Satu bulan telah berlalu. Maylin masih sedikit mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya. Banyak sekali dokumen-dokumen yang harus ia simpan di dalam memori otaknya.Ternyata bekerja di kantor pusat tidak sesederhana yang dipikirkannya. Entah apakah ia harus menyesali atau tidak atas keputusannya mengajukan diri agar dimutasikan ke kantor ini.“Hey, Maymay!”“Berhentilah memanggil namaku seperti itu, Brianna!” Maylin mencebikkan bibirnya tidak suka mendengar namanya diganti seenaknya oleh teman barunya itu. Sudah kesekian kalinya Maylin menengur wanita itu. Namun, tegurannya hanya dianggap angin lalu oleh Brianna.“Maymay lebih mudah diingat daripada May … apa nama lengkapmu?”“Maylin Pramanta!” sentak Maylin kesal.“Ah ya, namamu terlalu Asia. Sulit menghapalnya. Maymay lebih mudah diingat. Dari kata May yang berarti bulan Mei. Tidak memerlukan banyak tenaga dan pikiran untuk mengingatnya.” Brianna terkikik geli tatkala melihat bibir Maylin makin maju lima senti mendengar al
Sial! Sial! Sial! Mengapa aku tidak langsung mengenalinya? Dasar otak bodoh! Umpat Maylin dalam hati.Valo tersenyum puas melihat reaksi wanita yang membuatnya tertarik atas ketegasan sikap yang dimiliki wanita itu. Sepertinya ia akan mendapatkan mainan baru.Ia menatap menyelisik penampilan wanita di hadapannya dari atas sampai bawah. Wajahnya cukup cantik dengan berambut panjang sedikit oval dan berwarna cokelat. “Tadi kau berkata bahwa kau adalah Sekretaris baru Elian?” tanyanya.Maylin segera memasang wajah datarnya demi menutupi rasa gugup yang tengah menyerang dirinya. Ia tidak memprediksikan pertemuan mereka akan terjadi secepat ini dan di tempat ini.“Benar, Sir. Maafkan atas sikap ketidaksopanan saya tadi. Saya tidak tahu Anda adalah Direksi perusahaan ini.” Maylin membungkukkan tubuhnya dalam-dalam sembari meminta maaf.“Hmm ….” Valo masih terus menatap menelisik Maylin. Sampai beberapa detik yang lalu, wanita itu menatapnya dengan terkejut, tetapi kini ekspresi wajahnya ber
Elian mengerti betul bengkak pada bibir Maylin adalah hasil dari percumbuan. Ia seorang pria normal, tentu saja memiliki kebutuhan biologis yang harus dipenuhi.Beberapa dari wanita kencannya pernah mendapat perlakuan yang sama ketika gairahnya tak tertahankan. Namun, saat dirinya melakukan percumbuan dengan wanita-wanita itu, wajah Maylin senantiasa menjadi bayangannya.Maylin tampak dilanda kebimbangan antara memberi tahu Elian atau tidak tentang perbuatan Valo padanya. Ia masih ragu ketika suara seseorang menginterupsi mereka berdua.“Anda sudah kembali, Sir Elian!”Refleks kepala Elian bergerak menoleh dan terkejut melihat pria yang barusan menyapanya. “Riccardo? Kapan kalian kembali dari Moskow?”“Tadi pagi, Sir,” jawab Riccardo sembari menganggukkan kepalanya ke arah Marco yang sedikit membungkuk untuk menyapanya.Riccardo telah lama bekerja di bawah kepemimpinan Valo. Oleh sebab itu, banyak karyawan lain begitu menyeganinya.“Kak Valo berada di dalam?” Elian mencoba menahan emo
Beberapa kali terdengar suara ketikan tangan yang merupakan gesekan tangan Maylin dengan keyboard. Hingga suara sambungan telepon yang berasal di sebelahnya, memecahkan konsentrasinya.Segera Maylin mengangkat telepon itu. “Hello!”[Miss Maymay, sir Dose minta bertemu dengan sir Carter.]“Oh really, Vel? Brianna menulari ajaran sesatnya padamu juga?” tukas Maylin dengan sinis.Pegawai bagian resepsionis bernama Velove Hall menanggapi Maylin dengan terkikik geli.[Calm yourself, my dear. Nama Maymay memang terdengar lebih indah.]“Sesuka kalian sajalah. Percuma aku protes jika kalian tidak mengindahkan sedikit pun kalimatku.” Maylin berdengkus sebal.Ia menatap jam di dinding. Sudah beberapa jam berlalu sejak ke empat pria itu masuk ke dalam ruangan. Rapat semestinya telah berakhir.“Bos sedang ada rapat penting. Aku harus minta persetujuan dulu padanya,” ujar Maylin yang kemudian menghubungi Elian melalui intercomnya.[Ada apa?]Suara Elian melayangkan pertanyaan terdengar di balik in
