Chapter: 142. Suami Dokter Serayu“Semuanya sudah, Sayang?” tanya Abra pada Serayu yang sedang memoles wajahnya tipis-tipis di depan meja rias. Lelaki itu mendekat, mengecup puncak kepala sang istri penuh sayang.“Sudah, dong.” Serayu tersenyum menatap Abra melalui pantulan cermin.Hari kelulusan Serayu berlalu tanpa banyak drama, berakhir penuh rasa lega. Serayu telah dinyatakan lulus. Gelar dokter kini resmi tersemat di namanya, meski ia tahu kalau perjuangannya belum benar-benar berakhir.Beberapa hari lalu, wisuda berlangsung berkesan. Jay dan Vera turut hadir menyampaikan selamat dan turut mendoakan hal baik. Ada kebanggaan yang terselip hari itu dan tidak akan Serayu lupakan.Hari ini, giliran mereka memberi jeda pada kesibukan. Suami istri itu akan berlibur, lebih tepatnya honeymoon yang lama tertunda.“Jangan cantik-cantik,” ujar Abra sedikit menunduk, memeluk Serayu dari belakang. “Cantiknya cukup saat berdua dengan saya saja.” Serayu tertawa geli mendengar kalimat itu keluar dari mulut suaminya sepagi ini. “K
Last Updated: 2025-12-23
Chapter: 141. Sama Berani“Cemburu?” tanya Serayu, mencolek dagu Abra. “Pikiran saya bilang tidak,” jawab Abra pelan, “tapi hati saya bilang iya.” Serayu tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya pada lengan besar Abra. Di dalam mobil yang sunyi, terdengar helaan napas dalam. Tangan Abra terangkat, jemarinya menarik pelan dagu Serayu, seolah memainkannya. “Harusnya hatinya seyakin itu,” ujar Serayu lembut, “karena saya nggak mungkin berpaling.” Abra terdiam sesaat. Mobil tiba-tiba menepi, membuat Serayu mengernyit bingung. “Mas, kenapa?” Baru saja ia hendak menegakkan duduknya, Abra menarik Serayu ke arahnya. Sebuah ciuman panas datang tiba-tiba, seolah lama tertahan akhirnya dilepaskan di bibir rasa cherry itu. Wanita itu sendiri sempat terpaku oleh tindakan tiba-tiba suaminya itu. Ia mendorong tubuh Abra hingga kecupan itu terlepas. “Mas, tiba-tiba sekali,” keluhnya.Mobil terparkir di sisi jalan yang lengang. Lampu-lampu kota memantul di kaca depan, menciptakan bayang-bayang samar di wajah mereka. Seray
Last Updated: 2025-12-21
Chapter: 140. JengahSerayu dan Sedanu kompak menoleh ke arah sumber suara. Wanita yang menyapa itu sedikit menunduk, pandangannya jatuh pada Serayu.“Amalia?” Serayu terkejut.Amalia sempat berteriak kecil karena Serayu mengingatnya, lalu buru-buru mengecilkan kembali suaranya. Dari kejauhan, Abra menoleh sekilas sebelum berpamitan pada lawan bicaranya. Ia melangkah mendekat ke meja tempat dua wanita itu kini sudah saling berpelukan.“Kalian saling mengenal?” tanya Sedanu, terdengar oleh Abra. Keduanya kompak mengangguk.“Mas,” sapa Amalia yang baru saja menyalami Sedanu—pada Abra yang kini berdiri di sisi istrinya.Pandangan Amalia kembali jatuh pada Serayu, ia tersenyum menatap Serayu dan Abra bergantian. “Sini, duduk sini,” ajak Serayu sambil menarik kursi di sampingnya.Amalia tak juga memalingkan wajahnya, terus menatap Serayu dan Abra tanpa berkedip. Karena merasa diperhatikan terlalu lama, Serayu akhirnya mengulurkan tangan dari kejauhan, menutup pandangan Amalia ke arah mereka berdua dengan sebela
