“Hei, apa yang sedang kalian bicarakan?” seru Evelyn menimpali. Dia tidak suka jika kedua makhluk di depannya malah asyik sendiri.
Entah kenapa, perkataan Orlando memengaruhi pemikiran Kaliya. Yang tadinya dia tidak yakin dengan hal itu, kini malah ikut curiga. Ketika mendengar cerita dari Evelyn, Kaliya hanya menerka-nerka mungkin saja gadis hantu itu berbohong. Dan kalau pun dia berkata yang sesungguhnya, Kaliya ragu jika batu yang ditemukan oleh ‘pria tua pencuri’ itu adalah permata Katastrof.
Setahu Kaliya, manusia seumuran dengan Evelyn bisa saja salah mengenali suatu benda. Bagaimanapun, mereka masih lah anak-anak yang tidak mungkin mengerti tentang semua hal.
Kaliya segera beralih memandang Evelyn.
“Eve, apa kamu masih ingat bagaimana ciri-ciri batu permata yang ditemukan oleh pria itu?”
“Kenapa kamu bertanya?”
“Tidak apa-apa. Hanya saja kami takut jika batu tersebut adalah permata
Kaliya sudah memutuskan. Begitu pun dengan Orlando. Laki-laki itu siap untuk berpetualang. Tidak seperti sebelumnya, kini keberanian Orlando mulai tumbuh sedikit demi sedikit. Mungkin ini juga adalah pengaruh baik karena dia banyak menghabiskan waktu bersama Kaliya.“Jadi kalian akan pergi mencarinya?” Suara Evelyn kembali memecahkan keheningan.Kaliya dan Orlando mengangguk kompak.“Tapi bagaimana denganku? Itu berarti kalian akan meninggalkan aku di sini?” Gadis hantu itu bertanya dengan nada sedih.“Benar, Evelyn. Kami terpaksa harus meninggalkanmu. Kami juga memang berniat untuk singgah sebentar di tempat ini. Dan kami tidak menyangka akan bertemu denganmu,” ucap Kaliya menjelaskan.Mendadak, Evelyn memasang ekspresi murung.“Tidak bisakah aku ikut bersama kalian? Aku tidak mau hidup kesepian di sini lagi.”Orlando dan Kaliya saling melempar tatapan saat mendengar pertanyaan dari Eve
Dengan raut murung, Evelyn terpaksa melepas sosok Kaliya dan Orlando. Gadis hantu itu menyaksikan dari balik jendela rusak di rumah tersebut. Dia sedih karena harus kehilangan sosok Kaliya dan Orlando. Padahal, Evelyn ingin ada seseorang atau makhluk lain yang bisa menemaninya di sini. Tapi sepertinya itu adalah hal yang sulit.Orlando dan Kaliya sedang masuk ke dalam mobil mereka. Beberapa saat kemudian, Orlando melambaikan tangan ke arah Evelyn dan berseru, “Jaga dirimu baik-baik!”Dan Evelyn pun menjawabnya dengan anggukan kepala. Dia melambaikan tangan ke arah mobil mereka.Ketika suara mesin mobil itu terdengar, Evelyn tahu kalau dia akan kembali sendirian di tempat ini. Tapi tak apa, Orlando tadi sudah meninggalkan beberapa barang yang laki-laki curi dari mini market. Salah satunya adalah senter mini dan mainan bola pingpong. Hal itu cukup untuk menghilangkan kebosanan Evelyn untuk beberapa waktu ke depan.Kaliya juga berseru dengan sema
“Haish, dasar kamu tidak becus!” Kaliya mengumpat dalam. Dia melayangkan pandangan tajam ke arah Orlando.“Kalau saja sayapku pulih, pasti aku akan terbang cepat untuk menghindari kejaran mereka!” lanjutnya penuh sesal.“Jangan berbangga diri! Saat ini kan, sayapmu sudah hilang!”DOR!“AAAA!” teriak Orlando dan Kaliya bersamaan.Tiba-tiba sebuah tembakan dilayangkan. Orlando dan Kaliya spontan merunduk serta memekik kaget. Kaliya melirik ke belakang, dan melihat jika peluru itu menembus salah satu tempat duduk penumpang.“Apa-apaan mereka! Apa mereka mengajakku untuk berperang?!”“Sial. Kita akan celaka jika mereka sampai menembak ban mobil ini, Kaliya! Kita bisa mati!”“Hal itu tidak akan terjadi!” ujar Kaliya percaya diri. Dia melayangkan tatapan tajam ke arah dua mobil yang masih mengikuti mereka.“Orlando, bawa mereka ke jalanan
Rekan-rekan timnya juga tertawa kecil. Masing-masing dari mereka mengacungkan pistol ke arah Kaliya dan Orlando. Dengan wajah menyebalkan, mereka bahkan sengaja menggoda Kaliya.Salah satu dari mereka bersiul.“Lihatlah wanita cantik ini! Bukankah bajunya terlalu kotor untuk wanita sepertimu? Sepertinya kamu harus ikut bersama kami, Nona! Kami akan memberikan pakaian yang lebih layak!”“Ya, kamu lebih cocok memakai baju tahanan!” seru yang lain diiringi tawa.Kaliya berdecak kesal. “Cih, dasar manusia-manusia sombong!”Wanita iblis itu melirik ke arah Orlando. Dia bisa merasakan jika saat ini Orlando ketakutan. Meski begitu, Kaliya tidak peduli. Bagaimanapun, Kaliya ingin Orlando fokus untuk melindunginya.“Dah oh, lihatlah betapa kacaunya pria ini! Apakah pria itu kekasihmu, Nona?” ucap salah satu dari mereka ketika melihat Orlando. Lagi-lagi suara tawa menggema.“Mengapa kalian i
