Di balik kesuksesan yang gemilang, CEO muda, Adrian Ward, dikenal sebagai sosok yang dingin, penuh misteri, dan sulit didekati. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, dia selalu menjaga jarak dari semua orang, termasuk wanita. Namun, ada sisi lain dari Adrian yang tak pernah terungkap, sebuah rahasia yang tersembunyi jauh di dalam hatinya. Sophie, sekretaris baru yang cerdas dan penuh semangat, tidak hanya terpesona oleh karisma Adrian, tetapi juga terjerat dalam teka-teki dirinya yang misterius. Di tengah kesibukan dunia bisnis yang keras, kedekatan mereka tumbuh tanpa disadari, membawa mereka ke dalam permainan perasaan yang rumit. Apakah cinta dapat tumbuh di antara mereka yang terhalang oleh kebekuan masa lalu? Cinta yang tersembunyi ini akan mengungkap lebih dari sekadar perasaan—juga rahasia yang berbahaya, yang dapat merubah segalanya. Mampukah Sophie menembus dinding dingin Adrian, atau akankah kisah ini tetap terkubur dalam bayang-bayang kesuksesan?
Lihat lebih banyakYorick
“Happy Birthday!”
The crowd of family, pack members, and neighboring Alphas all wish me a happy birthday.
“You’ve got this,” Wendy, my sister, says in my ear before stepping away from me. I just told her my plans for the next year. I intend to announce it to my father and brother, Connor, the current Alpha, tonight.
“Yorick!” my youngest sister, Yvonne, part of the second set of twins that my parents had, says, running over. She’s thirteen but she launches herself into my arms, confident that I’ll catch her. As the youngest, she’s right. None of us have ever dropped her.
“Unh!” I grunt. “You’re getting a bit too old for that, Vonny,” I tell her.
“Quirin never complains,” she says, referencing my older sister’s mate. Now that he and Kennedy have found their way together, he’s quickly becoming the ‘favorite’ brother for my youngest brother and sister.
“Quirin has a pack of pups that are constantly crawling all over him, so what’s one more,” I say as I put her back on her feet.
“You used to be fun, Yorick,” she says, sticking her tongue out at me.
“I still love you, Big Bro,” Yana says, hugging me. “Happy birthday!”
I go around the room, saying hello to my family, my friends, Alpha Quirin, Alpha Henry, his father, Alpha Harold, and several others from his pack who originally came from ours.
I get quite a few offers from she-wolves on ways I can spend the rest of my birthday, all of which I politely decline.
When everyone is having a good time, Connor approaches me.
“So, have you finally decided to agree to my offer?” he asks me, handing me a drink as we look out over the partiers.
“Actually, I won’t be accepting your offer, Connor,” I say, pulling out my acceptance letter.
He frowns and his frown only deepens as he reads the letter.
“Dad! Did you know about this?” he asks, holding up my letter.
“What is it?” my father asks, carrying Kennedy’s daughters Kaylee and Kendra who are hanging on him. Those two will most likely end up at the Warrior Academy one day. They’re both very much like their father and even at two years old, these girls love nothing more than to spar and spar hard. Considering they’re half of Kennedy’s quads, you’d think all four were the same, but no. The other two are just like Kennedy; sweet, quiet, and studious.
Connor hands my father my acceptance letter as I harass my nieces, getting them to swat and punch at me while they hold on to my father.
“Yorick? When did you apply?” my father asks me.
“About six months ago.”
“And you never said anything?” Connor asks, looking hurt.
“Connor, you’ve always known your path. You always knew the pack would be yours. I’m an Alpha with no pack...”
“You have THIS pack! I need you,” he says.
“No, you don’t. You’ve made a space for me and maybe Wade will be happy to accept it when he’s older, but I’m too much like you and Dad. I need to make my way in this world, Connor. I don’t want a handout from you. I want to know that wherever I end up, I did it on my own merits, by proving myself.”
“You never had to prove yourself to me, Yorick. I know who you are. I trust you, I love you, and I want you to remain part of this pack,” Connor says sadly.
“And I love you for that, but I have to do this for me,” I tell him just as Quirin comes up and expertly swings his daughters off of my father’s back and onto his.
“What’s going on?” he asks.
My father hands Quirin the letter and looks at me.
“Are you sure about this son?”
“I’ve never been more sure of anything, Dad.”