Last Updated: 2025-12-19
Chapter: 139. Sudah MaksimalAbra langsung menatap jengah lelaki yang melangkah girang mencari kursi kosong usai menyapa para tetua. Tanpa banyak pikir, ia menarik kursi di sebelahnya lebih dulu—sebagai isyarat jelas agar Sedanu tidak duduk di sisi istrinya. Beberapa pasang mata mengikuti gerak Sedanu. Ya, yang datang memang dokter Sedanu.“Mas, lama tidak bertemu,” sapa Sedanu santai, mengulurkan tangan untuk menyalami Abra dengan gaya khas lelaki dan Abra menyambutnya. Setelah itu, pandangannya jatuh pada Serayu.“Twin,” sapanya terang-terangan, tepat di hadapan suami Serayu.Saat Sedanu hendak mengulurkan tangan, Abra lebih dulu menyodorkan gelas minuman ke tangannya—refleks Sedanu menerimanya—menoleh bingung.“Bagaimana kabarmu?” tanya Abra, mengalihkan perhatian.Serayu tentu paham situasi itu. Ia menahan senyum sekuat hati, tahu betul suaminya tak mengizinkannya menjabat tangan Sedanu.“Aku baik, Mas. Mas dan Serayu bagaimana kabarnya?” tanya Sedanu, bergantian menatap keduanya.Tangan Abra terulur, meraih t
Last Updated: 2025-12-18
Chapter: 138. Malam TerbaikMalam itu, Abra dan Serayu datang dengan busana senada. Abra mengenakan kemeja hitam, lengan digulung sedikit, memperlihatkan tangan kekarnya. Serayu melangkah di sisinya dengan dress hitam yang jatuh anggun, tidak berlebihan, justru memancarkan aura cantik luar biasa. Keduanya tampak serasi, seolah keselarasan itu lahir dengan sendirinya. Beberapa pasang mata menoleh, menyambut kedatangan suami istri itu. Keduanya menarik perhatian keluarga yang telah lebih dulu berkumpul. Serayu menyadari itu, namun memilih menggenggam tangan suaminya lebih erat. Jangan tanyakan bagaimana jantungnya saat ini, detaknya tak karuan. Pandangan Serayu menyapu ruangan hingga berhenti pada sosok Jay Wijaya dan Vera. Ini pertemuan mereka lagi setelah peristiwa itu–saat Riani baru saja dibawa ke rumah sakit karena depresi. Ada jarak yang terasa tebal, bukan karena permusuhan, melainkan karena luka yang belum sepenuhnya sembuh. Namun malam ini, jarak itu tampak menepis. Abra melangkah lebih dulu, menyalami
Last Updated: 2025-12-17
Chapter: 137. Sama NakalnyaMalam itu, Abra memutuskan untuk tetap mengajak Serayu menghadiri acara keluarga. Katanya, sejak awal pernikahan, ia memang selalu membawa Serayu ke setiap pertemuan. Rasanya tidak ada alasan untuk tidak mengajak sang istri. Jika dulu semuanya terasa seperti sandiwara, kini mereka hadir apa adanya ‘suami istri’. Namun, dipikir-pikir rasanya tak banyak yang berubah. Abra yang dulu dan sekarang tetap sama penuh perhatian. Hanya saja, dulu ucapannya sering terasa pedas, kini justru manis—terlalu manis, bahkan.Beberapa hari terakhir Serayu tak lagi memiliki jadwal koas. Sekarang urusannya tidak lagi ke rumah sakit tapi kampus. Seperti sore ini, ia baru saja selesai urusan akademik lalu mampir ke butik yang telah Abra arahkan sebelumnya.“Sudah di butik ini, Mas,” kata Serayu melalui sambungan telepon. “Mas lagi nggak sibuk?”“Saya mau meeting dengan kepala dokter rumah sakit,” jawab Abra.“Kalau begitu lanjut saja, Mas. Saya baru mau fitting baju.”“Sayang, cari pakaiannya yang tertutup y
Last Updated: 2025-12-16
Chapter: Extra Part #6“Kamu masih di rumah Abi, Sayang?” tanya Aditama lewat sambungan telepon.Beberapa hari terakhir ia berada di Singapura untuk menghadiri rapat umum pemegang saham. Meski sudah pensiun dan menyerahkan perusahaan pada ketiga putranya, Aditama tetap setia menemani urusan besar yang membutuhkan kehadirannya. Namun, di balik semua itu, ia lebih menikmati masa tuanya berdua bersama sang istri.“Masih, aku mau extend, deh. Dua hari lagi,” jawab Kinara santai.“Mas pulang besok, lho. Kamu malah nambah hari nginap di sana? Mas sendirian dong di rumah?” nada suaranya terdengar seperti rajuk manja.Kinara tersenyum mendengar itu. “Tapi kan aku tetap pulang, Mas. Aku masih kangen sama cucuku.”“Suamimu ini lho juga kangen banget sama kamu.” Kinara terkekeh geli mendengar pengakuan jujur itu.“Boleh ya, Mas? Dua hari aja…,” pintanya lembut. Mana mungkin Aditama bisa menolak. Apa yang tidak bisa ia usahakan untuk istrinya? Mau tidak mau, ia hanya bisa mengalah, meski dalam hati sebenarnya tak rela.
Last Updated: 2025-09-07
Chapter: Extra Part #5“Kamu itu anak yang paling susah keluarnya. Selama hamil kamu, Mama sampai harus bed rest,” keluh Kinara saat menelepon si bungsu yang kini sibuk berkelana di negeri orang.“Bed rest di Bintan, maksud Mama?” sahut Dion santai dari seberang.Kinara melirik sekilas ke arah Aditama yang duduk santai membaca koran. Sang suami hanya tersenyum tipis, ikut mendengarkan percakapan itu.“Pokoknya kamu itu anak yang paling bikin Mama susah,” lanjut Kinara, meski kenyataannya justru berbanding terbalik. Kehamilan Dion adalah yang paling ringan, ia bisa bepergian lintas udara hingga menyeberang lautan tanpa keluhan berarti.“Tapi paling disayang ‘kan?” goda Dion.“Pulanglah, Nak,” lanjut Kinara akhirnya melemah. “Mama kangen banget sama Dion. Tolonglah bantu Mas Nadeo sama Mas Abi. Papa kamu sudah tidak sanggup lagi menanggung semuanya di perusahaan,” ujarnya dengan nada manja sekaligus serius.“Ujung-ujungnya disuruh kerja rodi. Jadi sebenarnya Mama kangen anaknya atau butuh tenaga kerja?” balas
Last Updated: 2025-09-06
Chapter: Extra Part #4Pagi pertama di villa terdengar suara burung laut dan sinar matahari menembus tirai besar membangunkan Kinara lebih dulu. Ia duduk di teras sambil mengelus perutnya yang mulai membuncit. Sesekali menoleh melihat suami dan anaknya masih terlelap. Di hadapannya, laut biru membentang luas, ombak kecil berkejaran pelan membuatnya bersemangat hingga beranjak berdiri di sisi pagar balkon. Tak lama kemudian, Nadeo berlari keluar dengan piyamanya, langsung menghambur ke pelukan ibunya.“Bunda, sudah bangun? Lagi lihat laut ya? Mas senang sekali di sini,” gumamnya. “Tidurnya nyenyak.”“Oh, ya? Enak tidurnya?” Nadeo mengangguk setuju. Ia mendekat ke arah perut Kinara berbisik, “Adik suka juga nggak di sini? Sayang sekali tidak bisa main air dan pasir. Mas semalam main pasir pantai dengan Abi,” katanya menceritakan keseruan versinya. Kinara terkekeh, mencium rambut putranya.Ia tersentak saat merasakan pelukan dari belakang. Aditama muncul membenamkan wajahnya di ceruk leher sang istri. “Selama
Last Updated: 2025-09-05
Chapter: Extra Part #3Kehamilan kali ini benar-benar terasa berbeda bagi Kinara. Tidak ada drama seperti dua kehamilan sebelumnya. Justru ia merasa jauh lebih rileks, tenang, dan dimanja oleh Aditama. Setiap hari berjalan dengan penuh cinta, seakan waktu tak ingin berlari terlalu cepat. Karena itulah, sore itu saat mereka duduk di ruang tengah, Kinara tiba-tiba mengutarakan keinginannya. “Mas, aku ingin babymoon,” ujarnya sembari mengusap lembut perutnya yang mulai membuncit. Aditama menoleh dengan senyum geli. “Babymoon atau honeymoon?” tanyanya menggoda. “Mas …,” rajuknya manja. “Mau ke mana, Sayang?” Kinara tersenyum penuh arti. “Ke Bintan, yuk!” Sejenak Aditama terdiam, menatap istrinya yang tampak begitu serius. “Berdua saja?” tanya Aditama menggoda. Kinara langsung menggeleng tegas. “Nggak, dong. Aku nggak tega meninggalkan Nadeo dan Abi. Mereka bagian dari kita, masa ditinggal. Babymoon hanya istilah, aslinya pengen liburan di pantai.” Aditama menghela napas, tidak bisa menolak.
Last Updated: 2025-09-03
Chapter: Extra Part #2“Kamu menerima kehamilan ini, Mas?” tanya Kinara pelan, sorot matanya ragu.“Kenapa nanya begitu?” Aditama mengernyit. “Jelas Mas terima, itu anak Mas.”“Tapi… Abi masih kecil banget, baru satu tahun lebih. Kayak… kebobolan gitu.”Aditama terkekeh kecil, menggeleng. “Nggak ada istilah kebobolan, Ra. Kita melakukannya dengan sadar dan sama-sama mau. Kamu ini lucu, punya suami malah takut hamil.”Kinara menunduk, pipinya bersemu. Namun Aditama segera meraih jemarinya, menggenggam hangat.“Mas tahu, mengandung, melahirkan, sampai menyusui itu bukan hal mudah. Karena itu, Mas janji bakal bikin kamu senyaman mungkin. Kamu nggak sendirian, Sayang. Suruh saja Nadeo kalau kamu butuh apa-apa,” kekehnya saat melihat mata sang istri membulat dan mulutnya sedikit terbuka ingin melayangkan protes. “Atau Abi,” lanjutnya sedikit memutar tubuh mungil di pangkuannya. “Jagain Mama, ya! Jangan maunya nyusu aja kerjanya. Papa udah banyak ngalah sama Abi—”“Heh … heh …! Ngomong apa sih,” protes Kinara menu
Last Updated: 2025-09-02
Chapter: Extra Part #1Empat tahun berlalu sejak perjalanan panjang Kinara dan Aditama sebagai orang tua. Waktu telah menjadikan mereka lebih dewasa, lebih utuh, dan semakin menyadari betapa berharga kebersamaan yang kini mereka miliki.Kinara memutuskan untuk tidak lagi fokus mendesain. Waktunya kini telah sepenuhnya ia abdikan untuk kedua putranya—Nadeo, si sulung yang beranjak semakin pintar dan penuh rasa ingin tahu, serta si kecil Abinza Deo Aditama yang hari ini genap berusia satu tahun. Baginya, menjadi seorang ibu sepenuhnya bukan berarti meninggalkan impian, melainkan menggantinya dengan kebahagiaan yang lebih nyata.Pokoknya Kinara adalah wanita paling cantik seisi rumah, memiliki tiga bodyguard—suami tampan dan dua anak lelakinya yang tak kalah tampan. Pesona alaminya tak pernah luntur meski sudah menjadi ibu dua anak.Fany, sang adik, kini telah menempuh sekolah khusus desain di luar negeri dan tinggal di asrama atas permintaannya sendiri. Meski begitu, rumah mereka tak pernah terasa sepi. Justru
Last Updated: 2025-09-01