Share

Chapter 7

Author: Yen Lamour
last update Last Updated: 2022-06-25 16:32:39

Seorang wanita berparas cantik, berbalut dress hitam fit body dengan aksen sheer dan berpotongan model strapless, dengan tergesa-gesa melangkah mendekati sesosok pria yang sedang duduk di antara pengunjung restoran. Meskipun penampilan pria itu terlihat kasual, tetap saja tidak mengurangi ketampanan yang dimilikinya.

“Sudah lama menunggu?” tanya Vlora setelah mendaratkan pantat dengan sempurna di atas kursi depan Elian seraya tersenyum simpul.

Elian mengulurkan segelas smoothies blueberry ke arah Vlora yang diterima oleh wanita itu, lalu diteguknya minuman tersebut. Bertahun-tahun mengenal Vlora, ia paham betul dengan kebiasaan apa saja yang dikonsumsi wanita itu untuk menjaga berat badannya tetap ideal.

“Tidak terlalu lama hingga aku sudah menghabiskan secangkir frappuccino dan ini adalah cangkir kedua,” kelakar Elian yang disambut tawa renyah oleh Vlora.

“Anyway, terima kasih atas minumannya. Kau sangat memahami kebiasaan dan kesukaanku, Honey.” Sudah menjadi kebiasaan Vlora memanggil Elian dengan sebutan panggilan sayang sebab pria itu sendiri tidak pernah sekali pun menyatakan keberatan.

Sudah banyak pria yang tidak terhitung jumlahnya, mencoba menarik perhatian Vlora. Sayangnya, ia sudah menambatkan hatinya kepada Elian Grayson Carter. Ia langsung jatuh cinta kepada pria itu. Cinta pada pandangan pertama.

Pertemuan pertama mereka masih melekat dalam ingatannya. Ia dan Elian sama-sama mengambil kuliah Cambridge Judge Business School, di University of Cambridge. Bermula dari perkenalan yang tidak disengaja.

Ketika kaki Vlora melangkah dengan cepat melewati koridor kampus seraya membawa beberapa lembar kertas di tangannya, embusan angin kencang yang datang secara mendadak membuat kertas itu terbang dan berserakan di lantai. Elian yang kebetulan tengah lewat di sana, turut membantu Vlora memunguti satu per satu kertas-kertas tersebut.

Vlora ingat bagaimana ekspresi dingin Elian ketika mereka kali pertama bicara. Namun, baginya manik abu-abu milik Elian terlihat begitu memukau. Pesona mata itu seakan menghipnotisnya hingga hatinya berdesir pelan. Sejak pertemuan itulah, Vlora selalu mencari alasan dan kesempatan untuk mendekati Elian.

Kemudian, baru diketahui bahwa ayah Elian dan kakek Vlora ternyata adalah teman lama. Vlora pun semakin yakin Elian memang ditakdirkan untuknya. Oleh karena itu, ia tidak menyerah begitu saja, meski ia tahu ada wanita lain di hati pria itu. Vlora berharap suatu hari nanti Elian akan luluh atas ketulusan hatinya.

Elian sendiri bukannya tidak menyadari akan perasaan Vlora untuknya. Hanya saja ia tidak bisa membalas perasaan wanita itu karena hatinya telah dicuri oleh wanita terlarang untuknya, wanita yang tidak boleh ia cintai.

“Aku dengar kau akan kembali ke London.” Vlora membuka pembicaraan. Angin yang berembus pelan, membuat rambut bergelombangnya yang dibiarkan tergerai, bergerak menutupi wajahnya dari samping. Ia pun menyisipkan helaian rambut ke belakang telinganya.

Kepala Elian bergerak mengangguk. “Daddy memintaku segera kembali mengurus kantor di sana sementara beliau akan melakukan perjalanan bisnis ke beberapa negara.”

“Kalau begitu, kita akan berpisah dalam jangka waktu yang lama. Apa kau tak akan merindukanku nantinya, Elian?” Suara Vlora mulai bergetar ketika mengajukan pertanyaan itu seraya matanya menatap Elian sendu.

“Tentu saja, Vlora. Kau adalah sahabat terbaik yang kumiliki.”

“Aku ingin lebih dari sekadar sahabat.” Untuk kesekian kalinya Vlora menyatakan harapannya tersebut kepada Elian. Namun, jawaban yang diberikan Elian tetap sama.

“Aku tidak mau menyakiti hatimu, Vlora. Aku sudah mengatakan kepada daddy dan om Frans kalau aku tidak bisa memenuhi harapan mereka untuk menikahimu,” terang Elian sembari menyentuh jemari Vlora yang lentik.

Butiran bening menitik di pipi Vlora. Ia sungguh tidak mengerti, apa lagi yang kurang dari dirinya? Ia cantik, pintar juga berasal dari keluarga terpandang … seandainya saja tidak ada aib itu. Sayangnya, tidak ada manusia di dunia ini yang luput dari kesalahan dan kekhilafan. Jika orang-orang tahu aib tersebut, niscaya mereka semua akan membenci dan merendahkan keluarganya.

“Wanita seperti apa yang kau sukai, Elian? Katakan padaku. Aku akan mengubah diriku sesuai keinginanmu.” Nada putus asa mewarnai suara Vlora tatkala mengucapkannya.

Pertanyaan itu mampu membuat Elian seketika dihujani perasaan bersalah. Namun, ia memang tidak dapat memaksakan perasaannya. Jika ia menerima Vlora sementara hatinya milik wanita lain, bukan kah sama saja ia akan melukai hati Vlora semakin dalam?

“Bukan persoalan wanita seperti apa yang kusukai, melainkan tentang hatiku yang hanya menginginkan dirinya seorang. Dan kau bukan dia.”

Air mata meluncur turun bersama pertanyaan yang keluar dari mulut Vlora, “Apakah Maylin Pramanta wanita yang kau cintai, Elian?”

Elian terdiam, tidak segera menjawab.

“Apakah kau berpikir wanita itu tulus mencintaimu?”

Helaan napas keluar dari mulut Elian. Tentu saja dirinya tahu bahwa Maylin sampai saat ini hanya menganggapnya sebagai sahabat. Posisi adiknya di hati Maylin sulit digantikan.

Namun, itu bukan sesuatu yang ingin dibicarakannya saat ini. “Ada suatu hal yang mau kutanyakan padamu sebelum aku pergi, Vlora.”

“Kau ingin bertanya permasalahan apa antara diriku dengan Pramanta, bukan?” sambil menghapus sisa air mata dengan jemarinya, Vlora melayangkan pertanyaan balik pada Elian.

Elian tampak terkejut karena Vlora dapat menebaknya, tetapi hanya sesaat. Kemudian ia memasang wajah serius pada Vlora. “Tolong ceritakan padaku, sebenarnya rahasia apa yang kalian sembunyikan?”

“Apakah kau akan berubah pikiran setelah tahu apa alasan sekretarismu itu bermaksud merebutmu dariku?”

“Aku diam-diam telah mencintainya selama sebelas tahun, Vlora. Dan perasaan ini semakin kuat seiring kebersamaan yang membuat kami semakin lebih dekat.”

Pernyataan Elian kontan membuat Vlora menertawakan kebodohannya yang selalu berharap suatu hari nanti perasaannya akan berbalas sekaligus menangisi dirinya yang telah kalah.

Kenyataannya adalah tanpa Maylin merebut Elian pun, pria itu terlebih dahulu jatuh cinta kepada adik tirinya. “Semuanya bermula dari kesalahan orang tua kami ….”

Kemudian Vlora menceritakan sebuah rahasia yang selama ini disembunyikan rapat-rapat oleh keluarganya.

*****

Elian berjalan masuk ke dalam apartemennya dan melempar kunci mobil di meja, lalu duduk berselonjor di sofa ruang tamu. Helaan napas keluar dari bibirnya.

Kedua matanya terpejam, membiarkan ingatan dalam kepalanya tentang cerita Vlora tadi kembali terputar. Karena itukah Rayla, Maylin dan Auristela bertengkar beberapa tahun yang lalu? Pertengkaran yang hampir saja membuat kandungan Rayla keguguran.

Apa benar Maylin bersedia menjadi sekretarisnya hanya untuk membalaskan dendam seperti yang diucapkan Vlora tadi? Rasanya Elian tidak dapat mempercayai semua itu. Maylin tidak mungkin begitu tega menyakitinya.

Lalu apa alasan Maylin bersedia ikut bersamanya pindah ke London? Ia memang tidak menanyakannya kepada wanita itu sebab perasaan gembira yang begitu saja membuncah di hatinya, membuatnya berpikir alasan itu tidak lagi penting baginya.

