri dengan keadaan Marlena yang punya banyak uang meskipun kerjanya sebentar, apalagi pacarnya seorang Bos Besar pemilik Klub malam tempatnya bekerja. Marlena menghela nafas panjang. “Kamu itu orangnya gigih juga ya? Baiklah, Liz! Cepatlah ganti baju sana, dan ikut denganku sekarang! Aku akan meminta bantuan manajerku untuk memberimu pekerjaan ringan.” “Sungguh? Terimakasih, Lena!” Begitu senangnya Alisa, ia sampai mengganggam tangan Marlena sambil berjingkrak kegirangan. Lalu dengan haru menghambur memeluk teman akrabnya tersebut. “You’re my best friend, Lena.” Setelah itu dia meloncat mengambil pakaian Marlena yang bagus, yang muat di tubuhnya, dan ikut bersamanya pergi ke Night Club. Satu jam kemudian, didepan lobby masuk sebuah Klub malam 5 lantai yang luas dan super lengkap. Dimana disana juga ada tempat karaokenya. Alisa yang memakai T-shirt putih polos yang digulung dan diikat ujungnya jadi satu, hingga menampilkan perutnya yang ramping dan indah. Serta celana pendek berbahan jins ketat diatas paha. Membuatnya terlihat seksi menggoda, meskipun tubuhnya kecil dan langsing. Rambut panjangnya ia ikat tinggi diatas ubun-ubun. “Mari-mari... Silahkan masuk Tuan-tuan... Nyonya-nyonya... Mas-mas... Mbak-mbak... Kakak-kakak semua. Mari-mari, Silahkan datang! Ada promo menarik hari ini, discount 30% ditambah Free welcome drink. Ada jus, minuman bersoda, minuman ringan yang No liquor. Bisa pilih salah satu!” Teriak Alisa sambil memegang papan promosi di teras lobby, dengan penuh semangat mempromosikan sekaligus menarik pengunjung agar berkunjung ke tempatnya. Ternyata, manajer Marlena memberi Alisa pekerjaan sebagai frontline girl, hampir mirip seperti sales promotion girl, yang tugasnya menarik pengunjung agar tertarik dan mau datang ke tempatnya. Tentunya dengan pakaian yang menarik pula. Demi penampilannya, si manajer sampai harus meminjam pakaian yang tersaji lengkap di rak display pakaian untuk penari. Saat sedang seru-serunya berpromosi, dari kejauhan tampak iring-iringan tiga kendaraan sedan hitam yang nampak mewah, melintas dan berhenti tepat didepannya. Pintu kendaraan sedan yang ada didepan dan belakang terbuka secara bersamaan. Menampilkan sosok-sosok pria gagah berjas hitam yang berjumlah enam orang. Semuanya berdiri rapi didepan sedan yang ada ditengah. Satu pria yang badannya terlihat paling besar, mendekati pintu belakang sedan dan membukanya dengan penuh rasa hormat. “Silahkan, Tuan Ibnu Malik.” Kata pria itu dengan posisi tubuh sedikit ditekuk dan kepala menunduk. Kini, sosok yang disebut sebagai Tuan Ibnu Malik itu muncul dari balik pintu. Lajang Pebisnis Hiburan Malam, usia 31 tahun, yang pakaiannya tidak kalah keren, meskipun warna jasnya beda dengan yang lain, abu-abu. Wajahnya terlihat lebih tua dari usianya, karena rambut halus dibiarkannya tumbuh menutupi rahangnya yang tegas hingga dagunya. Kumisnya cukup tebal. Bahkan potongan rambutnya ikal gondrong. Sepertinya ia tidak sempat merawat wajahnya. Sugar Babe Night Club, tempat Alisa bekerja saat ini merupakan cabang yang ke-17 dari Group Casanova milik Peninggalan ayah Tuan Ibnu Malik yang sudah berpulang disisi Sang Maha Pencipta setahun yang lalu, Tuan Abdullah Al Fatir. Pusatnya berada di Dubai dan cabang lainnya menyebar merata di daratan Asia pasifik, Asia tenggara, hingga penjuru kota di Nusantara. Melihat ada orang kaya raya bertandang ke Klub malam, Alisa dengan semangat 45 menghampirinya dan mulai mempromosikan tempat Karaoke dimana ia bekerja. “Permisi, Tuan! Tempat karaoke kami sedang ada promo hari ini loh! Diskon sebesar...” “Minggir kamu! Jangan halangi Bos Besar lewat!” BUGH! Belum sempat Alisa menyelesaikan promosinya didepan Tuan Ibnu Malik, dua orang pria berjas hitam langsung meraih dan mendorong tubuhnya menjauh dengan kasar. Karena ukuran badannya kecil, sedangkan tenaga yang mereka kerahkan terlalu berlebih, tubuhnya pun seakan terlempar jauh hingga mendarat keras diatas lantai bersama papan promosi yang dipegangnya. “Auw...” “Hei kalian! Jangan seenaknya kalau memperlakukan orang! Dasar kalian manusia tidak punya adab! Primitif!” Hardik Alisa begitu geramnya mengutuk perbuatan dua pria berjas hitam yang terlalu berlebihan padanya. Dua pria yang dimaksud Alisa tidak terima dengan ucapan Alisa yang menyebut mereka sebagai manusia yang tidak punya adab. “Kamu ngomong apa barusan hah?” cengkeram erat salah satu pria berjas hitam di rahang Alisa. Satunya lagi ikut menebar peringatan. “Apa kamu tidak tahu, kalau orang yang kamu ajak bicara tadi adalah Bos besar?” tangan kekarnya menjambak kasar kuncir ekor kuda rambut Alisa. “Aarghh... sakiiit... lepaskan tangan kalian! Beraninya sama gadis kecil! Banci kalian!” Sindir Alisa dengan remeh sambil meringis kesakitan. Ia tidak terima mendapat arogansi dari pengawal orang kaya. Melihat insiden itu, Tuan Ibnu Malik seketika menghentikan langkahnya, menoleh dan menatapnya sejenak. Tatapannya begitu dingin tanpa ekspresi. “Cukup! Biarkan dia!” perintah Tuan Ibnu Malik pada dua orang pengawalnya yang sedang getol memperingatkan perbuatan Alisa. Sontak kedua pengawal itu menurut, melepas cengkeramannya dan berhenti memberi peringatan Alisa. Pandangan mata Bos Besar itu kini tertuju pada sisa pengawalnya. “Suruh semua manajer berkumpul dan menemui saya di kantor! Sekarang!” perintahnya tegas pada pengawal-pengawalnya. Kemudian tanpa memperdulikan keadaan Alisa, kaki jenjangnya kembali melangkah, memasuki pintu utama lobby Klub malam. Dada Alisa kembang kempis dan rasanya ingin menangis. Sungguh, ia tidak terima diperlakukan remeh seperti tadi. Rasanya seperti manusia yang tidak berharga. Sakit rasanya. “Aku harus kuat. Tidak boleh cengeng, lemah apalagi menyerah.” Lirihnya menahan tangis, berusaha menguatkan hatinya sendiri yang sempat terluka oleh sikap semena-mena para pengawal orang kaya. Ia meluruskan kakinya lalu memijit sebentar pergelangan kakinya yang terkilir. Baru sebentar bisa merasa enakan, kini rasa nyeri hinggap kembali di kakinya. Kemarin kakinya sempat terkilir gara-gara ulah Andika dan gengnya yang sudah mengerjainya dengan moge-nya sepulang sekolah, hingga sepeda yang ditumpanginya masuk selokan. Kemudian Pak Satpam datang membantu, “Kamu tidak apa-apa, dek? Bisa berdiri? Sini saya bantu!” ucapnya penuh perhatian yang sepertinya khawatir dengan keadaannya. Alisa jadi terharu. “ Saya tidak apa-apa, Pak! Terimakasih sudah membantu.” Sambil dibantu Pak Satpam, Alisa dengan susah payah bangkit dan berdiri tegak. Dan mulai berpromosi lagi. Untunglah sepatu yang dikenakannya adalah flat shoes, jadi ia bisa bertahan untuk berdiri selama beberapa jam kedepan sampai waktunya pulang nanti. Didalam sana, tepatnya didalam kantor pemilik tempat usaha Klub malam yang paling tersohor di wilayah pusat, tampak terjadi ketegangan antara Bos dan bawahannya yang merupakan Operational Manager of Sugar Babe Night Club. “Siapa yang menyuruhmu memperkerjakan gadis dibawah umur, hah?” Bentak Tuan Ibnu Malik pada Manajer operasional-nya yang bernama Riko dengan gusar.Bullshit penghasilan besar! Bullshit jalur orang dalam. Dan Bullshit teman akrab. Ia sudah tidak tahan lagi menghadapi semua orang yang berhubungan dengan Klub malam itu. Mereka semua sepertinya sengaja bersekongkol untuk mempermainkan nasibnya malam ini. Sambil menahan nyeri di kaki, Alisa terus berlari menembus remangnya lampu trotoar dan pekatnya malam. Hari ini, kembali menjadi hari sialnya lagi. Di-dzalimi oleh orang kaya brengsek, di-exploitasi oleh manajer, dan di-benci teman akrab yang sudah dia anggap saudara sendiri. Dan Parahnya, dia malah pulang tidak membawa uang sepeser pun. Sia-sia sudah usahanya sejak petang tadi.Sementara itu, di tempatnya, Tuan Malik tertegun beberapa saat, menyesali perbuatannya. Ia sadar telah bersikap keterlaluan pada Alisa. Sungguh, dia tidak berniat melarang gadis yang sempat menjadi pemandunya tadi, untuk bekerja di tempatnya demi memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Hanya saja dia belum waktunya.Ia mengambil ponsel dan mulai melakukan pang
Riko melempar tubuh Alisa ke dalam ruang VIP karaoke usai membuka pintunya. Kemudian menutupnya dengan cepat.“Selesaikan tugasmu, sana!”Alisa sampai jatuh nyungsep disambut lantai, saking kerasnya lemparan. “Mentang-mentang tubuhku kecil, semua orang pada seenaknya memperlakukanku.” Dengusnya dengan kesal lalu berusaha bangkit.“Kemana saja kamu?”Suara bariton seorang laki-laki sangat dewasa menggema di ruangan. Nadanya tegas dan menuntut. Alisa pura-pura membersihkan debu pada dress yang digunakannya. Terusan selutut dengan motif bunga-bunga yang sebelumnya ia pinjam dari Marlena. Rambut panjangnya yang hitam kemerahan karena matahari, tergerai kusut menutupi bahunya yang terbuka. “Maafkan saya, Mister! Karena sudah membuat anda menunggu lama.”Dengan wajah tertunduk, Alisa meminta maaf pada tamu member VIP klub yang sengaja ditinggalkannya.“Tidak masalah, selama kamu kembali, saya tidak akan menuntut.” Cukup lega hatinya saat mendengar untaian kata penyesalan yang meluncur dari
Ditelusurinya koridor sekolah dengan gerak cepat, menaiki tiap anak tangga hingga sampai juga didepan kelasnya. Kelas XI-2.Tampak olehnya guru pelajaran jam pertama, Bu Warni tengah sibuk mengabsen teman-temannya. Alisa pun segera masuk dengan mode merintih memegang perut.“Maaf, Bu War! Saya habis dari toilet tadi. Biasa, lagi PMS, Buk!” ucap Alisa beralasan. Ia berjalan tertatih-tatih menuju bangkunya. Sungguh akting yang sempurna.Bu Warni hanya melengos tidak peduli mendengar alasan klise Alisa, kemudian lanjut mengabsen siswanya.Sambil menahan senyum lega di dada karena tidak ketahuan, Alisa pun duduk di kursinya dan menyiapkan bukunya, mulai serius menerima pelajaran.Walaupun ia mendapat beasiswa melalui jalur titipan panti milik Dinas Sosial, namun nilai akademik Alisa cukup bagus dibanding rata-rata kelas. Peringkat ke 3 kelas, sudah cukup membuktikan kalau otaknya lumayan encer.Ting... Ting...Lonceng istirahat ke satu berbunyi.“Liz, gorenganmu mana?”“Kamu gak jualan go
Hampir tengah malam. Alisa duduk memeluk tubuhnya di kursi halte bis. Udara dingin menusuk kulit dan hatinya yang terluka. Ia sungguh tidak mengerti, kenapa semua orang bersikap begitu jahat padanya hari ini. Malam semakin larut. Sudah tidak ada angkutan umum yang beroperasi jam segini. Ingin memesan ojek online, tapi tidak ada paketan data. Ingin naik taksi juga tidak ada uang. Dimatikan segera daya ponsel karena kesal. Kesal pada situasi dan kondisi yang tidak mendukungnya sama sekali.Tak lama berselang, dari kejauhan tampak motor yang lampunya berpendar terang hingga menyilaukan matanya. Alisa pun menoleh ke arah jalan. Ternyata ada motor sport warna merah yang menepi, lalu memanggilnya dengan akrab, “Hei, anak baru! Butuh tumpangan gak?” teriak laki-laki berhelm teropong itu cukup keras.Begitu kaca gelap helm dibuka, tampaklah siluet wajah yang ia kenal. Melihat kedatangan sang dewa penolongnya, Alisa langsung bangkit dan menghambur dengan riangnya. “Tentu saja, Rel! Kenapa
Senyum tipis tersungging di bibir tamu VIP yang tertutup kumis itu.“Gokil juga gadis ini. Dia bahkan tidak takut sedang berhadapan dengan siapa.” Bathin Tuan Malik terheran-heran, tidak menyangka bila gadis didepannya itu begitu berani dan percaya diri. Ia meletakkan kembali minuman kemasan botol kaca premium diatas meja. Entah kenapa adrenalinnya seketika terpacu saat bersama gadis yang menurutnya masih dibawah umur itu. Keinginan untuk menaklukkan sikap angkuh dan keras kepalanya begitu kuat hingga menyesakkan dada.“Kamu sendiri bagaimana? Saya juga butuh bukti yang bisa menguatkan posisimu kalau kamu memang benar dan layak untuk bekerja di tempat ini. Dengan begitu, saya akan menerima tuntutanmu. Akan saya obati kakimu dan membayar dendamu. Itu kompensasi yang bisa saya tawarkan padamu.” Tatap tajam Tuan Malik ke arah Alisa.“Jadi, bisakah kamu menunjukkan pada saya KTP-mu?” Balas Tuan Malik dengan elegan membalik semua pertanyaan Alisa.DEG!Dengan cepat, Alisa menggamit tas ke
Waktu terus berjalan. Tanpa terasa, sudah 30 menit berlalu. Di ruang loker wanita, Alisa hanya diam duduk terpaku memandangi Kartu Pelajarnya yang menunjukkan kalau usianya saat ini masih 16 tahun. Memang belum layak untuk bekerja. Sedangkan usia 17 tahunnya baru enam bulan lagi. “Ternyata usiaku memang belum layak untuk bekerja.” Desahnya memendam sedih.“Lantas aku harus bagaimana? Kalau ketahuan bagaimana? Apa Tuan Malik akan melaporkanku pada Bos Besar? Tapi, Marlena sudah bilang ke Pak Riko kalau usia kami sama.” ucapnya resah tiada akhir. Membuatnya tak kunjung beranjak dari kursi loker.Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 22.10 wib. Di ruang VIP karaoke, Tuan Ibnu Malik duduk resah, tidak sabar menunggu Alisa. “Kemana gadis itu.” Tangannya bergerak menelpon Riko. “Riko! Suruh segera kesini, si Lisa itu! Dia pamit ke loker untuk mengambil KTP hampir satu jam yang lalu.” Titah sekaligus lapornya pada bawahan.Riko terlonjak kaget dari kursinya, begitu mendengar laporan dari
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments