Apa yang akan Aditama lakuan yaa ...? Kawal terus couple ini yah, jangan jahat-jahat napa sama anakku satu ini ~_~ support akuh terus yah biar semangat up-nya. Terima kasih dukungannya akak semuaaa ... yang sudah sudi berbagi GEM untuk couple ini. Yang belum kasih, waktu dan tempat dipersilakan huahaha ... Sayang banyak-banyak ... ketemu di ujung ya
“Sudah dua tahun kalian menikah, atau mungkin lebih. Kalian ini seperti nggak serius,” kesal Rindu, melalui sambungan telepon—berbicara dengan Aditama. “Kinara stres karena pekerjaan, kamu juga sama, belum lagi harus LDM. Mama sampai kehabisan kata-kata,” lanjut Rindu, suaranya sarat dengan kekecewaan.Sementara di tempat lain, di waktu bersamaan. Suara mesin mobil berhenti perlahan di halaman kediaman Rindu. Kinara memarkirkan mobilnya, lalu mematikan mesin. Ia menatap sekilas ke kaca spion, merapikan helai rambut yang terlepas dari cepol rapi di belakang kepalanya. Di bangku penumpang, tergeletak tiga rantang besar berisi masakan yang ia buat sendiri pagi tadi.Ia mendengar kabar bahwa Papa mertuanya, Tama, baru saja pulang dari Jepang. Kinara ingin menyapa keduanya.Begitu Kinara menutup pintu mobil dan melangkah ke teras rumah, pintu depan terbuka. Seorang ART menyambutnya dengan senyum ramah."Selamat datang, Non Kinara. Wah, bawa banyak sekali!" sapanya sambil melirik rantang-ra
Sebulan sudah sejak kepulangan Kinara dari libur panjangnya. Gelar pendidikan yang Kinara dapatkan tidak sesuai memang dengan pekerjaannya saat ini, tapi semangatnya dalam berkarya tidak pernah surut. Beberapa kali ia mendapat tawaran kerja sama dari sejumlah brand di Malaysia, tapi kesibukannya sebagai direktur kerap kali menyita banyak waktunya.Kinara mengembuskan napas panjang saat melihat bercak merah di balik pakaian dalamnya—tanda pasti bahwa harapan untuk menghadirkan cucu bagi mama dan papa-nya kembali harus ditunda. Lagi-lagi, ia gagal memenuhi penantian mereka akan kehadiran darah baru dalam keluarga.Yang paling tidak sabaran tentu saja Rindu, sang ibu, yang tiap kali menelepon Nayla selalu dengan antusias bertanya, ‘Bagaimana Kinara, sudah ada petanda baik, Nak?’ Suara beliau selalu riang, penuh semangat, seolah tak menyadari bahwa pertanyaan-pertanyaan itu perlahan menjadi beban bagi Kinara.“Pagi, Bu,” sapa Wisnu saat melihat Kinara memasuki kantor. Namun karena pikirann
Senyum merekah di wajah Kinara saat melihat foto yang dikirim Nana. Dalam gambar pertama, Fani tampak memeluk sebuah paperbag berisi oleh-oleh yang dia hadiah untuk adik tercintanya. Pada foto berikutnya, Fani memegang sebuah buku bersampul kain linen abu-abu dengan bordiran bunga kecil di sudut kanan bawah. Buku itu yang paling spesial memang Kinara pilihkan khusus untuk Fani.‘Oleh-olehnya sudah diterima, Bu,’ tulis Nana dalam pesan singkat. ‘Saya juga punya sesuatu untuk Bu Kinara,’ lanjutnya.Alis Kinara terangkat, keningnya berkerut pelan. Rasa penasaran yang bergejolak dan antusias menanti kedatangan asistennya.Namun alih-alih menunggu dengan perasaan tidak menentu, Kinara memutuskan kembali menyibukkan diri kembali dengan pekerjaannya.Selama masa kepemimpinan Kinara, perusahaan memang tidak sejaya saat masih dipimpin sang ayah. Namun, setidaknya kini kondisinya stabil—jauh lebih baik dibanding masa-masa terpuruk setelah kepergian almarhum ayahnya.Semua itu tidak lepas dari du
Lagi, untuk kedua kalinya Zoe mendekat dan mengecup bibir Aditama. Pria itu hanya diam, terpaku. Tak ada reaksi, tak pula menolak.Detik berikutnya Kinara tersentak bangun dari tidurnya. Matanya membulat sempurna, napasnya tersengal.“Hah? Astaga … mimpi apa itu?” gumamnya seorang diri, masih berusaha mengatur napas. “Hih … mimpi horor. Tapi … beneran cuma mimpi, kan?”Dengan cepat, Kinara meraih ponselnya di atas nakas sisi tempat tidur. Layarnya menyala, menunjukkan waktu pukul empat pagi lewat sedikit. Tangan Kinara berhenti saat matanya menangkap pesan dari Aditama.Pesan itu dikirim pukul sepuluh lewat dua puluh menit malam tadi.‘Sudah sampai di apartemen, Sayang. Maaf tadi buru-buru mengakhiri teleponnya karna Mas sedang bersama asisten Darius. Mas tunggu kabar darimu besok, Sayang. Have a nice sleep,’ tulis Aditama.Kinara terdiam sejenak. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, bernapas lega. Perjalanan dari Sentosa Island ke apartemen baru Aditama memang hanya mem
“Masss …,” rajuk Kinara dengan nada manja. “Kamu di mana? Baru aktif, masa? Katanya suruh kabari kalau sudah sampai Jakarta. Gimana sih!”Ia terbangun karena dering ponsel yang tiba-tiba menggema di kamar. Perasaan baru terpejam, tapi rambutnya sudah acak-acakan.Meski kantuk melanda, dengan mata yang masih setengah terpejam—namun begitu melihat nama Aditama di layar, senyum langsung terbit di wajahnya.“Maaf, Sayang. Mas lagi di hotel daerah Sentosa. Ingat nggak? Tempat pertama kali kita ketemu,” jawab Aditama, suaranya rendah dan terdengar sedikit lelah. Namun, ada pula nada antusias.“Eh, malam-malam di hotel? Iya aku ingat, tapi ngapain di hotel sana?” tanya Kinara, penasaran.Aditama menjelaskan pada sang istri bahwa ponselnya sempat mati karena kehabisan daya dan baru sempat mengisi ulang. Malam ini, katanya, dia makan malam dengan klien, bersama Darius dan Zoe.“Hih, udah dibilang jangan dekat-dekat Zoe-Zoe itu,” gerutu Kinara, menegakkan duduknya—menyandarkan tubuhnya ke kepala
Pesawat yang ditumpangi Kinara baru saja mendarat di Bandara Soekarno-Hatta malam itu. Perjalanan dari Singapura cukup nyaman, tapi pikirannya dipenuhi bayangan Aditama sejak tadi.Segera setelah masuk ke area bandara, ia menyalakan ponselnya. Beberapa notifikasi masuk, tetapi tidak ada satu pun dari Aditama. Dengan cepat dia mengetik pesan untuk suaminya.‘Mas, aku udah landing,’ tulisnya.Kinara mengerutkan keningnya karena tak ada centang biru.‘Habis dayakah?’ gumamnya pelan.Lama Kinara menatap layar ponselnya, akhirnya dia memasukkannya ke dalam tas—melanjutkan langkahnya.Di pintu kedatangan, Nana sudah menunggunya—melambaikan tangan. Kinara tersenyum dan mempercepat langkahnya menghampiri asistennya itu.“Duh, yang habis bulan madu aura langsung keluar,” goda Nana.“Aura apa, sih? Yang ada aur-auran. Saya lelah sekali, Na,” ujar Kinara.Nana langsung meraih koper dari tangan Kinara.“Kita langsung ke hotel saja, ya, Bu. Makan malam di sana,” ujar Nana sambil berjalan ke arah pa