Share

Kancing Baju yang Lepas.

Langsung saja Alam keget mendengar teriakkan dari Almaira. 

Alam membungkam kedua telinganya sambil menoleh kearah Almaira. 

"Bisa tidak kamu masuk ke dalam kamar tidak berteriak?!" kata Alam sambil mengorek-ngorek kedua telinganya yang terasa melengking karena mendengar teriakkan dari Almaira. 

Almaira tidak menjawab pertanyaan dari Alam, ia langsung melepar bantal tepat ke muka Alam.

"Nih ... rasain kamu!" 

Alam pun gelagapan. 

"Kamu matiin nggak leptop kamu itu?!" kata Almaira sambil berkancah pinggang.

"Memangnya kenapa? Itu kan laptop aku. Terserah dong, mau aku matiin apa nggak?!" 

 Almaira tak lagi banyak berkata ia langsung mematikan laptop milik Alam.

"Dasar otak kotor! Otak menjijikkan! Kamu sadar nggak sih apa yang sebenarnya kamu tonton itu?!" maki Almaira dengan penuh kekesalan.

"O ... itu? Itu kan film bagus," jawab Alam santai.

"Film bagus?!" ulang Almaira dengan kedua mata yang melotot. "Otak kamu bener-bener sudah korslet Alam!" 

Alam kemudian hanya diam dan ia pun berjalan mendekati Almaira. 

Tatapan mata Alam berubah menjadi tajam. Ia terus berjalan mendekati Almaira dan kemudian langsung menarik tangan Almaira sehingga Almaira pun jatuh ke pelukan Alam.

Almaira merasakan ketakutan. Karena sikap Alam tiba-tiba berubah. 

"Alam ... Apa yang ingin kamu lakukan padaku Alam?" tanya Almaira dengan penuh ketakutan.

Alam hanya diam, ia terus menatap Almaira. Almaira merasa ketakutan bahkan detak jantungnya mulai berpacu dengan kencang. 

"Almaira ..." bisik Alam lirih di telinga Almaira.

Almaira hanya bisa terdiam, ia merasa ketakutan kalau Alam sampai hilaf dan melakukan tindakan senonoh terhadap dirinya setelah selesai menonton video film dewasa.

"Almaira ... kancing bajumu terlepas," bisik Alam.

Langsung saja kedua mata Almaira melotot mendengarnya. Ia mendorong tubuh Alam sehingga Alam terjatuh di atas ranjang. 

Almaira segera berbalik dan langsung mengancingkan bajunya itu. Kebetulan ia tadi terburu-buru untuk pergi karena telpon dari Alam. Ia tidak memakai kaos seperti biasanya. 

"Pantesan tadi saat aku berada di restoran pelayanan restoran terus melihatku? Sialan!" gerutu Almaira sambil membenarkan kancing bajunya. 

"Sudahlah Almaira, nggak usah kamu kancing baju kamu, aku sudah lihat sebagai kok. Ternyata gede juga ya punya kamu? Ku kira kamu tidak punya barang sebagus itu," cibir Alam.

"Tutup mulutmu brengsek! Dasar otak kotor!" maki Almaira yang kemudian langsung pergi dari kamar Alam begitu saja.

"Almaira ... Kamu mau kemana?" tanya Alam sambil berteriak dari kamarnya. 

"Pulang," jawab Almaira yang langsung pergi begitu saja dari rumah Alam. 

Semenjak kejadian itu Almaira selalu mengingat akan hal itu. Setiap kali Alam menyuruhnya untuk pergi ke rumahnya. Almaira terlebih dahulu mengganti bajunya. Ia tidak mau kecolongan lagi. Dan ia tidak ingin ada cowok yang melihat bagian tubuhnya yang lumayan menonjol itu. Maka dari itu ia lebih suka dan lebih nyaman memakai kaos dan celana jeans agar tidak terlihat lekukan tubuhnya yang seksi itu.

Almaira masih duduk di bangku taman belakang cafe. Ia masih memegangi tangannya yang masih sedikit membekas dari jari tangan Alam.

"Sudah ngelamunnya?" tanya Alam yang kemudian duduk disampingnya. 

Almaira hanya diam dan menggeser tempat duduknya. 

"Aku minta maaf, bukan maksudku untuk membuat tanganmu sakit. Aku hanya mencoba untuk menyelamatkan dirimu saja," ucap Alam.

"Lupakanlah," kata Almaira singkat.

Keduanya lalu saling terdiam.

"Masuklah, selesaikan pekerjaanmu terlebih dahulu, setelah ini kamu harus ikut denganku, Almaira," perintah Alam pada Almaira. 

"Kemana?" tanya Almaira sambil mengernyitkan dahinya. 

"Kamu ikut aku memilihkan kado buat Yunita," jawab Alam.

