Share

Bab 2. Pemaksaan

Angkasa Dana Wijaya, pria ini sekarang sedang berusia 37 tahun. Ia merupakan anak pertama dari pasangan Hernandia Kusuma Wijaya dan Adipati Rangga Wijaya. Ia saat ini memegang tongkat estafet kepemimpinan selepas orangtuanya meninggal pada insiden kecelakaan mobil delapan tahun silam.

Kini ia tak hanya menjadi pemegang tanggung jawab banyaknya perusahaan, tapi ia juga bertanggungjawab terhadap adik perempuan satu-satunya yang sangat ia kasihi, Tiara Adinda Wijaya.

Tiara mengalami penyakit paru-paru basah sejak ia masih duduk di bangku sekolah. Ia menikah dengan Eddo yang menjadi cinta pertamanya semasa SMA. Meskipun tak suka, Angkasa tetap mewujudkan keinginan adiknya itu karena ia tak ingin kehilangan Tiara.

Tiara dan kakaknya tidak tahu jika suaminya memiliki seseorang yang tak bisa ia lupakan sekalipun dia(Eddo) sudah menjadi bagian dari keluarga Wijaya. Dan Angkasa yang belakangan ini baru mengetahui hal ini tentu tak akan mengatakan kepada Tiara, karena ia begitu menyayangi adiknya. Ia akan membereskan masalah itu dengan caranya.

Di hotel, Kanaya bingung bukan kepalang. Jika ia seperti ini, lalu bagiamana dengan Eddo nanti? Kenapa Eddo tidak menelponnya sekarang?

"Kau pasti menjebakku pria brengsek!" teriaknya tidak terima.

Tapi Angkasa tentu tak mau kalah."Menjebak? Menjebak apa? Lihatlah ini dulu!"

Lagi-lagi Kanaya dibuat speechless ketika ia melihat rekaman video dari dalam ponsel Angkasa, dimana ia lah yang lebih dulu menggerayangi tubuh Angkasa lalu mencium bibir pria itu penuh gairah.

Sial!

Kanaya kontan tertunduk lemas lalu menangis terisak-isak. Ia bahkan tak ingat sama sekali dengan yang telah ia lakukan. Hancur sudah dirinya. Pria itu pasti telah merenggut semua yang ia tujukan kepada Eddo.

Sementara itu di lain pihak, Eddo juga kaget setengah mati karena begitu dia bangun, ia sudah berada di dalam mobilnya yang berada di jalan dekat rumah Tiara.

"Astaga, apa yang tejadi? Kenapa aku..."

Setengah mati Eddo mengingat-ingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Ia ingat betul kalau semalam ia menidurkan Kanaya di kamar hotel dan ia keluar. Tapi begitu tiba di parkiran, ia tiba-tiba seperti ada yang memukul dan ia tak ingat apa-apa.

"Sial, pasti ada orang yang sudah melakukan semua ini. CK!"

Tapi ia harus segera mengatasi kebingungannya ketika ia melihat jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Ia tak mau sampai istrinya curiga. Tanpa memikirkan apa-apa lagi, ia menyalakan mobilnya lalu bergerak seperti tak terjadi sesuatu.

Tiara yang melihat wajah suaminya yang pias seketika menjadi kasihan. Dan ia segera menyongsong suaminya sebab mungkin saja sang suami sedang di hajar oleh pekerjaan yang menumpuk.

"Mas, kamu baru pulang? Maaf aku semalam habis minum obat langsung ketiduran. Aku gak sempat nelpon kamu!" ucapnya merasa bersalah.

Sementara Eddo, lehernya bagai tercekik karena ia benar-benar tak tahu harus menjawab apa. Tapi dari semua yang ia lihat, ia segera dapat menyimpulkan jika istrinya juga belum tahu soal dirinya.

"Iya sayang. Semalam aku lembur sama Panji sama Agung. Aku minta maaf. Aku ketiduran di kantor semalam!"

Dan Tiara langsung memeluk tubuh suaminya. "Kamu pasti capek ya. Ya udah kita masuk dulu yuk mas! Bik, tolong siapkan sarapan buat mas Eddo!"

Eddo tak mau memikirkan apapun lagi. Yang penting ia harus masuk dan memastikan jika istrinya memang tak tahu apa yang ia perbuat semalam. Meski kini ia juga semakin bingung tentang siapa yang telah melakukan hal ini kepadanya.

Sementara itu di kamar hotel yang terasa sangat menyiksa, Kanaya yang sudah di beri pakaian baru oleh Angkasa kini menatap nanar sebuah foto-foto seronok yang ia sendiri malu untuk melihatnya.

Entah bagiamana bisa dirinya menjadi tidak terkontrol seperti itu. Bahkan ia masih bingung kenapa justru pria ini yang ada di dalam kamar kelas bagus bersamanya.

"Ini kartu namaku. Jika aku ingin menuntut ganti rugi atas tindakan mu, kau bisa lihat alamatnya!"

"Apa kau bilang? Aku yang seharunya minta ganti ganti rugi. Aku baru pertama kali melakukan itu. Aku masih per..."

Alis Angkasa seketika terangkat sebelah demi melihat kalimat yang tiba-tiba terjeda. Kanaya menyesal karena telah mengucapkan hal macam itu.

"Aku tidak peduli. Aku ini seorang bos yang tidak bisa di sentuh oleh sembarang orang. Kau harus memberikan ganti rugi untukku!"

Kanaya menggigit giginya sendiri menahan emosi. Benar-benar sombong sekali pikirnya.

"Akan aku pikirkan apa yang harus kau perbuat untukku." pungkas Angkasa sembari berdiri. "Jika aku menelepon mu, itu berati kau harus datang menemui ku!"

"Jika tidak..." Angkasa mendekatkan wajahnya beberapa senti sembari menekankan sorot mata penuh intimidasi, "Aku akan menyebarkan foto-foto itu!'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status