Share

17. Memetik Bunga

Kaliya berdecih. “Manusia aneh. Kenapa harus repot-repot mengubur tubuh yang sudah tidak bernyawa? Padahal aku bisa membantunya membakar tubuh nenek tua itu.”

“Sudah aku bilang, manusia punya cara tersendiri untuk mengebumikan seseorang. Itu adalah bagaimana cara kami menghormati sesama,” balas Orlando penuh penegasan.

Lelaki itu terus mencangkul tanah. Sesekali mata cangkulnya berdenting akibat membentur bebatuan. Dia beralih memakai linggis untuk mencungkil bebatuan itu dari tanah.

Kaliya memerhatikan lelaki itu dengan seksama. Peluh di kening Orlando mulai bermunculan. Namun tekadnya untuk menguburkan sang wanita tua tidak pernah pudar.

“Mengapa kamu berpikir bahwa aku akan membunuhmu?” tanya Kaliya kemudian.

Orlando bergeming untuk sejenak. Dia melirik ke arah Kaliya, kemudian kembali mengayunkan cangkul agar tanah galian bisa lebih dalam.

“Bukankah kamu memang berniat seperti itu? Saat di jembat

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status