"Nggak, aku nggak mau!" tolak Almaira dengan nada jutek.

"Oke, kalau begitu gaji kamu kupotong," ancam Alam sambil melirik kearah Almaira. 

Almaira mendorong tubuh Alam yang duduk disampingnya. 

"Bisa tidak kamu tidak mengancam ku?!" 

Alam tersenyum pada Almaira. "Maaf, Almaira. Itu adalah jalan satu-satunya agar kamu bisa menurut kepadaku."

"Menjengkelkan!" gerutu Almaira.

Alam terkekeh mendengar apa yang Almaira katakan. 

Alam pun menghentikan tawanya saat Alam melihat wajah Almaira semakin cemberut. 

"Kamu kenapa sih, Almaira? Setiap kali aku meminta kamu untuk menemaniku membelikan jadi buat Yunita, kamu mesti cemberut dan bilangnya nggak mau. Apa kamu cemburu Almaira?" 

Almaira mengernyitkan dahinya dan mencoba untuk menutupi perasaan sebenarnya. 

"Sok tahu!" 

"Abisnya kamu pasti ngomel dan marah setiap aku mengajak kamu untuk memilihkan kado buat Yunita." 

Almaira menyunggingkan senyuman di sudut bibirnya. 

"Cobalah untuk mengerti perasaanku Alam, agar kamu tahu mengenai isi hatiku. Tapi, sayangnya kamu tidak pernah peka terhadapku." 

"Apa maksudnya Almaira?" tanya Alam yang tidak mengerti mengenai apa yang Almaira katakan.

Almaira langsung menjitak kepala Alam.

"Aaa ... sakit tahu!" katanya sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit akibat dijitak oleh Almaira. 

Almaira terkekeh melihatnya. 

"Dasar tidak peka kamu." 

"Tapi apa maksudmu, Almaira? Kamu suka ya sama aku?" 

"Sudahlah, aku tidak ingin membahasnya. Lagi pula aku tidak ingin bersaing dengan Yunita. Tentu saja aku akan kalah menghadapi dirinya. Yunita jauh lebih cantik daripada aku," kata Almaira yang kemudian langsung pergi meninggalkan Alam. yang masih duduk di bangku itu. 

"Dasar cewek aneh," gerutu Alam yang kemudian mengikuti Almaira masuk kedalam cafe. 

Almaira masuk ke dalam cafe. Ia pun berdiri disebelah Sofi yang sibuk menata gelas untuk dibawa ke tempat Yoga. Seorang peracik kopi handal dari cafe milik Alam ini. 

"Tangan kamu kenapa Almaira?" tanya Sofi sambil melihat kepergelang tangan Almaira yang sedikit memerah karena bekas dari tangan Alam. 

"Nggak apa-apa kok, Sofi." 

"Apa yang dilakukan bos ke kamu? Aku yakin, itu pasti bekas tangannya bos, 'kan?" 

"Sok tahu kamu, Sofi," jawab Almaira sambil memiringkan bibinya ke kiri. 

Sofi tersenyum pada Almaira. 

"Sudahlah, Almaira. Kamu jangan tutupi persaan kamu itu. 'Kan kamu bisa langsung terus terang sama si bos. Kenapa kamu masih tutupi, Almaira?" 

Almaira menaruh jari telunjuknya di bibirnya sendiri menyuruh Sofi untuk diam. 

"Jangan keras-keras," bisik Almaira. 

Sofi langsung menutup mulutnya sendiri dengan tangannya. 

"Maaf, Almaira," ucap Sofi. 

"Aku menyuruhmu untuk diam agar kamu tidak membahas itu lagi. Aku tidak ingi. Alam mengetahui perasaanku yang sebenarnya. Karena aku tidak mungkin harus bersaing dengan pacar Alam yang seorang model top papan atas. Dan lagi pula aku dibandingkan dengan Yunita tidak ada apa-apanya, Sofi. Jadi, please ... jangan membahas masalah itu lagi." 

"Oke, Almaira." 

Mereka terdiam sejenak sambil sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. 

"Oh iya, Almaira. Bukankah kamu waktu itu sempet mengetahui kalau Yunita sedang berjalan dengan pria lain. Kamu bisa bilang ke Alam yang sesungguhnya mengenai masalah itu," kata Yunita yang mengingatkan pada Almaira mengenai Yunita yang pernah berjalan dengan seorang pria dan makan di restoran sbil pegangan tangan.

Almaira sedikit terdiam. 

"Belum waktunya, Sofi. Sekarang lebih baik kamu teruskan pekerjaan kamu saja. Aku malas membahas semua ini," kata Almaira yang kemudian langsung pergi meninggalkan Sofi dan masuk ke dalam ruangan Alam.

Bersambung ....

   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status