Saat ini, di sisi lain.Tamara mengirimkan lokasi restoran yang sudah dia reservasi kepada Zoya, memintanya untuk meneruskan ke kakaknya.[ Kalau Pak Zayn punya waktu, datang saja. Kalau nggak, kita bisa atur di lain waktu. ]Zoya langsung membalas.[ Dia pasti punya waktu! ]Tamara membaca pesan itu, lalu sedikit mengernyit dan berpikir sesaat sebelum bertanya lagi.[ Jangan-jangan kamu paksa dia ya? Kalau dia memang sudah punya janji, kita berdua saja yang makan besok. ]Zoya langsung membalas dengan pesan suara, seolah-olah mengetik tidak cukup cepat untuk menyalurkan keluhannya."Bukan aku yang maksa! Waktu aku bilang soal makan, dia langsung tanya makan siang atau makan malam? Jelas dia nggak punya janji lain.""Terus kamu tahu nggak, dia malah tanya aku ikut juga nggak. Aku bilang ya ikut lah. Kamu tahu dia bilang apa?""Dia bilang aku makan gratis berkali-kali! Katanya dulu aku juga makan minum gratis di rumahmu!""Memang itu kenyataannya sih. Begini saja deh, mulai minggu depan
"Sopirnya laki-laki.""Nggak perlu detail seperti itu," ujar Carlos tanpa ekspresi.Cukup bilang itu sopir pengganti. Selama bukan pria yang dikenal Tamara, itu sudah cukup.Mendengar itu, si pelapor hanya bisa menggerutu dalam hati, 'Bukankah Bapak sendiri yang punya obsesi besar terhadap target? Bahkan kalau ada nyamuk jantan pun, rasanya harus dilaporkan.'Tentu saja, dia tidak berani mengatakan itu secara langsung. Profesionalisme tetap dijaga, apalagi dia masih ingin terus bekerja sama dengan bos besar ini. Penghasilan delapan digit per hari sungguh menggiurkan.Carlos membuka file lampiran yang telah diunduh dari email. Isinya adalah foto-foto. Tamara, Jacob, dan Zoya sedang makan malam bersama di restoran.Upah yang diberikan memang tidak sedikit. Jadi, selama bukan tempat makan super elite, orang itu akan ikut masuk ke restoran untuk memotret diam-diam, kadang juga menguping isi percakapan mereka.Tak ada hal mencurigakan selain kue besar yang cukup mencolok di meja mereka. Mel
Sepanjang hari Sabtu, Carlos menghabiskan waktu untuk mengurus masalah rekaman CCTV. Dia tidak pulang ke rumah lama. Setelah pertengkaran kemarin, Arham pun tidak akan curiga kalau dia tidak kembali.Dia juga tidak keluar rumah seharian. Para pengawal berjaga di luar tanpa menemukan celah untuk mencurigainya, sehingga mereka pun mulai lengah.Rekaman CCTV dari restoran hanya bisa dikirim setelah akhir pekan. Sementara itu setelah diselidiki, rekaman di komputernya untuk hari itu telah terhapus dengan bersih, bahkan jalurnya pun ikut dihapus.Ini sangat tidak masuk akal. Jika Tamara yang menghapusnya sendiri, apa dia mampu melakukannya sedetail itu? Apa dia juga ahli dalam dunia peretasan?Carlos mengernyit, merasa ini tidak logis. Dia pernah melihat Tamara menggunakan komputer untuk menggambar. Dia juga masuk ke departemen desain saat bergabung dengan Rich Tech, tetapi antara desain biasa dan teknik meretas itu jauh berbeda. Paling-paling, Tamara hanya bisa coding dasar.Jika dia meman
Namun, malam itu Verona memang berada di ruang tamu sepanjang malam. Tindakannya ini termasuk dalam kategori menyakiti diri sendiri, jauh berbeda dengan kejadian sup pereda mabuk yang tumpah atau keseleo kaki yang tidak menimbulkan luka serius padanya.Namun, yang membuat Carlos kembali ragu adalah dia teringat pada ucapan Ihsan sepulang dari rumah sakit setelah menjenguk Tamara.Tamara mengatakan bahwa mereka berusaha mencelakainya, bahkan Carlos membawa Verona pergi dan meninggalkan Tamara yang hampir keracunan gas.Kini, kedua cerita itu saling bertentangan. Dia harus memercayai yang mana?Lebih baik melihat fakta di hari kejadian. Selama Tamara masuk dapur malam itu dan Carlos serta Verona tidak, maka pernyataan Tamara tidak bisa dibuktikan.Dengan pikiran itu, Carlos bersiap melompat langsung ke hari tersebut untuk memeriksa. Namun, saat kursor mouse diarahkan dan diklik, dia malah mendapati rekaman CCTV hari itu tak tersedia.Carlos langsung terpaku, lalu coba mengklik ulang bebe
Bahkan kejadian di rumah waktu itu, apakah Tamara benar-benar ingin melukai Verona dengan pisau? Meskipun dirinya tidak melihat jelas, bukankah hasil akhirnya tak bisa berbohong?Hasil akhirnya adalah luka di jari Verona hanya sebesar bekas kuku, bahkan tidak sampai butuh plester.....Saat ini, berbagai kejadian itu sedang diputar ulang dalam benak Carlos. Dia mulai menyadari, ada terlalu banyak kejanggalan! Bahkan kejanggalan itu begitu jelas, nyaris sudah di permukaan!Namun, saat itu dia malah buta. Dia percaya bahwa Tamara ingin mencelakai Verona, sehingga menghina dan menyakitinya.Namun sekarang, jika dipikirkan baik-baik, apa motif Tamara untuk menyakiti Verona? Dulu Carlos mengira karena cemburu.Sekarang, kenyataan menunjukkan bahwa Tamara sama sekali tidak mencintainya! Jika tidak cinta, lalu kenapa harus cemburu?Jadi, tidak mungkin Tamara yang lebih dulu menyerang Verona. Semua ini ... semua yang terjadi ... adalah hasil rekayasa Verona dari awal hingga akhir!Dialah yang
Melihat adiknya yang bukannya malu malah bangga, Zayn hanya menggeleng pelan, lalu bersiap balik ke kamarnya."Nanti aku kabari kamu lagi. Ingat ya, mulutmu jangan terlalu pedas. Jangan tindas temanku lagi!" teriak Zoya ke arah kakaknya yang tak berperasaan itu.Yang jadi balasan hanyalah suara pintu kamar yang ditutup tanpa ampun. Zoya memelototi pintu beberapa detik, lalu berbalik arah menuju kamarnya sendiri.Di sudut lorong, Davina yang sedang membawa segelas air, kebetulan lewat dan mendengar semua itu. Dia mengernyit, merenung sejenak, lalu berjalan perlahan ke sisi lorong yang lain.Di dalam kamar, Zayn membuka kotak beludru itu. Di dalamnya, sepasang manset safir biru tampak menawan. Kemewahan yang tak mencolok tetapi elegan, dengan balutan emas putih yang menambah nilai estetikanya.Dia mengambil satu dan mengamatinya dari dekat. Kualitas batu dan pengerjaannya luar biasa. Di bawah cahaya, kilau safir itu memantul indah.Alisnya terangkat sedikit, tampak puas. Tamara memang pu