Share

Bab 3 : Pemilik Anting Itu

Beberapa hari berselang, Zie bangun lebih pagi dari semua orang yang ada di rumah. Ia berdiri di depan wastafel kamar mandi dengan sebuah tespek di tangan. Kemarin dia masih berpikir bahwa dirinya hanya masuk angin atau maag, karena terlalu sibuk bekerja sampai lupa makan. Namun, tamu bulanannya memang tak kunjung datang dan ini membuatnya cemas. 

Zie memejamkan mata, dia melepas celana lantas duduk di atas closet. Tangannya mengulur untuk memastikan ujung alat uji kehamilan itu terkena cairan urine miliknya. Setelah satu menit, Zie mengangkat kembali alat itu dengan dada berdebar. Matanya seketika membeliak melihat dua garis merah tercetak tebal di sana.

“Tidak! tidak mungkin!”

Zie menunduk. Rasa sesal kini menghantam dadanya bagai palu tak kasat mata. Ia menangis sambil membungkam mulut. Zie merasa bersalah dan kini bingung harus bagaimana. Sedangkan meminta pertanggungjawaban Sean adalah hal yang tidak mungkin dia lakukan, pria itu pasti akan berpikir dirinya sengaja menjerat dengan cara menjebak.

Sementara itu, hampir dua bulan ini Sean diam-diam mencari siapa wanita yang tidur dengannya. Hari itu bukannya bekerja, dia malah sibuk memandangi anting yang dipegangnya dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan. 

Sean sempat bertanya ke Ghea – mamanya, tentang bagaimana cara mengecek keaslian berlian. Wanita yang melahirkannya itu menyarankan dirinya untuk datang langsung ke toko. Awalnya Sean ragu jika sampai ke toko perhiasan dan ternyata anting itu palsu, tapi akhirnya dia memilih mengikuti saran sang mama.

Sean sudah mendatangi satu persatu toko perhiasan yang cukup terkenal di kotanya. Butuh waktu hingga dia menemukan satu toko perhiasan, yang ternyata sangat digilai oleh kalangan wanita di kotanya bernama RM Jewelry. Benar saja, di sana dia mendapat petunjuk bahwa anting di tangannya sekarang memang keluaran toko perhiasan itu dan dibuat secara khusus. 

Di awal Sean harus berdebat karena pihak toko bersikeras tidak mau membocorkan nama pemesan, tapi siapa yang bisa menolak permintaan seorang Adikara Sean Tyaga, uang dan kekuasaannya cukup untuk menekan pihak toko untuk membocorkan siapa pemesan anting itu. Sean diminta oleh pihak RM jewelry menunggu, dan hari itu dia mendapat informasi yang sangat dia nantikan. Anting itu ternyata didesign dan dipesan khusus oleh seorang pelanggan VVIP mereka bernama Marsha Tyaga, yang tak lain adalah sepupu Sean sendiri.

Sore harinya, Sean tergesa menuju rumah sang sepupu. Marsha yang sedang bersantai menonton kartun bersama anaknya pun dibuat kaget, karena Sean tiba-tiba datang ke sana tanpa memberitahu. Marsha tak percaya sampai melongok keluar pintu rumah untuk memandang langit, memastikan apa akan ada hujan dan badai yang menerjang setelah ini.

“Kenapa Sean, tumben ka – “

Lisan Marsha terpotong kala Sean langsung menunjukkan anting ke depan mukanya, lalu tanpa basa basi bertanya-

“Anting ini, milikmu bukan? nama dan datamu tertulis sebagai pemesan anting ini,” ujar Sean.

Marsha mengerjap, dia tidak bisa seketika menjawab pertanyaan sepupu yang dua tahun lebih tua darinya itu. Marsha ingat anting itu adalah anting yang dipesannya secara khusus untuk Zie, saat sahabatnya itu dilantik menjadi direktur Lembaga Perlindungan Anak atau LPA, sebuah lembaga non pemerintah yang cukup moncer menangani masalah kekerasan dan kesejahteraan anak di bawah umur. 

“Kenapa?” Marsha balas bertanya, dia tak ingin langsung mengatakan hal yang sebenarnya.

Kini Sean yang bingung, haruskah dia jujur berkata telah melakukan one night stand dengan seorang wanita tak dikenal, dan wanita itu meninggalkan sebelah antingnya di sana. Bukankah malah akan menimbulkan pertanyaan besar di kepala Marsha nantinya.

“Anting ini, kamu pesan dan hadiahkan ke siapa?” 

Sean cukup cerdas, ada noda darah di sprei ranjang kamar president suit tempatnya menginap, jadi wanita yang menghabiskan malam panas dengannya pasti masih perawan. Wanita itu jelas bukan Marsha yang sudah menikah dan memiliki anak berumur enam tahun. Gila saja dia tidur dengan sepupunya sendiri.

“Itu - anting itu aku pesan khusus untuk Zie,” jawab Marsha meski ragu. “Ada apa?” tanyanya heran.

“Zie?”

Sean cukup terkejut mendengar nama wanita yang pernah menyatakan cinta padanya saat remaja itu disebut. Meskipun terkadang masih bertemu, tapi Sean sama sekali tidak pernah bertegur sapa maupun berbicara dengan Zie.

“Berikan aku nomor ponselnya!” pinta Sean.

“Ada apa sebenarnya?” Marsha bertanya lagi, dia masih bingung dengan tujuan sang sepupu.

“Aku tidak bisa bercerita, ini masalah pribadi,” tukas Sean.

Setelah mendapatkan nomor Zie, Sean bergegas pergi meninggalkan Marsha yang masih bingung. Kini kebingungan Marsha ikut dirasakan oleh Zie. Wanita itu tiba-tiba saja dihubungi oleh nomor yang tidak tersimpan di kontaknya. Merasa malas, Zie pun memilih tak acuh, sampai nomor itu akhirnya mengirim sebuah pesan kepadanya.

[ Zie, ini Sean. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan. Bisakah kita bertemu?]

Comments (13)
goodnovel comment avatar
Ria Rifantiani
nahh loh gimana tuh jadinnya... zie ini kan yg km harapkan
goodnovel comment avatar
~kho~
RM jewellery itu miliknya Rea bukan ya?
goodnovel comment avatar
Sari 💚
yok bisa yok. diajak ketemu, iyain aja zie
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status