Share

S1: Suara Aneh di Malam Hari

Setelah malam mulai larut, kedua bangsawan Vagano muda itu berdiri dan berpamitan dengan Emily yang masih harus banyak beristirahat untuk memulihkan tenaga serta kesehatannya.

"Tidurlah yang nyenyak. Di sini suasana sangat sunyi, kuharap kau bisa menikmati tidur lebih nyenyak daripada di Evermerika." pamit Ocean sambil tersenyum ramah.

"Besok kita bisa ngobrol lagi saat sarapan pagi, asyik sudah ada cewek cantik yang ramah dan baik hati mengisi hari-hari sunyi kami!" sorak Sky penuh semangat.

"Terima kasih, senang sekali berkenalan dengan kalian berdua hari ini. Semoga kita semua bisa bersahabat dengan baik. Maaf ya bila kehadiranku merepotkan kalian." Emily merasa gembira sekaligus masih sungkan.

"Ah, jangan katakan itu, sama sekali tak merepotkan, kami sangat gembira! Selamat malam dan selamat tidur, mimpi indah!" ucap Ocean. Ia seperti enggan meninggalkan Emily, merasa sedikit heran kepada dirinya sendiri mengapa gadis ini menimbulkan sesuatu rasa dalam dirinya.

'Uh, mungkin hanya karena sudah beberapa tahun aku tak bertemu atau melihat wanita muda yang cantik.' - Ocean berusaha menepis perasaan aneh itu.

"Selamat malam, Ocean dan Sky."

Emily mencoba untuk tidur dalam balutan selimut jacquard terhalus dan terhangat yang pernah ia gunakan seumur hidupnya. Ranjang kamar tamu yang ia gunakan juga sangat nyaman dan empuk membuai, dengan wangi klasik aromatik bunga mawar yang menenangkan. Bantal dan gulingnya terbuat dari bulu angsa asli, bukan imitasi. Ini semua seperti mimpi!

Emily hanya sedikit belum terbiasa pada sunyi yang nyaris mencekam ini. Hanya terdengar suara jangkrik menyanyi di kejauhan. Tak ada dengung pendingin udara, sebab kamarnya yang besar dan berlangit-langit tinggi itu sudah sangat sejuk. Juga tak ada suara mesin-mesin maupun deru mobil lewat seperti di perkotaan.

Ketika ia hampir terjatuh ke dalam lubang hitam yang dalam untuk memulai tahap mimpi, Emily mendadak seperti terhisap paksa kembali ke alam sadar.

Sebuah suara lain menggema di ruangan kamarnya.

Aaarrrgh... !!!

Emily terduduk saking kagetnya. Tubuhnya jadi mendadak nyeri gegara gerakan refleks itu.

Raungan? Lolongan serigala? Suara orang menangis atau kesakitan?

Yang jelas, suara itu dalam, seperti suara laki-laki. Dan sangat memilukan serta mengerikan.

Hanya terdengar satu kali. Lalu sunyi. Setelah Emily terjaga penuh, tak terdengar kembali.

Emily menunggu dalam debar dan keringat dingin untuk memastikan suara apakah itu, mungkinkah hanya terdengar oleh dirinya sendiri?

'Mungkin aku tadi berada di awal mimpi buruk saja. Sebaiknya aku acuhkan saja dan kembali tidur lagi.'

Ternyata suara aneh itu mengejutkan Emily sekali saja, dan tak terulang lagi.

Malam itu Emily tidur sangat pulas saking lelah, lemah dan mengantuk. Ia bahkan sudah nyaris tak ingat apa-apa tentang kejadian semalam, suara apa yang ia dengar, dan mungkin sekali hanya dalam mimpinya saja.

"Selamat pagi, Nona Emily." sapa Ocean pagi-pagi sekali datang mengantarkan sarapan yang mirip sarapan di hotel bintang lima. "Layanan kamar spesial hari kedua di Puri Vagano."

Isi nampannya super lengkap. Ada sepasang roti bakar, beberapa lembar ham, dua jenis telur, sosis super besar dan panjang buatan sendiri, dan lengkap dengan segelas jus jeruk dan susu.

"Wah, luar biasa. Ocean, aku merasa seperti seorang putri raja. Terima kasih."

"Sama-sama." Ocean yang masih mengenakan kimono tidur panjang warna gelap tampak dobel ganteng di pagi yang cerah ini. Pemuda itu membukakan tirai besar di samping ranjang, hingga sinar matahari pagi yang cerah dan hangat masuk menyinari kamar.

Pemandangan di luar jendela tak kalah menakjubkan. Hamparan kebun buah berhektar-hektar berwarna hijau segar bercampur titik-titik merah seperti dalam gambar kalender terindah yang pernah Emily lihat. Langit biru cerah dan di ujung sana masih terlihat garis katulistiwa pantai landai berair biru dan berpasir putih.

"Wow, aku seperti terdampar di surga!" Emily menatap kagum pada pemandangan itu.

"Nanti kalau kau sudah sembuh, kami bawa berjalan-jalan menelusuri puri dan pulau ini. Semoga kau suka dan betah."

Emily tadinya ingin bertanya lagi mengenai ada atau tidak sarana komunikasi untuk memberitahu orangtuanya. Tapi melihat keindahan tempat yang ia baru datangi, serta tentunya keramahan dan kebaikan kedua pemuda yang baru ia kenal, tampaknya gadis itu lupa pada segala-galanya.

"Ayo, makan yang banyak supaya kau cepat sembuh." Ocean tersenyum lagi.

"Aku ingin cepat sembuh! Terima kasih!" Emily jadi tambah bersemangat.

"Aku datang!" seseorang muncul di pintu yang terbuka. "Sky mengganggu pedekate Ocean dengan Emily ya?" ia melawak seakan-akan cemburu.

"Ehhh, kami tidak..." Ocean tersipu-sipu. Sementara Emily terpana juga, melihat Sky hanya memakai celana tidur panjang bertali, memamerkan dada bidang nyaris tak berbulu. Kedua cowok itu memang tampan nyaris cantik dan juga sangat menarik.

"Oh, belum berpikiran seperti itu. Tapi terima kasih bila aku boleh maju duluan." Ocean membalas canda adik kembarnya.

"Nanti setelah Emily sembuh, biar dia yang memilih satu dari antara kita berdua." tambah Ocean lagi sambil tertawa.

"Setuju! Aku 'sih oke-oke saja!" Sky ikut-ikutan ngakak.

Sementara itu dari balik pintu kamar yang masih setengah terbuka, seseorang menatap ke dalam sambil menyeringai dengan ekspresi tak senang.

Hannah Miles, sang Kepala Pelayan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status