Victor tersenyum mendengar kabar jika Jeff bersedia menjadi bintang tamu untuk kelabnya di Shanghai. Victor baru saja kembali dari Beijing kemarin, dan malam ini ia akan datang ke kelab bersama para sahabatnya untuk melihat penampilan Jeff. Hanya memberi pengumuman lewat media sosial, suasana kelab menjadi sangat padat. Victor datang lebih awal dari para sahabatnya untuk memantau keadaan kelab, memastikan jika semuanya aman. Victor menambah bodyguard yang berjaga untuk keamanan. Pemeriksaan pun ikut diperketat, Victor berjaga-jaga agar tidak terjadi sesuatu yang bisa mengakibatkan kegaduhan. Pria dengan kemeja putih slim fit, mencetak jelas semua otot dada dan lengannya memilih berdiri di lantai teratas yang ada di kelab itu. Memantau orang-orang yang memadati lantai dansa.Kelab malam adalah investasi paling menjanjikan untuk menghasilkan pundi-pundi uang yang berlimpah meskipun begitu banyak risiko yang mungkin terjadi, seperti perkelahian dan tindak kriminal lainnya. Meskipun begi
Lilian memilih untuk masuk ke dalam toilet VVIP yang tidak begitu ramai didatangi. Wanita itu membasahi tisu dengan air lalu mencoba untuk menghilangkan noda yang lekat di dressnya. Setelah lumayan bersih, Lilian mematut wajahnya di depan cermin dengan penerangan yang tidak begitu terang. Wanita itu ingin memastikan jika penampilan dan juga riasan wajahnya sama sekali tidak membuatnya jelek. Suara ketukan sepatu high heels cukup jelas terdengar memasuki pintu masuk toilet. Lilian melirik lewat cermin di hadapannya dan mendesah, saat tahu siapa yang datang ke sana. Seseorang yang tidak ingin Lilian temui. Langkah kaki wanita berhigh heels putih itu mendekat ke arah Lilian berdiri. Dengan kedua tangan menyilang di depan dada, wanita itu menatap Lilian dengan senyum penuh ejekan. "Itu hanya tindakan kecil yang kuberikan. Semoga kau mengerti maksud baikku." Liu Tian berkata dengan sombong. Lilian berbalik, menatap Liu Tian dengan senyum sinis. "Kau pikir, aku takut dengan gertakanmu i
Lilian sudah merasa sangat lelah. Wanita itu menari, meloncat-loncat melepaskan beban pikirannya, mencoba melupakan sejenak urusan Oscar. Lilian bahkan menghabiskan satu botol penuh wine selama tiga jam dia berada di kelab itu. Hari semakin larut, Lilian dan Ji Mei sepakat untuk pulang, tetapi Ji Mei hendak pergi ke toilet dan menyuruh Lilian menunggunya di meja. Lilian tidak mengindahkan ucapan Ji Mei. Wanita itu memilih untuk pergi lebih dahulu keluar dengan tubuh yang sedikit oleng. Lilian melewati tubuh-tubuh manusia yang semakin malam semakin memenuhi kelab itu. Sepanjang perjalanan Lilian harus memaki para pria mata keranjang yang dengan sengaja menyenggolkan tubuhnya pada Lilian. Tidak hanya itu, Lilian harus berhenti berjalan berupaya mengusir para pria yang mencoba menggodanya. Tidak ada yang menarik. Meskipun mabuk, penglihatan Lilian masih cukup baik untuk menilai penampilan pria-pria yang menggodanya. Lilian sempat melihat beberapa selebriti juga ada di dalam kelab itu.
