Home / Thriller / Cinta di Balik Palu Hukum / Bab 9: Jejak dalam Bayangan

Share

Bab 9: Jejak dalam Bayangan

Author: Sania Larisa
last update Last Updated: 2025-09-11 09:03:09

Raisa berlari kecil keluar dari ruang sidang, jantungnya berdentum lebih cepat dari biasanya. Pesan terakhir dari Rangga masih terpampang jelas di layar ponselnya.

> “Mereka… sudah dapat aku.”

Tangannya bergetar. Nafasnya terengah. Dunia seakan runtuh. Rangga, saksi kunci yang bisa membongkar semua permainan kotor Dimas, kini hilang begitu saja.

“Raisa!” suara tegas memanggil dari belakang. Revan menyusul, dengan wajah tegang. “Ada apa? Kau pucat sekali.”

Raisa menelan ludah, mencoba menahan gemetar. “Rangga… dia diculik. Pesan terakhirnya barusan masuk. Mereka sudah tahu dia masih hidup.”

Revan mengumpat pelan. “Sial. Berarti Dimas sudah bergerak lebih cepat dari dugaan kita.”

Tanpa berpikir panjang, Raisa menunjukkan ponselnya. Revan melihat layar yang retak, lalu menatap Raisa dalam. “Kita tidak punya waktu. Kalau Rangga hilang, bukti-bukti akan lenyap. Dan kamu… akan jadi target berikutnya.”

Raisa menggigit bibir. “Aku tidak bisa diam saja. Kita harus cari dia.”

Revan menghela nap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 110 — Serangan Pertama

    Langit malam terlihat seperti beludru hitam tanpa bintang.Rumah itu sunyi, tapi bukan sunyi yang menenangkan.Lebih seperti keheningan yang menahan napas…menunggu sesuatu pecah.Raisa bergetar dalam pelukan Revan, sementara pesan terakhir di ponselnya masih terpampang jelas:“Pilih siapa yang akan menjadi korban pertama, Raisa.”Revan meremas rahangnya, marah dan takut bercampur jadi satu.“Ini permainan apa…?” gumamnya.Risyad, yang sejak tadi memandang paket bermelati kering itu, akhirnya bersuara.“Kita tidak boleh buka kotak itu. Itu jelas bom. Atau… trigger.”Raisa mengusap air matanya, mencoba berdiri. “Kita harus pergi dari sini. Sekarang.”Revan mengangguk cepat, tapi sebelum mereka sempat bergerak, ponsel Raisa kembali bergetar.TRING.Pesan masuk.Revan langsung meraihnya terlebih dulu.Ekspresi wajahnya berubah drastis menjadi ngeri.Raisa panik. “Apa? Apa itu?!”Revan menunjukkan layar.Foto.Seseorang diikat.Mulutnya ditutup lakban.Matanya terbuka lebar ketakutan.Itu

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 109 — Bayangan Pertama yang Menuntut Nyawa

    Raisa mematung menatap catatan itu—huruf tegas, rapi, dan dingin yang ia kenal betul meski sudah bertahun-tahun tak melihatnya.Nama itu saja sudah cukup membuat tengkuknya merinding.Astra.Revan menatap Raisa dengan campuran marah dan bingung. “Sayang… siapa dia sebenarnya? Kenapa dia sampai memata-matai kita sampai sejauh ini?”Raisa tak langsung menjawab. Tenggorokannya mengering. Kilasan masa lalu berkelebat seperti kilat yang menyambar tiba-tiba: ruangan bawah tanah, monitor gelap, arsip lama, dan adrenalin penyelidikan Meridian Gate.Astra Danendra.Sosok yang selalu bekerja di balik layar.Sosok yang bahkan aparat hukum tak berani sebut namanya secara terbuka.Sosok yang Raisa kira sudah menghilang di balik kehancuran unit bayangan itu.Revan meraih bahunya. “Ra? Kamu dengar aku?”Raisa menarik napas panjang, namun suaranya masih bergetar.“Dia… orang paling berbahaya yang pernah aku hadapi. Seseorang yang tahu bagaimana sistem bekerja… karena dialah yang membentuk kebanyakan

