Angkasa Dana Wijaya, pria ini sekarang sedang berusia 37 tahun. Ia merupakan anak pertama dari pasangan Hernandia Kusuma Wijaya dan Adipati Rangga Wijaya. Ia saat ini memegang tongkat estafet kepemimpinan selepas orangtuanya meninggal pada insiden kecelakaan mobil delapan tahun silam.
Kini ia tak hanya menjadi pemegang tanggung jawab banyaknya perusahaan, tapi ia juga bertanggungjawab terhadap adik perempuan satu-satunya yang sangat ia kasihi, Tiara Adinda Wijaya.Tiara mengalami penyakit paru-paru basah sejak ia masih duduk di bangku sekolah. Ia menikah dengan Eddo yang menjadi cinta pertamanya semasa SMA. Meskipun tak suka, Angkasa tetap mewujudkan keinginan adiknya itu karena ia tak ingin kehilangan Tiara.Tiara dan kakaknya tidak tahu jika suaminya memiliki seseorang yang tak bisa ia lupakan sekalipun dia(Eddo) sudah menjadi bagian dari keluarga Wijaya. Dan Angkasa yang belakangan ini baru mengetahui hal ini tentu tak akan mengatakan kepada Tiara, karena ia begitu menyayangi adiknya. Ia akan membereskan masalah itu dengan caranya.Di hotel, Kanaya bingung bukan kepalang. Jika ia seperti ini, lalu bagiamana dengan Eddo nanti? Kenapa Eddo tidak menelponnya sekarang?"Kau pasti menjebakku pria brengsek!" teriaknya tidak terima.Tapi Angkasa tentu tak mau kalah."Menjebak? Menjebak apa? Lihatlah ini dulu!"Lagi-lagi Kanaya dibuat speechless ketika ia melihat rekaman video dari dalam ponsel Angkasa, dimana ia lah yang lebih dulu menggerayangi tubuh Angkasa lalu mencium bibir pria itu penuh gairah.Sial!Kanaya kontan tertunduk lemas lalu menangis terisak-isak. Ia bahkan tak ingat sama sekali dengan yang telah ia lakukan. Hancur sudah dirinya. Pria itu pasti telah merenggut semua yang ia tujukan kepada Eddo.Sementara itu di lain pihak, Eddo juga kaget setengah mati karena begitu dia bangun, ia sudah berada di dalam mobilnya yang berada di jalan dekat rumah Tiara."Astaga, apa yang tejadi? Kenapa aku..."Setengah mati Eddo mengingat-ingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Ia ingat betul kalau semalam ia menidurkan Kanaya di kamar hotel dan ia keluar. Tapi begitu tiba di parkiran, ia tiba-tiba seperti ada yang memukul dan ia tak ingat apa-apa."Sial, pasti ada orang yang sudah melakukan semua ini. CK!"Tapi ia harus segera mengatasi kebingungannya ketika ia melihat jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Ia tak mau sampai istrinya curiga. Tanpa memikirkan apa-apa lagi, ia menyalakan mobilnya lalu bergerak seperti tak terjadi sesuatu.Tiara yang melihat wajah suaminya yang pias seketika menjadi kasihan. Dan ia segera menyongsong suaminya sebab mungkin saja sang suami sedang di hajar oleh pekerjaan yang menumpuk."Mas, kamu baru pulang? Maaf aku semalam habis minum obat langsung ketiduran. Aku gak sempat nelpon kamu!" ucapnya merasa bersalah.Sementara Eddo, lehernya bagai tercekik karena ia benar-benar tak tahu harus menjawab apa. Tapi dari semua yang ia lihat, ia segera dapat menyimpulkan jika istrinya juga belum tahu soal dirinya."Iya sayang. Semalam aku lembur sama Panji sama Agung. Aku minta maaf. Aku ketiduran di kantor semalam!"Dan Tiara langsung memeluk tubuh suaminya. "Kamu pasti capek