Setelah Mider Dose keluar dari ruangan, tak lama berselang Valo menyusul bersama Asistennya. Suara derap langkah kaki terdengar berhenti tepat di depan meja Maylin, membuatnya mendongakkan kepala dan tatapan mata mereka bertemu.Maylin mengakui paras pria di hadapannya saat ini memang tampan walau umurnya hampir memasuki kepala empat. Pria itu juga memiliki tubuh berotot sehingga memberikan kesan bahwa pemilik tubuh menyukai olahraga.“Bagaimana hasil penyeleksiannya? Apakah kau mengakui betapa menariknya pria yang satu ini?” Valo mengangkat alisnya ke atas dengan cepat dengan celah mata yang sebentar membesar, bermaksud menggoda Maylin.“Penampilan Chris Evans dan Channing Tatum jauh lebih menarik, tampan dan hot,” balas Maylin, kemudian terlebih dahulu memutuskan kontak mata dan kembali fokus dengan pekerjaannya.Valo tertawa terkekeh-kekeh melihat sikap tak bersahabat yang ditunjukkan Maylin kepadanya dengan jelas. “Bolehkah kita berteman, Miss?” tanyanya.“Ini kali pertama saya me
Elian menahan pergelangan tangan Maylin yang hendak beranjak dari tempat duduknya, kemudian berkata, “Jika pertemuan luar kantor berikutnya tidak butuh bantuan Marco, kau boleh mendampingiku.”Sepasang iris cokelat Maylin tampak berbinar senang seketika. Sudut bibirnya terangkat ke atas dan melengkungkan sebuah senyuman.“Kenapa kau kelihatan senang sekali mendengarnya?” Elian menatap heran Maylin.“Tentu saja aku senang, El. Kau tidak mengerti penderitaanku yang terkurung dalam penthouse-mu, lalu ke mana pun aku pergi selalu dikawal bodyguardmu. Belum cukup semua itu, bekerja di dalam kantormu pun hanya ditemani komputer sementara kau dan Marco sering ke luar kantor, bertemu kolega bisnis. Saking terasa bosannya, lalu aku menonton drama seri mafia.”Maylin mengeluh panjang lebar sembari menekuk bibirnya yang kontan langsung mendapatkan pelototan dari manik abu-abu milik Elian. Secepatnya Maylin memberikan pembelaan diri saat Elian menegur perbuatannya yang diam-diam melakukan aktivit
Maylin baru saja keluar dari kamar mandi ketika ponselnya berdering. Senyumnya mengembang tatkala melihat layar ponselnya menampilkan nama Leonel Norman melalui sambungan video call.“Hai, kak Leo!” sapanya sembari tersenyum.Dari layar ponselnya menampilkan wajah Leonel tengah menatapnya lekat.[Hai, sweety. I’m missing you so bad]Ungkapan hati Leonel terlontar begitu saja tanpa basa-basi lebih dahulu.“Aku juga rindu acara kencan kita, kak Leo,” jawab Maylin.[Hmm … aku curiga bukan diriku lah yang kau rindukan, melainkan saat-saat belajar menggunakan pistol]Suara Leonel terdengar mendesis kesal sembari memasang wajah kesal pura-puranya, tetapi malah tampak konyol di mata Maylin sehingga dibalas wanita itu dengan cengiran.[Apakah itu artinya aku tidak diberikan kesempatan untuk menikahimu?”]Meskipun Leonel bertanya dengan nada menggoda, tetapi sesungguhnya ia tengah menyembunyikan kegugupan yang entah mengapa tiba-tiba muncul dalam dirinya.“Memangnya kak Leo sudah siap bertobat
Leonel pun menceritakan kejadian empat tahun lalu. Kala itu, Dalbert beserta anak buahnya sedang melakukan transaksi penjualan narkoba di salah satu negara bagian Eropa Barat dan mereka berhasil menangkap salah seorang anak buah Crusio.Sayangnya, begitu Leonel tiba di tempat penyekapan, anak buah Crusio ditemukan sudah tak bernyawa, mengakhiri nyawanya sendiri dengan mengiris leher pada bagian kiri.Saat anak buah Leonel membawa pergi jasadnya, netra Leonel menangkap sebuah tato ular di sebelah bahu kirinya. Ia beranggapan tato itu hanya sekadar tato biasa sehingga luput dari perhatiannya.Kini setelah ia teringat kembali, tato di tubuh anak buah Crusio itu sama seperti dengan kertas lambang Crusio dari peninggalan sepupunya. Hanya saja tidak ada sekuncup bunga pada bagian tengah.[Terima kasih telah membantuku memecahkan satu misteri ini, sweety.]Leonel menarik sudut bibirnya membentuk senyuman lebar.“Apakah itu artinya aku lolos penyeleksian masuk ke dalam organisasi kak Leo?” ta