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 108 — Jejak di Pintu Gelap

    Raisa masih menatap foto pintu rumahnya dengan tangan gemetar. Kata-kata Nadira di catatan itu terus berputar di kepalanya, seperti mantra yang menekan napasnya.“Waktumu tinggal sedikit.”Dulu, tulisan itu berarti dukungan. Dorongan.Sekarang… ancaman.Revan memeluk bahunya, namun Raisa bukannya merasa aman — justru semakin sadar bahwa ia baru saja menyeret suaminya ke pusaran masa lalu yang belum sepenuhnya ia ceritakan.“Ra, kita harus jalan,” ucap Revan tenang tapi tegas.Risyad sudah menarik jaket kulitnya, memasukkan beberapa peralatan kecil ke tas hitamnya. “Kita butuh dua mobil. Kita tidak tahu apakah mereka mengawasi pintu keluar gedung ini.”Raisa mengangguk, namun pikirannya berputar—tentang Nadira, tentang Ronaldo, tentang pesan itu, tentang pintu depan rumah yang terbuka.Kenapa Nadira? Kenapa sekarang? Kenapa dengan cara ini…?Ia menahan isak yang hampir lolos dari tenggorokan.— Di Mobil, Perjalanan PulangMalam itu gelap, lebih gelap daripada biasanya. Awan tebal menut

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 107 — Pengkhianatan yang Tidak Pernah Dibayangkan

    Raisa menatap nama Nadira Putri di layar tablet itu seperti menatap bayangan masa lalu yang kembali dari kubur.Ruang rapat kecil itu terasa mengecil. Napasnya memburu, dada mengetat, dan sensasi dingin menjalari tulang belakangnya. Nadira bukan sembarang kenalan. Bukan rekan biasa.Dia pernah menjadi seseorang yang Raisa percaya… sepenuhnya.Seseorang yang dulu ia ceritakan rahasia pribadi. Seseorang yang dulu berjuang bersamanya saat membongkar sistem keadilan busuk di era Meridian Gate.Seseorang yang hilang setelah runtuhnya kasus itu tanpa sepatah kata.Revan dan Risyad menunggu jawaban Raisa. Namun Raisa tak langsung mampu bicara.“Ra,” Revan akhirnya memanggil lembut, namun penuh kekhawatiran. “Nadira… dia siapa bagimu sebenarnya?”Raisa menelan ludah.“…Dia dulu sahabatku,” suaranya pelan, hampir seperti bisikan.“Kami bekerja sama selama investigasi Meridian Gate. Dia pendamping analisis data. Sangat cerdas. Kita semua pikir dia korban sistem yang sama.”Revan mendekatinya. “

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 106 — Jejak yang Mengarah ke Masa Lalu

    Hujan turun tipis di luar jendela, menyapu kota dengan kabut abu-abu. Malam itu, Raisa, Revan, dan Risyad duduk di sebuah ruang kerja kecil di kantor Risyad—ruang yang hanya dipercayakan untuk kasus-kasus sensitif. Lampu redup, papan investigasi telah mereka bawa ke sana, dan semua dokumen bertebaran di atas meja.Tak ada siapa pun yang tahu rapat itu berlangsung, bahkan rekan terdekat Risyad.Ini operasi diam-diam pertama mereka.“Baik,” Risyad membuka pembicaraan sambil meletakkan tablet. “Kita punya tiga target utama: Saskia, laki-laki ‘07’, dan… kemungkinan sosok ketiga yang menarik tali dari belakang.”Raisa mengangguk tegang. “Kita mulai dari yang paling mudah dilacak: identitas laki-laki itu.”Revan mencondongkan badan. “Kamu bilang tadi kamu punya cara?”Risyad mengangguk. “Aku berhasil memperjelas frame videonya. Tatonya bukan hanya angka ‘07’.”Ia menyentuh layar.Gambar diperbesar.Perlahan, bentuk itu semakin tampak jelas.Di bawah angka 07, ada simbol kecil—hampir seperti

  • Cinta di Balik Palu Hukum   Bab 105 — Musuh yang Tidak Terlihat

    Setelah video terakhir di flashdisk merah itu berhenti, ruangan seolah kehilangan udara. Tidak ada yang berbicara selama hampir satu menit. Hanya napas Raisa yang terdengar cepat, tersengal. Revan akhirnya menutup laptop perlahan, seolah menutup pintu menuju dunia gelap yang bahkan tidak pernah mereka bayangkan.“Ra…” suara Revan terdengar serak, “kita harus tetap tenang. Ada bukti besar di sini. Ini bisa jadi kartu truf.”Raisa menggeleng. “Kita bukan sedang berurusan dengan Saskia saja, Van. Ada orang lain dalam video itu—dan dia lebih… terlatih.”Revan mengerutkan kening. “Kamu merasa dia… apa? Profesional?”“Bukan hanya profesional.” Raisa menatap Revan lurus-lurus. “Gerakannya. Cara dia menghindari kamera. Caranya memegang koper. Itu bukan orang biasa. Itu orang yang tahu bahwa dia sedang direkam… dan sengaja tidak menunjukkan identitas.”Revan diam.Dan itu membuat Raisa semakin takut.Karena kalau Revan—seorang mantan korban fitnah kasus publik dan pria yang selalu mencoba rasi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status