Share

S1: Makan Malam Pertama di Puri Vagano

Emily yang belum bisa berdiri untuk duduk di meja makan, malam itu mendapat kehormatan. Ia dibawakan senampan makan malam istimewa yang disajikan langsung di hadapannya, di atas ranjang dengan meja kecil seperti di film-film romantis yang ia tonton.

Belum lagi dua pria muda tampan yang ikut makan di sisinya menemani sambil asyik bercerita bagaikan teman lama. Ocean dan Sky Vagano bergantian menceritakan semua yang belum Emily ketahui sebelumnya.

"Kami berdua sekarang menjadi raja, atau pangeran, di Pulau Vagano ini. Tentu saja tak ada rakyatnya, 'sih. Cuma beberapa puluh pegawai perkebunan apel dan anggur saja. Kami mengirimkan hasilnya ke Evemerika lewat kapal besar yang akan datang beberapa bulan sekali. Hasil perkebunan kami biasanya dijadikan cuka apel maupun apel segar, juga wine dan juice. Ya, lumayan juga 'sih." bangga Sky sambil dengan nikmatnya melahap sepotong paha kalkun super besar. Lalu ia melanjutkan dengan cerewetnya,

"Kami juga punya istal kuda dan peternakan sapi dan ayam. Tapi kami bukan petani dan tukang kebun sejati. Ocean sebenarnya juga seorang pianis, hanya saja karena kami tak punya akses ke dunia showbiz di sini, kami terpaksa mengurungkan semua rencana go international kami." Sky pura-pura sedih.

"Wow, kalian pasti bangga sekaligus merasa sepi ya. Di sini begitu tenang sekaligus begitu sunyi di waktu malam." Emily mulai berani mengungkapkan pendapatnya sambil menyeruput semangkuk sup krim ayam jamur kental yang masih mengepul hangat. Rasanya sangat lezat.

"Ya, sepi. Tapi kadang aku bermain piano di malam hari. Seniman kesepian di bawah sinar bulan." Ocean yang lebih tenang dan berwibawa akhirnya bicara juga setelah membersihkan sisa santap malamnya dan mengelap bibir tipisnya.

Emily menelan ludah. Ia merasa visual Ocean sangat menarik, hingga matanya seakan tak ingin berhenti menatapnya. Pemuda bangsawan itu sungguh magnetik, rambut panjang cokelat sepunggungnya sungguh lurus halus terawat seperti di-bonding. Gaya berpakaian juga penuh karisma; kemeja lengan panjang marun semi formal dan celana bahan hitam. Sementara adik kembarnya Sky tampaknya hobi mengenakan t-shirt dan celana panjang santai saja. Rambutnya yang pendek membuatnya beberapa tahun tampak lebih muda, tak seperti kembar seumuran.

"Ehm, ada yang ingin kau tanyakan, Nona Emily?" Ocean balas menatap, mata birunya seakan-akan menusuk jantung Emily saat tertangkap basah begitu rupa.

"Uhhh, oh, aku, aku hanya penasaran sedikit apabila Anda berdua tak keberatan.."

"Anda-anda segala, kita ngobrol santai saja, aku dan kamu, begitu!" celetuk Sky sambil nyengir.

"Oke, baiklah, aku setuju." Emily tersenyum senang karena kata-kata Sky membuyarkan tatapan Ocean itu, karena kakaknya menyikutnya sambil berbisik, "Sopan sedikit sama wanita, Sky! Ayo tanyakan saja, kami akan menjawab pertanyaan apapun dari gadis secantik kamu!" Ocean tersenyum lebih lebar dari biasanya, giginya putih dan rata.

"Ehh, apakah kalian berdua sudah punya keluarga? Tunangan, pacar, istri?"

"Hadehhhh... Tadi siang bukannya sudah kuberitahu ya..." Sky menggeleng-gelengkan kepala. "Kami berdua memang ganteng, tapi jones! Jomblo ngenes! Kasihan, ya!"

Ocean berdeham lagi. "Iya sih, kami berdua masih belum kepikiran untuk mencari jodoh, apalagi di pulau sepi begini tak ada cewek sama sekali, tak seperti waktu kuliah kami di kota. Sayangnya belum ada gadis yang bersedia diboyong ke tempat sesunyi ini." aku Ocean sambil merenung. Lama baru ia tersenyum lagi, "Cewek-cewek jaman now tak ada yang bersedia hidup tanpa internet dan sambungan telepon 'sih."

"Aha, Ocean akhirnya mengaku kesepian dan hendak mencari jodoh! Memang ada cara jadul, putri-putri bangsawan keluarga lain bisa saja dijodohkan keluarga mereka dengan keluarga besar kami, tapi itu sudah sangat jarang terjadi. Sangat kolot dan tradisional ya?" Sky main mata seolah meledek Emily yang masih tersipu-sipu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status