"Aku menginginkanmu," bisik Victor tepat di depan wajah Lilian. Wanita itu memejamkan mata dan tersenyum seolah memberikan lampu hijau.Lilian melempar tas tangan miliknya ke sofa yang tidak berada jauh darinya. Kedua lengannya melingkar ke sekitar leher Victor. Jemari lentik Lilian menyusuri garis kerah kemeja putih yang dikenakan Victor lalu menariknya sehingga pria itu menunduk dan ujung hidung mereka saling bersentuhan. Victor membiarkan wanita itu mendominasi. Saat pertama kali mencium wanita itu dan merasakan bibirnya, Victor sudah berpikir jika Lilian adalah wanita yang berbahaya dan akhirnya, terbukti saat ini. "Dia membentakku. Memilih untuk percaya pada kata-kata wanita itu dibanding aku yang sudah dikenalnya bertahun-tahun. Dia menyalahkanku," lirih Lilian membuat Victor mengerutkan dahi saat mendengar ucapan itu. "Dia membohongiku. Dia sudah bersama dengan wanita tua itu delapan bulan. Dia bersenang-senang di belakangku. Dia membuatku patah hati sebelum aku mengungkapkan
Sudah hampir dua tahun belakangan ini, Victor tidak pernah merasakan nikmatnya tidur lebih dari 3-4 jam per hari. Waktunya tersita untuk mengurusi perusahaan beserta cabangnya. Kali ini, ia bisa merasakan tidur pulas hampir 10 jam tanpa memikirkan perusahaannya. Pria itu menggeliat sehingga selimut yang ia pakai untuk menutupi tubuh polosnya terbuka sebagian sehingga menampilkan bagian atas tubuhnya yang dipenuhi otot. Matanya masih tertutup rapat, tetapi bibirnya menyunggingkan senyum manis sehingga lesung pipinya terlihat jelas. Victor berbalik, mengarahkan tubuhnya ke belakang untuk melihat wajah cantik wanita yang semalam memberikannya pengalaman yang luar biasa hebat. Tangan Victor meraba-raba bagian samping tubuhnya, tetapi nihil. Ranjang itu kosong. Victor segera membuka mata memastikan jika memang tempat di sebelahnya sudah kosong. Benar saja, wanita itu tidak ada di sana. Tidak ada siapa pun yang terbaring di atas ranjang selain, dirinya. Victor mengangkat tubuh dan memposi
Louis berkendara dengan kecepatan normal dengan mobilnya. Jalanan yang dilewatinya pun terlihat sepi. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.57. Dari kejauhan terlihat lambaian tangan seseorang yang duduk di samping mobil dengan memangku seorang anak kecil. Louis memicingkan matanya, memperhatikan dengan jelas apa yang sedang ia lihat. Louis menepikan mobilnya tepat di depan mobil yang sedang berhenti dan sepertinya meminta pertolongan. Louis bergegas turun dari mobil dengan wajah tegang. Di hadapannya, seorang wanita cantik dan di pangkuannya seorang anak kecil yang sepertinya dalam keadaan pingsan dengan luka lecet di kepalanya. Wanita itu menangis dengan tangan gemetaran. "A ... aku, aku ... tidak menabraknya. Aku menemukannya. A ... aku ...." Louis segera mengambil alih anak kecil yang ada di pangkuan wanita itu, memeriksa denyut jantungnya lewat nadi di tangan dan leher. Pria itu memeriksa sekeliling mereka dan benar saja, jalanan sangat sepi hanya mereka bertiga yang ada di sana.
Wu Lei tengah sibuk dengan komputernya. Bukan mengerjakan gambarannya, melainkan sedang melakukan manipulasi foto. Pria itu memberikan ide agar Lilian memakai foto profile bersama seorang pria agar teman-teman di dalam grup sekolahnya percaya jika wanita itu memiliki kekasih. Ide gila itu disetujui oleh Lilian dengan cepat dan menyerahkannya pada Wu Lei untuk mengeditnya. Wu Lei sangat piawai dalam memanipulasi foto dan hasilnya mendekati foto asli. Lilian sendiri duduk di sebelahnya sibuk dengan gambarannya yang semakin hari semakin luar biasa menawan. Butuh waktu setengah jam, Wu Lei akhirnya memberi kode pada Lilian untuk melirik hasil jerih payahnya. Lilian menoleh dan tercengang. Ilustrasi doang yah! Jangan protes wkwkkw"Benar-benar tampak nyata. Aku menyukainya, tapi ... siapa pria ini?" Lilian tidak ragu untuk memuji hasil karya Wu Lei. "Entahlah. Aku hanya mengambil foto sembarangan di Baidu. Aku pikir, penampilannya cocok denganmu," jawab Wu Lei seadanya. Lilian pun tida
Kemarin sore, Guan Xi, CEO Shanghai Publishing tempat di mana Lilian bekerja, memberitahu Lilian perihal pertemuan mereka dengan pemilik perusahaan animasi. Lilian pikir, pertemuan akan diadakan minggu depan atau bahkan bulan depan, tetapi ternyata ia salah sangka. Ekspetasinya sangat jauh dari kenyataan. Guan Xi mengabarkan jika sore ini mereka akan mengadakan pertemuan tertutup. Pertemuan itu akan dilakukan di salah satu hotel mewah yang ada di Shanghai, hotel milik keluarga Zhang. Guan Xi sudah memastikan jika tidak akan ada kebocoran identitas Lilian saat dan setelah pertemuan berlangsung. Lilian tidak dapat menolak. Wanita itu hanya bisa menghela napas kasar dan mencoba bersikap tenang. Saat ini, Lilian tidak pergi bekerja. Dirinya memilih untuk bekerja dari rumah. Sejak semalam, notifikasi ponselnya tidak berhenti berbunyi. Setelah Lilian menerima permintaan pertemanan dari Lu Wanwan, tanpa meminta izin darinya, menambahkan Lilian untuk masuk ke dalam grup kelas mereka. Di san