I look at Quirin. “This is impressive, Yorick. It’s not easy to get into the Academy. I think they only accept like, what, twenty applicants every year?” He looks at my brother. “I’m sure Connor isn’t going to agree with me, but I get it. And I think everyone should be proud of you for doing this. Just being accepted at the Academy is an accomplishment. I never told anyone, but I applied when I was seventeen. I was turned down.”
“What? Are you serious?” I ask.
“I am,” he says. Quirin is one of the strongest Alphas I’ve ever met. Dad and Connor and even Henry are strong Alphas, but Quirin has had to scrape for everything he’s accomplished in his life, and it’s made him more ruthless than anyone in my family or Henry’s. It makes him a stronger fighter, in my opinion.
Connor looks at me a moment, then turns to the group. “Attention everyone! I have an announcement to make!”
The room goes quiet and he looks at me. “My brother has been accepted at the Warrior Academy!”
Everyone in the room begins to cheer. I see the shock on my mother’s face and several others as Connor waves for quiet.
“I won’t say that I’m not disappointed that he’s leaving us and I hope like hell that he’ll return when he’s done with school. But I couldn’t be more proud of my little brother,” he says, raising his glass. “To Yorick!”
“To Yorick!” everyone says.
I spend the rest of the evening talking to everyone about the Academy. I let Connor know that I only have a few weeks before I have to leave.
Over those weeks, I pack my bags, making sure that I don’t leave anything undone before I go.
When it’s finally time for me to leave, my entire family comes to say goodbye. I feel my throat tighten as I say goodbye to everyone one at a time, finally hugging my mother, who is teary-eyed but trying to hide it.
Last but not least, I say goodbye to Wendy.
“Remember your promise,” I say to her.
“You remember yours. I’ll keep my promise if you keep yours,” she says.
“Deal.”
Then I get in my car, honk my horn and drive off, excited to be heading to a new chapter of my life and possibly a completely different life than the one I’ve been leading up until now.
Bab 24 Menyongsong Masa Depan, BersamaLangit malam semakin gelap, namun di dalam kantor mereka, lampu-lampu masih menyala terang. Sophie dan Adrian duduk berdampingan di meja kerja mereka, di tengah tumpukan proposal dan catatan kecil yang berserakan. Hari-hari mereka dipenuhi dengan pertemuan, diskusi panjang, dan sesekali tawa ringan, tetapi rasa lelah tetap terasa. Namun, kali ini ada rasa kepuasan yang tidak bisa disangkal, sebuah perasaan yang lebih besar dari sekadar kelelahan fisik.Beberapa bulan setelah pelatihan keterampilan pertama yang mereka selenggarakan untuk anak-anak, proyek mereka mulai menunjukkan hasil. Mereka berhasil memperoleh beberapa sponsor dari perusahaan besar yang tertarik untuk mendukung program sosial mereka. Tidak hanya itu, mereka juga berhasil menarik perhatian media lokal yang mulai meliput kegiatan mereka. Nama mereka, Sophie dan Adrian, mulai dikenal di kalangan komunitas sosial."Sophie, kita sudah jau
Bab 23 Langkah Baru, Penuh HarapanPagi itu, langit cerah menyambut kedatangan mereka dengan hangat. Namun, meskipun cuaca terlihat begitu indah, Sophie dan Adrian tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang. Setelah beberapa hari yang penuh refleksi, mereka merasa bahwa hidup mereka perlu perubahan, lebih dari sekadar sekedar memperbaiki hubungan pribadi mereka, tapi juga memperbarui visi dan tujuan mereka. Kembali ke rutinitas lama, dengan segala tuntutannya, akan membebani mereka jika tidak ada langkah nyata untuk memperbaiki keadaan.Sophie menyarankan agar mereka lebih aktif dalam proyek sosial yang mereka impikan, dan Adrian mendukung sepenuhnya. Mereka ingin memberikan dampak positif, bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk masyarakat di sekitar mereka. Dalam hati mereka, mereka merasa semakin sadar bahwa hidup yang hanya berfokus pada kesuksesan pribadi atau pekerjaan tidaklah cukup. Ada kebutuhan yang lebih besar yang harus mereka
