Beberapa saat setelah pemakaman, Kaliya serta Orlando kembali ke dalam rumah. Awalnya, tidak ada yang memulai pembicaraan di antara mereka. Sampai akhirnya, Orlando angkat bicara.
“Kenapa kamu tidak kembali ke tempat aslimu?”
Kaliya bergeming. Dia melirik Orlando yang sedari tadi sibuk memilah perabotan tua milik mendiang nenek tua.
“Apa pedulimu? Apa kamu takut aku akan melakukan sesuatu kepadamu?”
“Jangan bersikap angkuh. Sekarang aku sudah tahu kalau kamu tidak bisa menyakitiku. Benar, kan?”
“Cih.” Kaliya membuang muka. Dia berjalan ke ambang pintu. Tatapannya lurus ke arah pepohonan.
Mendengar Orlando berkata demikian, entah kenapa Kaliya menjadi kesal. Fakta bahwa dia selalu gagal mencelakai Orlando juga masih menjadi sebuah misteri. Ditambah lagi dengan energi dari nenek tua tadi yang membuat hasrat membunuh dalam diri Kaliya tiba-tiba saja mereda.
Mendadak, Kaliya mendapat sebuah
Kaliya terdiam. Dia membiarkan Orlando kembali bercerita.“Aku kira tadinya itu hanya ilusiku semata. Tapi aku bisa melihat wujudmu dengan jelas. Kamu sedang kesakitan waktu itu. Kemudian tiba-tiba kau teringat akan cerita dongeng di masa lalu tentang malaikat dan iblis. Saat itu aku bertanya-tanya, dengan kondisimu yang jatuh dari langit, apakah kamu ini malaikat ataukah iblis?” ucap Orlando lagi.“Dan kamu memutuskan untuk menyekapku?” sela Kaliya.“Awalnya tidak seperti itu.” Orlando menghela napas sambil memainkan jemari. “Entah kenapa aku ingin menolongmu. Tapi setelah kupikir lagi, kamu mungkin saja berbahaya. Makanya waktu itu aku mengikatmu dan memutuskan untuk memanggil polisi.”“Dasar bodoh,” cibir Kaliya.“Ya, aku memang bodoh. Aku adalah seorang yang sedang diincar oleh polisi karena tuduhan penggelapan dana perusahaan. Kemudian aku malah memanggil mereka sendiri ke rumah
“Sial. Bagaimana mungkin mereka bisa ada di sini?” batin Kaliya gusar.Dia bisa melihat iblis-iblis itu berjalan pelan di sekitar rumah. Tepatnya, di luar tali pembatas bertempelkan jimat yang sebelumnya dipasang oleh nenek tua.Samar-samar, Kaliya juga bisa mendengar percakapan ketiga iblis itu menggunakan bahasa mereka.Isi percakapannya tak lain adalah tentang keberadaan Kaliya. Tentu saja hal itu membuat mata Kaliya semakin melebar.“Kamu bisa melihat mereka bukan?” tanyanya kepada Orlando.Orlando mengangguk pelan.“Dengar. Ini akan sangat berbahaya. Tetap diam, dan kalau bisa carilah tempat sembunyi. Aku akan menghadapi mereka sendiri. Jangan menimbulkan suara sedikit pun. Mengerti?”Dengan gugup, Orlando mengangguk.Setelah yakin bahwa lelaki yang sedang ia bekap mulutnya itu tak akan bicara, akhirnya Kaliya menjauhkan telapak tangannya dari bibir Orlando.Di luar sana, ketiga i
Dengan cepat, Orlando beralih ke hadapan Kaliya dan melindungi tubuh perempuan itu dari serangan timah api.BUZZ....Tiba-tiba dari tubuh Orlando terpancar cahaya kebiruan seperti tempo lalu. Sebuah barrier menyebar dan menangkal kekuatan lemparan iblis itu. Tubuh Kaliya otomatis jadi terlindungi. Bahkan, kini para iblis itu terpental begitu jauhnya akibat barrier yang mendadak muncul di sekitar Orlando.Mata Kaliya membulat takjub. “Apa ini? Kenapa barrier milikmu tiba-tiba muncul?” gumamnya tak percaya.“Mana aku tahu!” seru Orlando dengan raut panik. Tubuh Kaliya masih berada dalam dekapannya selagi cahaya kebiruan itu memancar. “Jika kamu bisa mengalahkan para iblis itu, cepat lakukan sekarang!”“Benar juga,” batin Kaliya. “Aku terlindungi sekarang, dan aku bisa mengalahkan mereka dengan mudah.”“Kalau begitu lepaskan aku, bodoh!” seru Kaliya sembari mendorong pelan
Dahi Orlando langsung mengernyit.“APA? Untuk apa aku jadi pelindungmu?!”“Barrier itu... aku membutuhkannya,” jawab Kaliya.Biasanya perempuan itu akan menjawab dengan nada angkuh. Tapi kali ini Kaliya terlihat bersungguh-sungguh saat meminta sesuatu. Mati-matian dia membuang harga dirinya sebagai iblis hanya demi memohon pertolongan kepada manusia.“Mari kita buat kesepakatan. Aku bisa membantumu hidup aman di dunia manusia—kamu bilang kamu seorang buronan, kan? Aku bisa melindungimu dari kejahatan manusia lainnya.”Kaliya terus melanjutkan, “Sebagai gantinya, kamu harus melindungiku dari incaran para iblis lain. Bagaimana?”“Kamu tidak sedang menjebakku, kan?”“Tentu saja, tidak!” ucap Kaliya tak sabar. “Aku bisa mewujudkan semua keinginanmu jika kamu mau. Yang kupinta darimu hanya satu, jika ada iblis lain yang berniat menyakitiku, kamu harus melin
“Kamu baik-baik saja?” tanya Kaliya kemudian.Orlando menelan salivanya dengan susah payah. Baru beberapa saat lalu pergelangan tangannya sakit akibat ditusuk oleh kuku panjang Kaliya. Namun sekarang rasa sakit itu sirna. Dia segera melihat pergelangan tangannya yang kembali mulus.“Apa yang baru saja kamu lakukan padaku?!” pekik Orlando seperti anak perempuan.“Tenang saja. Itu tidak akan berbekas.”“Apa yang kamu lakukan padaku?!” ulang Orlando dengan nada tinggi.Kaliya hanya berdecak kecil. “Itu adalah cara bagaimana kaum kami membuat perjanjian.”“Tapi kenapa kamu harus menusuk tanganku? Itu mengerikan!” ujar Orlando heboh sembari menggosok-gosok pergelangan tangannya tadi. Padahal tidak ada bekas luka lagi. Namun, rasa nyerinya masih bisa Orlando ingat.“Jangan berlebihan. Itu hanya perjanjian darah,” balas Kaliya enteng.“Apa? Perja
Tubuh rusa itu langsung terpental setelah memekik kesakitan akibat kekuatan yang Kaliya lemparkan. Beberapa detik kemudian, tubuhnya terkapar di tanah dalam keadaan tak berdaya.Kaliya segera menghampiri hewan tersebut. “Bagus. Maaf karena aku membunuhmu. Tapi aku harus melakukannya.”“Kamu... berhasil menangkapnya?” tanya Orlando sedikit tak jelas. “Hanya dengan sekali pukulan?”“Benar. Segera makan ini atau aku akan menghanguskannya menjadi abu!”“Baiklah, baiklah. Tolong sabar dahulu,” ujar Orlando. Dia menatap ke arah tubuh rusa yang bagian perutnya sedikit gosong akibat kekuatan api dari Kaliya.Meski di dalam hati dia merasa kasihan, tetapi tubuh Orlando hanya sedang ingin bertindak realistis. Dia lapar dan membutuhkan asupan makanan. Sebenarnya, Orlando bisa saja memakan bahan persediaan pangan yang ditimbun oleh nenek tua di rumahnya—karena sebelumnya dia diberi tahukan soal
“Bicaralah yang jelas, atau aku akan menghancurkan rusa milikmu ini!” ancam Kaliya.“Eh, jangan lakukan itu!” sergah Orlando cepat. “Daging rusa ini masih banyak dan kemungkinan cukup untuk makananku selama berminggu-minggu. Tolong mengertilah!”Melihat wajah bodoh yang tengah memelas di depannya, Kaliya malah jadi tertawa. Ekspresi Orlando lucu sekali.“Dasar orang bodoh,” cibir Kaliya dalam hati. “Padahal aku bisa mencarikan mangsa lain jika kamu lapar.”“Ya, baguslah kalau begitu. Aku jadi tidak khawatir.”“Kalau begitu ayo pergi dan cari tempat persembunyian. Selain itu, aku ingin kamu menemaniku untuk mencari pecahan batu Katastrof. Ini bukan sebuah permintaan, tapi ini adalah perintah. Jadi ikuti saja!”“Tidak mau!” seru Orlando manja, sembari menggigit kembali daging rusa.Karena kesal, Kaliya bangkit kemudian melemparkan bola api ke
Kejadian tersebut berlangsung sangat cepat. Orlando tak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan.Asap mengepul dari mobil tersebut. Suara rintihan manusia juga terdengar.“Apa yang kamu lakukan?!” bentak Orlando marah. “Kenapa kamu membunuh mereka?”Dahi Kaliya mengerut saat mendengar nada bicara lelaki itu.“Apa maksudmu? Aku tidak membunuh mereka!” serunya sebal.Orlando melayangkan tatapan marahnya kepada Kaliya. Kemudian dia buru-buru menghampiri mobil tersebut.Saat Orlando membungkuk, dia menemukan sepasang suami istri dalam keadaan terbalik. Mereka tak sadarkan diri. Sementara itu, di belakang terdapat seorang gadis belia yang merintih kesakitan.Darah segar mengalir dari dahinya. Panik, Orlando berusaha menarik salah satu pintu penumpang. Dia berniat membukanya. Tapi karena tarikan kecil tersebut, bagian belakang mobil tiba-tiba saja meletup.Orlanda memekik ketakutan.&