LOGINSesuai dengan permintaan Gina tadinya, dia sekarang tengah duduk di salah satu cafe yang tak jauh dari kantor. Jangan lupakan Nara yang juga ikut serta bersama Gina. "Jadi, apa yang terjadi sampai Ibu Gina menangis seperti itu?" Nara bertanya dengan penasaran."Tapi kalau dipikir-pikir, seharusnya hubungan kalian lebih baik lagi setelah kalian mempublikasikannya kepada semua orang," jelas Nara.Gina tersenyum miris sambil menundukkan kepalanya. "Bahkan sebelum hubungan kami dipublikasikan, hubungan kami jauh dari kata harmonis. Mungkin saja kami tak pernah bisa mendapatkan gelar rumah tangga yang harmonis itu. Kurasa sampai mati pun aku tak akan bisa mendapatkan gelar itu di dalam hubunganku dengan Nick," jawab Gina sambil tersenyum tipis. Nara terdiam beberapa saat, tetapi dia kembali bersuara. "Ibu—""Panggil saja Gina. Kamu jangan terlalu sungkan padaku. Anggap saja kalau kita adalah sahabat dekat atau kurasa kita memang sudah bersahabat?" tanya Gina usai memotong ucapan Nara.
Sudah hampir seminggu Gina bersikap cuek dan juga begitu dingin pada Nick, membuat suaminya itu merasakan sesuatu yang hilang dari dirinya.Istrinya itu tak pernah lagi bertanya masalah pekerjaannya, bahkan istrinya itu lebih sering keluar dari ruangan daripada di dalam ruangan.Nick berjalan mendekati Gina, tetapi langkahnya terhenti saat wanita itu memberi kode untuk berhenti. "Lebih baik kamu mengerjakan tugasmu saja. Aku sedang tidak ingin diganggu. Aku harus membuat proposal dan cara kerja yang sangat baik untuk kerjasama kita dengan Tuan Dalton," jelas Gina tanpa sedikitpun menoleh untuk menatap suaminya.Nick mendecih, lalu kembali duduk di kursi kerjanya dan mengerjakan berkas-berkasnya yang menumpuk di atas meja. Ruangan itu terasa begitu hening. Tak ada lagi omelan Gina untuk suaminya. Tak ada lagi suara Gina yang bersenandung menyanyikan lagu yang sama. Benar-benar ruangan itu sepi dalam seminggu ini. "Kalau kau berpikir Liora datang ke dokter kandungan untuk memeriksa k
"Kau harus menepati janjimu, Nick!" Gina berbicara dengan nada seriusnya sambil mendorong sebuah map berwarna merah muda tepat di depan Nick.Nick mengerutkan keningnya sambil membuka map tersebut. Nick membulatkan matanya dengan sedikit lebar, tetapi beberapa detik berikutnya dia memperbaiki mimik wajahnya. "Bagaimana caranya kau bisa mendapatkan tanda tangan ini?" Nick bertanya dengan tak percaya. Gina tersenyum sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku sudah bilang kalau aku bisa diandalkan dibandingkan Liora. Bagiku untuk meminta tanda tangan Tuan Dalton agar dia mau kerjasama dengan perusahaan kita itu sangatlah mudah," jelas Gina.Nick menatap istrinya dengan tatapannya yang serius. "Cepat jawab! Apa yang kau lakukan sehingga Tuan Dalton menerima tawaran kerjasama perusahaan kita? Kamu baru berjanji tiga hari yang lalu, tetapi sekarang kau sudah mendorong kontrak kerjasama itu di hadapanku!" tegas Nick."Kamu pikir bekerjasama dengan perusahaan besar itu sangat mud
Tamparan keras berhasil melayang pada pipi kanan Gina, membuat wanita cantik itu langsung membulatkan mata sambil memegang pipinya yang baru saja ditampar oleh suaminya sendiri. Gina menatap sang suami dengan tatapannya yang tampak terlihat penuh protes. Dia tahu alasan mengapa suaminya melayangkan tamparan kepadanya. "Kamu berpikir bahwa aku yang salah?! Karyawan sialan itu yang salah, Nick! Dia berkata bahwa aku murahan dan merebut jabatan Liora dengan cara yang murahan!" terang Gina membela dirinya. "Lalu kau memasukkan hati ucapannya? Sejak kapan kau memasukkan hati kata-kata yang tidak berguna, Gina? Bukannya kau selalu tidak peduli dan bersikap acuh tak acuh tentang itu? Mengapa kau tiba-tiba peduli tentang itu?" Nick bertanya dengan suara rendahnya karena pria itu tengah menahan emosi. "Apakah kau tidak tahu akibat dari apa yang kamu lakukan tadi dengan karyawan itu? Kontrak bisnisku dengan salah satu perusahaan yang cukup terkenal di daerah Timur langsung dibatalkan. Kau t
"Jaga ucapanmu itu atau aku akan merobek mulutmu hingga kau tidak bisa berbicara dan makan lagi!" Gina berteriak dengan keras dan bahkan suaranya menggema di lobi kantor itu. "Berani sekali kau menamparku! Walaupun jabatanmu lebih tinggi dibandingkan aku. Aku tidak pernah membela yang namanya perempuan yang merebut pasangan perempuan lainnya!" balas karyawan kantor itu dengan tegas. Gina tersenyum meremehkan saat dia mendengarkan ucapan perempuan itu. "Kau pikir aku memiliki prinsip yang sama sepertimu? Memberikan selangkanganku dengan sukarela dan membiarkan pria ber-uang untuk menjilatnya? Terkadang orang yang menuduh itu adalah korban dari tuduhannya sendiri. Apakah kau tidak malu pada dirimu sendiri karena membicarakan dirimu walaupun itu kamu tujukan pada orang lain?" tanya Gina sambil tertawa pelan. "Berani-beraninya kamu berbicara seperti itu padaku!" marah perempuan itu. Gina menatap papan nama yang digunakan oleh perempuan itu. "Raya Asma," gumam Gina menyebut nama leng
Gina mengedipkan matanya berkali-kali saat cahaya mentari pagi mengenai wajah cantiknya. Gina meringis pelan saat dia merasakan rasa ngilu pada bagian bawahnya. Tidak terlalu ngilu, tetapi rasa ngilunya cukup mengganggu. Gina mengalihkan pandangannya. Mata perempuan itu mencari suaminya, tetapi nihil karena suaminya tak ada di sana.Gina ingat sekali kalau semalam dia habis bercinta untuk yang pertama kalinya dengan Nick. Mereka bercinta di atas meja ruang tamu, lalu karena ingin mencoba gaya Baru seperti pasangan suami istri yang sewajarnya, mereka mengakhiri bercinta mereka di atas ranjangnya. Dan Gina akui kalau malam tadi adalah kali pertama suaminya itu masuk ke dalam kamarnya."Dia di mana? Nick Di mana?" gumam Gina.Gina sebenarnya berniat untuk mencari suaminya itu, tetapi dia lemas seakan-akan seluruh tulangnya menjadi jelly lunak. Sepertinya bercinta panas semalam berhasil membuat banyak energinya berkurang sampai saat ini. Gina akui kalau pantas saja banyak yang ingin mel