Bab 22 Menyusuri Jejak TakdirSetelah pertemuan itu, waktu terasa berjalan semakin cepat. Hari-hari yang mereka lalui penuh dengan ketegangan, namun juga penuh dengan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah dibuat. Sophie dan Adrian telah mulai melihat kembali hubungan mereka dengan cara yang berbeda. Mereka tahu bahwa meskipun cinta adalah dasar dari semuanya, kehidupan tidak selalu tentang kebahagiaan semata. Ada komitmen, kerja keras, dan pengorbanan yang harus dilakukan.Sophie menghela napas panjang saat menatap kota besar di luar jendela kantor. Semua serba cepat, penuh dengan kesibukan, dan terkadang, itulah yang membuatnya merasa terjebak. Tapi saat ia mengingat kembali perjalanan mereka ke kota kecil tepi pantai itu, ada sedikit harapan yang kembali tumbuh di dalam hatinya. Hari-hari di sana memberi mereka lebih banyak ruang untuk berbicara, saling mendengar, dan yang terpenting, saling memahami. Mereka tahu bahwa mereka mas
Bab 21 – Menyusuri Jejak TakdirHari-hari berlalu dengan cepat, dan meskipun hujan mulai reda dan langit terlihat lebih cerah, ada banyak hal yang belum terselesaikan. Sophie dan Adrian telah berusaha menjaga hubungan mereka dengan lebih baik, meskipun tantangan masih datang silih berganti. Di luar pekerjaan, kehidupan pribadi mereka mulai terasa semakin terikat, dan meskipun mereka berusaha menghadapinya dengan tenang, ada kalanya kelelahan menguras kekuatan mereka.Malam itu, setelah sebuah rapat panjang yang penuh dengan perdebatan dan diskusi, Sophie kembali ke apartemennya. Ia merasa lelah, baik fisik maupun mental. Rapat yang seharusnya membawa mereka ke langkah yang lebih maju malah menambah beban pikiran yang semakin berat. Banyak hal yang belum ia pahami, dan semakin lama, ia merasa semakin terjebak dalam lingkaran yang sulit untuk keluar.Saat ia tiba di apartemen, ia melihat Adrian duduk di sofa dengan ekspresi yang tidak biasa, l
Bab 20 – Di Balik Tirai WaktuHujan turun deras di luar jendela rumah mereka, seolah mencerminkan hati Sophie yang sedang bergelora. Sudah hampir sebulan sejak konferensi besar itu, dan meskipun mereka berhasil melewati badai pertama, Sophie merasa ada banyak hal yang belum sepenuhnya selesai. Ketegangan yang ditinggalkan oleh pertanyaan rekan kerja Adrian masih membekas, dan semakin lama, semakin terasa seperti bayangan yang mengintai di setiap sudut kehidupannya.Adrian, yang biasanya tampak begitu tenang, kini seringkali terlihat terpenjara dalam pikirannya sendiri. Setiap kali mereka duduk berdua, ada ruang kosong yang tak terisi, sebuah jarak yang perlahan mengembang meskipun mereka duduk berdampingan. Sophie merasa semakin kesulitan untuk menghubungkan perasaan mereka, seolah ada dinding tak kasat mata yang terbentuk antara mereka.Namun, meskipun perasaan itu mengganggu, Sophie tahu bahwa hubungan mereka tidak bisa dibiarkan begitu sa
Bab 19 – Menembus Batas yang Tak TerlihatSophie berjalan keluar dari kantor dengan langkah ringan. Meskipun hatinya masih dibalut oleh rasa khawatir, ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya, sesuatu yang lebih kuat dan lebih percaya diri. Keputusan untuk terbuka tentang hubungannya dengan Adrian mulai membuahkan hasil. Meskipun beberapa rekan kerja masih memberikan pandangan aneh, sebagian besar dari mereka mulai menunjukkan dukungan, bahkan jika itu hanya dalam bentuk senyuman tipis atau sapaan singkat.Hari itu terasa seperti langkah pertama menuju kebebasan yang lebih besar. Sophie merasa seolah-olah beban yang selama ini menekan dirinya mulai sedikit terangkat. Tidak ada lagi keharusan untuk menyembunyikan sesuatu yang berharga. Dia dan Adrian mulai menjalani hari-hari mereka dengan lebih santai, lebih nyaman. Mereka memilih untuk tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain katakan atau pikirkan tentang hubungan mereka. Mereka tahu bahwa, pada akhirn
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen