Hendro lagi bareng Wenny?Raut wajah Hana berubah sejenak, lalu dia dengan cepat membantah, "Yuvi, kamu salah. Hendro nggak mungkin bareng Wenny!""Hana, atas dasar apa kamu begitu yakin?"Tentu saja karena Hendro telah terkena Sihir Sehati!Selama Hendro mendekati Wenny, dia akan merasakan sakit kepala yang luar biasa.Namun, Hana tentu tidak akan memberi tahu Yuvi tentang Sihir Sehati itu. Dengan senyuman percaya diri, dia memberi tahu, "Yuvi, aku berani bertaruh, Hendro nggak akan mungkin lagi bareng Wenny!""Oke. Ayo, kita bertaruh. Kalau Kak Hendro nggak bareng Wenny, berarti aku yang kalah. Aku akan memanggilmu Nenek!""Oke. Kalau Hendro lagi bareng Wenny, berarti aku yang kalah. Aku akan memanggilmu Nenek."Hana dan Yuvi bertaruh, pihak yang kalah harus memanggil pemenangnya dengan sebutan "nenek".Yuvi lalu mengambil ponselnya. "Hana, sekarang waktunya kita cari tahu jawabannya. Aku akan telepon Wenny sekarang.""Oke. Aku akan duduk di sini sambil menunggu. Yuvi, kamu pasti aka
Yuvi berujar sambil tersenyum, "Oke. Aku akan duduk di sini dan menunggu. Hana, cepat telepon ya!"Yuvi jelas ingin melihat pertunjukan yang menarik.Hana tentu cukup percaya diri. Dia tidak percaya Hendro yang telah terkena Sihir Sehati akan mendadak berubah pikiran.Hana pun mengeluarkan ponselnya, menekan nomor Hendro, dan melihat ke arah Yuvi dengan percaya diri. "Yuvi, lihat baik-baik. Ini akan jadi momen memalukan untukmu!"Sayangnya setelah telepon berdering terus-menerus, tidak ada yang mengangkat.Tidak lama kemudian, suara wanita yang dingin dan mekanis terdengar di ujung telepon. "Maaf, nomor yang Anda hubungi sedang tidak dapat dihubungi. Harap coba lagi nanti."Hendro tidak mengangkat teleponnya.Kenapa dia tidak mengangkat telepon?Hana mulai sedikit cemas. Dia langsung menelepon lagi beberapa kali, tetapi tetap tidak ada jawaban dari Hendro.Hati Hana perlahan terasa makin berat. Hendro tidak mengangkat teleponnya.Semalam, Hendro sudah berjanji untuk makan bersamanya. K
Yuvi mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Wenny. [Wenny, kamu lagi lihat ponsel nggak?]Saat itu, Wenny baru saja selesai menjalani operasi di rumah sakit dan pulang ke rumah Yuvi untuk mengambil tasnya.Pada saat ini, ponsel Wenny berbunyi. Dia menerima pesan Whatsapp dari Yuvi.Wenny membalas. [Yuvi, aku ada di rumahmu. Kenapa?][Wenny, tentu saja karena ada hal yang sangat penting dan bahkan mendesak. Aku baru saja melihat Hana di restoran Barat!]Melihat nama "Hana" muncul di pesan, bulu mata Wenny yang panjang sedikit bergetar. Dia langsung teringat pada Hendro.Wenny belum sempat membalas pesan Whatsapp itu, tetapi Yuvi kembali mengirim pesan. [Wenny, aku baru saja melihat Hana di restoran Barat. Dia bilang Kak Hendro mengajaknya makan di sana!]Apa?Wenny tertegun sejenak. Hendro mengajak Hana makan di luar?Kemarin, Hendro mengajaknya ke kantor catatan sipil untuk mengurus akta nikah, tetapi hari ini dia justru mengajak Hana makan di restoran Barat. Apa yang sebe
Hendro menyuruhnya pergi duluan.Hana terkejut sejenak. Dia sebenarnya ingin Hendro yang menjemputnya agar ada sentuhan romantis dalam kencan mereka."Hendro, apa kamu nggak bisa datang menjemputku? Aku ...."Namun, Hendro langsung memotongnya, "Hana, aku sudah suruh orang pesan tempat di restoran Barat. Aku harus menghadiri sebuah rapat penting. Kamu pergi duluan saja, nurutlah."Hendro menambahkan kata "nurutlah" dengan nada yang tegas dan dominan.Hana yang memang menyukai kepribadian tegas seperti itu langsung merasa tubuhnya bergetar ketika mendengar kata-kata tersebut. Dia langsung mengiakan, "Ya sudah. Hendro, aku akan pergi duluan. Kamu cepat menyusul ya.""Oke."Hana pun keluar dan meminta sopirnya mengantarnya ke restoran Barat.Setibanya di sana, pelayan menyambutnya dengan ramah, "Nona Hana, selamat datang. Tempatnya sudah kami siapkan. Silakan ikut kami ke area VIP."Pelayan itu membawa Hana ke meja VIP yang berada di dekat jendela. Di sini, pemandangan luarnya sangat inda
"Ini ....""Sudahlah, Ayah, Ibu. Aku lelah. Aku mau kembali ke kamar dulu untuk istirahat. Kalau aku tidur nyenyak malam ini, besok aku baru bisa berkencan dengan baik bersama Hendro."Setelah berkata begitu, Hana pun kembali ke kamarnya.Vero sontak mengernyit. "Apa sebenarnya maksud Hendro? Kemarin dia datang ke rumah Keluarga Yale untuk membatalkan janji pernikahan, sekarang malah terlibat lagi dengan Hana. Dia mau apa sebenarnya?"Morgan berkata dengan serius, "Aku akan telepon Hendro!"Morgan mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Hendro.Di sisi lain, suara dering ponsel yang lembut terdengar. Tak lama kemudian, panggilan diterima. Suara rendah dan berwibawa Hendro terdengar. "Halo, Paman Morgan, ada apa?"Morgan berbicara dengan nada dingin, "Hendro, aku mau tanya apa sebenarnya maksudmu?""Aku nggak mengerti maksud Paman Morgan.""Tadi, Hana baru pulang. Dia bilang kamu mengajaknya makan bareng besok.""Ya.""Hendro, kamu datang ke rumah Keluarga Yale untuk membatalkan janji
Hana melaporkan semua yang dia peroleh hari ini kepada Tamara.Tamara membalas dengan puas, "Bagus. Dengan adanya Sihir Sehati, Hendro nggak akan bisa jauh-jauh darimu."Hana menimpali dengan gembira, "Bibi Tamara, Sihir Sehati ini nggak bakal tiba-tiba nggak manjur, 'kan? Aku sudah bersusah payah mendapat kesempatan untuk selalu berada di sisi Hendro. Aku takut kehilangan dia."Tamara merespons sambil tersenyum, "Jangan khawatir. Sihir Sehati ini sangat kuat. Hendro nggak akan sembuh kecuali dia selalu bersamamu!""Oke. Makasih, Bibi Tamara.""Sama-sama. Sekarang, musuh bersama kita adalah Wenny dan Vero. Aku nggak akan membiarkan ibu dan anak itu lolos!"....Di dalam bangsal, Sutinah mendekat ke Hendro, lalu berbisik untuk melaporkan, "Pak Hendro, tadi Nona Hana keluar untuk menerima telepon. Aku diam-diam mendengarkan, sepertinya dia sedang bicara dengan seseorang yang bernama Bibi Tamara."Bibi Tamara?Tamara?Apa mungkin orang di balik semua ini adalah Tamara?Hendro menekan bibi