ya. Ya udah kita masuk dulu yuk mas! Bik, tolong siapkan sarapan buat mas Eddo!"Eddo tak mau memikirkan apapun lagi. Yang penting ia harus masuk dan memastikan jika istrinya memang tak tahu apa yang ia perbuat semalam. Meski kini ia juga semakin bingung tentang siapa yang telah melakukan hal ini kepadanya.Sementara itu di kamar hotel yang terasa sangat menyiksa, Kanaya yang sudah di beri pakaian baru oleh Angkasa kini menatap nanar sebuah foto-foto seronok yang ia sendiri malu untuk melihatnya.Entah bagiamana bisa dirinya menjadi tidak terkontrol seperti itu. Bahkan ia masih bingung kenapa justru pria ini yang ada di dalam kamar kelas bagus bersamanya."Ini kartu namaku. Jika aku ingin menuntut ganti rugi atas tindakan mu, kau bisa lihat alamatnya!""Apa kau bilang? Aku yang seharunya minta ganti ganti rugi. Aku baru pertama kali melakukan itu. Aku masih per..."Alis Angkasa seketika terangkat sebelah demi melihat kalimat yang tiba-tiba terjeda. Kanaya menyesal karena telah mengucapkan hal macam itu."Aku tidak peduli. Aku ini seorang bos yang tidak bisa di sentuh oleh sembarang orang. Kau harus memberikan ganti rugi untukku!"Kanaya menggigit giginya sendiri menahan emosi. Benar-benar sombong sekali pikirnya."Akan aku pikirkan apa yang harus kau perbuat untukku." pungkas Angkasa sembari berdiri. "Jika aku menelepon mu, itu berati kau harus datang menemui ku!""Jika tidak..." Angkasa mendekatkan wajahnya beberapa senti sembari menekankan sorot mata penuh intimidasi, "Aku akan menyebarkan foto-foto itu!'Angkasa akhirnya pergi meninggalkan wanita itu sendirian. Ia benar-benar marah dengan semua ini. Wanita tadi adalah selingkuhan adik iparnya, Eddo. "Dan, aku di lobi!" ucap Angkasa menelpon orang kepercayaannya dengan raut mengeras. "Siap bos, saya sudah di basement. Saya akan segera ke sana!"Dalam benak Angkasa saat ini hanyalah ingin membuat hidup Tiara tentram dan damai sebisanya dan dengan cara apapun. Meskipun ia sangat ingin menghajar Eddo dan membuat perhitungan tak main-main, tapi ia selalu kalah sebab jika itu dilakukan itu akan menyakiti Tiara. Tidak, ia harus merahasiakan semua ini dan membuat perempuan itu berhenti berhubungan dengan Eddo.Lamunan Angkasa seketika buyar ketika mobil mewah yang di kendarai Daniel tiba. Pria yang selalu tampil rapih dan wangi itu tampak sigap membukakan pintu untuk bos-nya."Bos!"Angkasa hanya mengangguk membalas sapaan anak buahnya. Setelah masuk, Angkasa langsung melemparkan punggungnya ke sandaran kursi mobil lalu memejamkan matanya s
Eddo baru bisa menemui Kanaya malam hari dimana pagi harinya Kanaya bertemu dengan Angkasa. Ia harus bisa mencari waktu yang pas agar semua berjalan lancar tanpa ada kecurigaan dari kedua belah pihak. Apalagi, Kanaya juga tidak tahu kalau Eddo sebenarnya sudah menikah.Eddo menikahi Tiara yang penyakitan karena desakan ekonomi. Ia juga ingin membantu Kanaya melebarkan sayap bisnisnya dengan posisi yang ia miliki saat ini karena telah menjadi bagian dari keluarga Wijaya."Nay, maaf malam itu aku harus ninggalin kamu sendirian di kamar karena asistenku nelpon mendadak. " kata Eddo berbohong. Ia tak mau mengatakan yang sejujurnya karena ini bisa membuat Kanaya gelisah."Iya nggak apa-apa." jawabnya dengan pikiran yang berkelana kepada ucapan Angkasa tadi pagi. Ia terpaksa tak jujur sebab takut akan penilaian Eddo kepadanya."Oh ya, Kamu pulang sama siapa? Sory banget ya Nay, waktu itu, aku harus pulang karena ada pekerjaan mendadak. Kamu mabuk dan aku terpaksa ninggalin kamu di kamar hot
Angkasa menghela napas terlebih dahulu dan berusaha meyakinkan diri bahwa inilah yang terbaik untuk dirinya terlebih keluarganya."Kami....telah melakukan sesuatu hal yang seharusnya baru boleh di lakukan oleh pasangan suami istri!"DUAR!Iriana yang semula hanya diam menyimak, tampak syok begitu mendengar kalimat tersebut."Apa maksud kamu?" teriak Talita yang merupakan kakak kandung Kanaya dan terlihat tidak terima."Sebaiknya, Kanaya juga harus ada di sini. Saya ingin segera membicarakan soal pernikahan ini karena takut kalau..."PLAK!"Kurang aja kamu!""Hey!" kata Daniel yang seketika gusar.Angkasa memberikan kode mata kepada Daniel untuk tenang dan dia tidak apa-apa meskipun di tampar oleh Irwan. Daniel akhirnya mundur. Mereka tidak tahu saja siapa yang barusan mereka tampar."Anda benar-benar terlalu baik bos!" kesal Daniel dalam hati sebab ia benar-benar ingin menghajar Irwan yang telah seenaknya saja menempeleng wajah bosnya."Dengan segala kerendahan hati, kita harus segera
Kanaya mengunci dirinya di kamar. Ia tak menghiraukan gedoran membabi-buta Ibu dan kakaknya. Hatinya di jejali kesesakan akibat kejadian barusan. Bagaimana sekarang? Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia lari dari semua ini? Ia memang belum pernah memperkenalkan Eddo kepada keluarganya, tapi saat ini ia hanya mencintai satu orang yaitu Eddo, pria yang sudah ia kenal sejak dulu. Dan rencana memperkenalkan Eddo tinggallah rencana. Ayahnya terlanjur berang dengan keterusterangan pria bernama Angkasa itu. Seandainya saja Eddo mau di kenalkan lebih awal, hal seperti ini mungkin tidak akan pernah terjadi."Naya, buka pintunya. Kakak perlu bicara!" seru sang kakak dari balik pintu berpelitur.Tapi air mata Naya semakin menganak sungai. Hatinya sakit terhimpit kenyataan. Malu, sedih, sakit, kecewa. Entah kekecewaan itu ia tujukan kepada siapa. Yang jelas, tidak seharusnya pria bernama Angkasa itu datang ke rumahnya dengan cara seperti ini."Sudah Ta. Biarkan adikmu sendiri dulu. Nanti biar I
Seminggu setelahnya akhirnya Angkasa dan Kanaya akan menikah. Irwan yang mendengar soal Angkasa yang rupanya merupakan orang kaya menjadi terhipnotis. Tak lagi mempermasalahkan soal tindakan amoral mereka beberapa waktu yang lalu. Baginya kebahagiaan selalu berbanding lurus dengan kekayaan. Ia bahkan mengabaikan perkataan istrinya.Sementara itu, sang Ibu tak lagi bisa banyak mendebat karena ia selalu kalah ketika berargumen dengan suaminya. Sedangkan Talita lebih takut karena ia tahu jika Angkasa sepertinya bukan orang sembarangan. Ia memilih cari aman untuk dirinya sendiri dan juga karirnya.Kanaya, dalam balutan gaun cantik yang mahal ia justru diam dengan tatapan kosong cenderung sedih saat pria yang ditugaskan untuk menikahi mereka mulai bersuara. Kata demi kata yang terucap membuat kesedihan di relung hatinya kian bertalu-talu.Hingga beberapa saat kemudian," Apa yang telah di satukan oleh Tuhan, tak dapat di ceraikan oleh manusia!"Ia semakin tenggelam dalam tangisannya ketika
Yeremia, pria yang kini mengemudikan mobil yang di tumpangi Kanaya tampak lebih bisu dan kaku dari pada Daniel. Membuat Kanaya semakin merasa ketakutan. Namun kesunyian itu tak bertahan lama. Mulut Kanaya akhirnya terbuka saat Yeremia mengentikan mobilnya di traffic light."Sebenarnya apa yang kalian rencanakan? Kenapa kamu yang malah bawa saya?" tanya Kanaya ragu-ragu.Yeremia melirik istri bosnya itu dari kaca kecil di depannya. "Rencana apa Bu? Kenapa anda berkata seolah-olah Bapak adalah penjahat? Mungkin saja Bapak ingin membuat anda lebih nyaman dengan sendirian!"Mendengar jawaban yang tak sesuai harapan, Kanaya akhirnya kembali diam saat sorot mata yang ia lihat dari pantulan rear vission mirror di depannya seperti mau menelannya. Ia mencoba membuka ponselnya dan mengetik pesan kepada Eddo untuk membunuh rasa takutnya. Namun seperti yang sudah-sudah, ponsel Eddo hanya centang satu. Pasti kekasihnya itu sedang sibuk."Kamu di mana Do?" ia gelisah dalam hati.Sementara itu, Angk
Kanaya menatap sengit pria bermulut pedas itu. Padahal ia hanya bertanya baik-baik tapi kenapa jawaban yang terlontar sungguh menjengkelkan hati. Kini ia mulai bertanya pada dirinya sendiri, apakah keputusasaannya menikah ini benar?"Kontrak pernikahan? Untuk apa semua ini?" Kanaya semakin terkejut demi membaca kop yang tercetak tebal diatas kertas itu. "Kau ini benar-benar lebih bodoh dari yang ku sangka. Baca!" ia menekankan suaranya di akhir kalimat dengan muka berang.Kanaya sontak shock ketika mendengar dirinya di bentak keras oleh angkasa. Sebenarnya apa maunya pria itu. Tiba-tiba berada di kamar dan menidurinya, setelah itu membocorkan hal memalukan kepada orangtuanya dan memintanya menikah secara mendadak dan paksaan, sekarang malah menunjukkan surat nikah kontrak?" Selain berkelakuan buruk, kau ternyata juga sangat bodoh!"Kanaya dengan muka kesal membuka map itu lalu membacanya. Ia sontak membulatkan matanya demi membaca poin poin tak wajar yang ada di sana."Apa-apaan kau
Angkasa rupanya pergi untuk menemui adiknya tercinta, Tiara. Bagaimanapun juga, pasti fokusnya setelah ini harus terbagi. Tapi itu tidak masalah, yang terpenting ia bisa menghindarkan kemungkinan paling buruk yang bakal di lakukan Eddo dengan mengkudeta Kanaya."Kakak?Kau tidak bekerja?" tanya Tiara tak mengira kakaknya ada di rumah di jam sibuk seperti saat ini. Wanita itu bahkan tidak tahu jika sang kakak baru menikahi seorang wanita."Sepertinya adikku ini sudah lupa kalau aku bosnya di sini!" Tiara tersenyum saat mendengar kakaknya berkelakar. Sejurus kemudian pria itu maju dan memeriksa laci kamar adiknya."Sudah waktunya kontrol. Apa suami mu tidak mengecek?" kata Angkasa melihat ke kalender di meja adiknya.Tiara sedikit kelabakan karena Eddo mengatakan jika dua hari akan pergi ke luar kota. Dan dia takut jika kakaknya akan marah bila mengetahui hal tersebut."Dia masih sibuk. Tapi tenang saja kak, aku bisa pergi bersama Bibi Wahyu!""Pergi, kemana?" air muka sang kakak sudah b