“APA?” seru Kaliya spontan.Dia menarik tangan Orlando dan bisa melihat darah segar di sana. Kemudian dia membalikkan tubuh Orlando agar membelakangi Kaliya, dan mata Kaliya melebar saat melihat darah di sekitar tulang belikat Orlando.“Kukira kamu bercanda! Ternyata kamu benar-benar terluka, Orlando,” ucap Kaliya. Perasaannya jadi campur aduk.Orlando mengerang pelan. Tangannya mulai mati rasa.Tanpa mengatakan apa pun lagi, Kaliya menekan luka tembak Orlando dengan telapak tangan. Hal itu menyebabkan teriakan dari bibir Orlando menggema. Dengan kekuatan yang dimiliki, Kaliya mencoba menarik peluru yang tertanam di sana. Setelahnya, peluru itu benar-benar seperti ditarik oleh magnet dan jatuh begitu saja ke jalanan.Darah segar masih mengalir dari bekas luka tembak itu. Melihat cairan kental tersebut, hasrat iblis dalam diri Kaliya mencoba meronta-ronta. Ingin sekali dia menghisap darah manusia hingga habis. Mungkin dengan
Kaliya melirik Orlando, tapi lelaki itu masih memejamkan mata. Padahal dia butuh barrier Orlando jika terjadi sesuatu yang tak terduga.Namun, karena Orlando terlihat menderita akibat terkena tembakan peluru tadi, Kaliya pun memutuskan untuk mendatangi sumber kekuatan permata itu sendiri!“Lagi pula aku adalah wanita iblis terkuat. Melawan manusia tidak akan membuat aku kehilangan nyawa,” gumam Kaliya angkuh.Dia memarkir mobil, kemudian keluar dari sana. Ditatapnya area pasar itu. Suasana mulai gelap, beberapa lampu pijar telah dinyalakan. Karena lokasi pasar ini dekat dengan pelabuhan, makanya banyak penjual yang masih berjaga demi menerima tangkapan ikan dari para nelayan.Insting Kaliya langsung terfokus pada suatu sudut. Perempuan iblis itu menoleh, matanya berkilat saat merasakan aura dari permata Katastrof yang semakin besar. Tanpa ragu, Kaliya segera menghampirinya.Beberapa meter dari sana, tampak sebuah kios ikan. Sepertinya i
“Argh... aku sangat haus,” erang Orlando, tapi hanya terdengar seperti gumaman.“Bangunlah kalau begitu. Kamu sudah tidur terlalu lama, Orlando.”Mata Orlando yang tadinya berat, perlahan-lahan mulai terbuka. Dia menghirup udara dan langsung bisa mencium aroma kayu manis di sekitar.Saat pandangan lelaki itu sudah fokus dengan sempurna, dia melihat sosok Kaliya yang sedang duduk di seberang sana sembari menyantap roti croissant dengan elegan.“Aku tidak tahu kalau iblis bisa memakan roti,” seloroh Orlando. Dia mengubah posisinya menjadi duduk.“Dan juga membaca koran,” tambah Kaliya sembari menunjuk surat kabar di atas meja.“Wow, sangat menarik. Perubahan apa yang terjadi di sini? Kenapa tiba-tiba aku merasa aneh? Lalu... di mana ini?” Orlando masih linglung. Dia mengedarkan pandangan dan merasa asing dengan ruangan yang ia tempati sekarang.“Kita berada di sebuat mote
“Kamu benar-benar menghabiskannya,” ucap Orlando ketika keluar dari kamar mandi. Dia melihat ke arah piring di atas meja kecil, dan potongan roti croissant di sana sudah lenyap.“Bukankah aku memintamu mandi dalam lima menit?” tanya Kaliya. “Aku tidak pernah bercanda dengan perkataanku, Orlando.”“Oh, ya. Terserah. Aku bisa memesan makanan lain di jalanan.”“Bagus. Karena kamu akan memakan kotoran di dalam tong sampah,” seloroh Kaliya sembari melemparkan pakaian baru ke arah Orlando. Dengan sigap, lelaki itu pun menangkapnya.“Perkataanmu pedas sekali, Kaliya,” cibir Orlando, kemudian membentangkan pakaian tersebut. Detik berikutnya, mata lelaki itu langsung berbinar. “Wow! Ini adalah baju dengan brand mahal! Dari mana kamu bisa mendapatkannya?”Lelaki itu segera mengecek tag harga dan matanya langsung melebar.“Lima puluh juta? Untuk ukuran sebuah atas