Namun, kini ada suatu perasaan yang mengganggu dalam hatinya. Entah mengapa bayangan wajah seseorang yang sangat dikenalnya, melintas dalam pikirannya. Apakah mungkin …

Suara dering ponsel menginterupsi pikirannya. Elian mengambil ponsel dari saku celana, kemudian mengangkatnya setelah melihat tampilan sebuah nama. “Ada apa?”

[ …. ]

Sebuah jawaban dari seorang pria terdengar dari seberang sana, membuat senyum tipis penuh makna tersungging dari bibir Elian.

“Jangan biarkan mereka kabur!”

[ …. ]

Sekali lagi, suara dari seberang telepon kembali terdengar.

“Minggu depan aku akan kembali ke sana bersama sekretarisku. Siapkan pakaian untuknya sesuai musim di sana,” perintah Elian lagi sebelum mengakhiri sambungan telepon.

Elian menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan menuju kamarnya. Ia tidak ingin membayangkan hal-hal yang tak pasti. Meskipun orang lain menganggap diri Maylin buruk, Elian tetap akan menjadi tempat sandaran yang terbaik untuk wanita itu. Ia akan selalu berada di sisi Maylin hingga maut memisahkan mereka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta dan Dendam   Chapter 73

    “Aku tidak menuntut banyak penjelasan saat tahu kalau kau sudah mengetahui dari Vlora, rahasia yang selama ini kusimpan rapat-rapat, lalu perubahan sikapmu setelah kita berada di kota ini ….” Maylin menjeda sejenak. Sepasang netranya menatap Elian penuh menyelisik, menunggu reaksi dari pria blasteran itu. “Bahkan, tanpa sepengetahuanku kau menutupi identitas keluargaku agar tidak diketahui Valo,” imbuhnya.Melihat ekspresi kedua mata abu-abu itu tersentak kaget, Maylin menemukan jawabannya. “Kau begitu misterius, Elian. Namun, aku tak akan protes karena itu adalah privasimu. Jadi, aku harap kau pun juga bisa menghargai privasiku.”Keheningan memenuhi mereka, kemudian melanjutkan sarapan dalam diam. Sampai ketika Maylin bangun dari kursinya dan membawa peralatan makan hendak mencucinya, suara Elian memecahkan kesunyian di antara mereka.“Semua yang kulakukan, terlepas dari baik atau buruk ….”Maylin memutar tubuhnya menghadap Elian. Kedua mata mereka kini saling bertemu. Sepasang iris

  • Cinta dan Dendam   Chapter 72

    [Yeah, Deon menyuruhku menghapus semua data kalian untuk berjaga-jaga bila seseorang ingin mencari tahu tentang Frans Pramanta.]“Kalian yang dimaksud apakah mama, Rayla, juga tante Fifi?” Maylin mendelik, terkejut mendengar jawaban Leonel.[Seluruh keluargamu, sweety, termasuk Frans Pramanta. Ada apa? Dari mana kau mengetahuinya?]Serentetan pertanyaan itu menguap begitu saja dari bibir Leonel.“Kalau begitu, apakah diam-diam kak Leonel juga meretas database yang ada di dalam sistem perusahaan Elian, menghapus nama-nama keluarga yang kucantumkan di sana?” Alih-alih menjawab, Maylin balik bertanya. Tidak menutup kemungkinan Leonel melakukannya sebab pria itu memang ahli di bidang tersebut.Tidak ada suara jawaban dari pria itu. Maylin menjauhkan ponsel dari telinganya dan menatap layarnya sejenak mencoba memastikan. Masih tersambung.Maylin menempelkan kembali ponsel di telinga kanannya. “Halo? Kak Leo? Apakah kau masih berada di sana?”[Bukan aku.]“Apa maksudnya?” Dahi Maylin menger

  • Cinta dan Dendam   Chapter 71

    “Jawaban seperti apa yang ingin kau dengar?” Elian balik bertanya dengan datar, “Kak Sio.”“Kau pasti memiliki alasan untuk melakukannya. Aku ingin tahu apa alasan itu.” Sio tersenyum tipis.Suasana menjadi hening beberapa saat. Elian hanya bergeming menatap Sio, menunggu pria itu memutuskan hukuman apa yang harus diterimanya sebagai konsekuensi melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh organisasi mereka.“Wanita itu … apakah dia yang menjadi alasanmu mengenyahkan bodyguard-mu sendiri?”Pertanyaan itu sukses membuat ekspresi wajah Elian berubah menjadi tegang. Hanya sesaat, karena sepersekian detik kemudian, ia kembali memasang wajah datarnya.Sio menyeringai menatap Elian. “Apakah uncle sudah tahu?”“Tidak,” jawab Elian singkat. Bagaimanapun juga, ia harus menyelamatkan posisi ayahnya yang telah mencoba menyembunyikan segala perbuatannya.Sio menghembuskan kembali asap rokoknya ke udara. “Kau tahu kalau aku memberikan kepercayaan penuh padamu, bukan? Terus terang aku sangat kece

  • Cinta dan Dendam   Chapter 70

    Mendengar satu nama itu disebut, berhasil melenyapkan ketenangan yang baru saja Maylin dapatkan dari efek alkohol itu. Seketika tubuhnya menjadi kaku. Jantungnya seolah berhenti berdetak. “Kedua orang tuaku ….” Maylin berhenti sejenak.Padahal, ia telah mengubur dalam-dalam semua kenangan yang mengingatkannya pada kebahagiaan sekaligus kepedihan ke dalam lubuk hatinya. Namun, hanya sepersekian detik buih-buih kenangan yang telah lama terpendam itu mendadak berhamburan.Kepalanya tertunduk dalam, berusaha keras menahan rasa sesak serta amarah di dadanya dengan mengepal erat kedua tangannya di bawah meja hingga kuku-kukunya menusuk telapak tangannya.“Mereka membuangku ketika usiaku sepuluh tahun,” ucap Maylin melanjutkan. Kebohongan itu keluar dari mulutnya begitu saja.Kau tidak sepenuhnya berbohong, Lin. Bajingan itu memang meninggalkan kalian terhitung sudah empat belas tahun. Sebuah suara bergema di dalam benaknya.“Bolehkah aku tahu, apa yang telah terjadi?” tanya Valo.Ada keseri

  • Cinta dan Dendam   Chapter 69

    Di depan lorong satu-satunya akses menuju ruang restoran, seorang wanita dengan rambut bergelombang cokelat dan seorang petugas terlihat tengah saling melempar argumen sementara seorang pria lain dengan balutan setelan jas biru dongker-nya berdiri di sebelah wanita itu.Ia hanya diam seraya mendengarkan perdebatan kedua orang dewasa itu yang terus berlanjut. Tidak peduli orang-orang yang berlalu lalang, menoleh ke arah mereka, sebelum kemudian memandang dirinya dengan tatapan memuja.Penampilannya dengan setelan resmi, membungkus tubuhnya yang sempurna. Wajah tampan maskulin, garis rahang yang tegas adalah perpaduan sempurna yang diidam-idamkan seluruh kaum adam di seluruh dunia sekaligus menggoda kaum hawa di saat yang bersamaan.Seolah Tuhan sedang bahagia ketika menciptakannya. Tampan. Kaya. Benar-benar godaan yang terlalu sulit untuk tidak menaruh perhatian, terkecuali Maylin Pramanta. Hanya wanita itu yang tidak terpesona pada seorang Valo Wren Osborn.“Apakah Anda tidak mengerti

  • Cinta dan Dendam   Chapter 68

    Entah sudah berapa lama, Valo masih belum juga kembali. Pria itu hanya menyuruhnya agar menunggu di dalam mobil hingga akhirnya Maylin merasa bosan dan mengambil ponsel untuk mengusir kejenuhan tersebut. Dilihatnya hasil foto yang ada di kameranya seraya senyum-senyum sendiri.Ia kemudian mengirimkan beberapa foto kepada Rayla, bermaksud memamerkan kepada sang kakak. Tidak lama setelah foto terkirim, pesan masuk pun berbunyi.[Elian membawamu ke tempat lokasi syuting film legendaris Robin Hood dan Harry Potter? Kau sangat beruntung, adikku! Akan tetapi, kau menjadi sangat amat menyebalkan! Aku juga ingin berkunjung ke sana!]Maylin terkikik membaca balasan dari Rayla, lalu menggerakkan jemarinya di atas layar ponsel, mengetik sederet kalimat.[Mintalah pada kak Deon. Suami tercintamu itu tanpa ragu-ragu pasti mengabulkan keinginanmu. By the way, bukan Elian yang membawaku pergi, tetapi teman baruku.]Jemarinya berhenti bergerak untuk sejenak. Membaca sekali lagi pesannya sebelum menek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status