Ran menoleh ke belakang, tepat di tiang listrik berukuran besar yang berada tak jauh dari gerbang rumahnya. Namun tak lama, wanita ini kembali mengarahkan pandangan ke depan. Alisnya mengernyit bingung.
“Ada apa, Non?”
Pandangan Ran beralih ke arah spion depan, dan tatapannya langsung bertabrakan dengan Kirman yang sedang mengendarai mobil, sementara dirinya duduk di jok tengah. Ran menggeleng sambil tersenyum kecil. Setelah mendapat jawaban dari majikannya, Kirman kembali memfokuskan pandangan ke depan.
‘Apakah aku salah lihat?’ tanya Ran di dalam hati.
Wanita ini menggeleng, lalu berusaha abai dengan apa yang tadi dia curigai. Mungkin dia memang salah lihat jika di belakang tiang listrik ada seseorang yang berdiri.
Wanita ini menyandarkan tubuh dan kepalanya pada jok mobil. Matanya menutup, berharap dapat tidur sepanjang perjalanan menuju restoran tempatnya bekerja. Semalam ia tak bisa tidur dengan tenang. Sering
Ran membawa Liora ke salah satu ruang VIP di restoran ini setelah Liora mengatakan ingin berbicara empat mata padanya. Mereka butuh privasi dan kebetulan ruang VIP ini tidak ada yang memesan. Ran adalah salah satu orang penting TASTY PALACE RESTAURANT. Tentu saja bisa memudahkannya meminta izin sebentar memakai ruang VIP ini. Terlebih sebelum minta bertemu dengannya, Liora sengaja memesan lumayan banyak makanan serta minuman untuk dibawa pulang.“Silakan diminum,” ucap Ran sopan setelah salah satu karyawan yang membawakan minuman untuknya dan Liora pergi dari ruangan itu.Liora tersenyum, lalu meminum sedikit demi kesopanan. Mereka sama-sama diam setelah Liora selesai meminum minuman yang ada di depannya.“Ehm..jadi, Nona Liora, apa yang ingin Anda bicarakan?” tanya Ran to the point. Ran bukanlah orang yang suka berbasa-basi. Dan jujur saja, dia merasa tak nyaman berada di dekat Liora. Foto-foto kebersamaan Liora dan Aryan yang tersebar k
Ran memeluk tubuhnya sendiri. Hujan turun lumayan deras sore ini. Ditambah angin yang bertiup kencang, membuat udara kali ini lebih dingin.Wanita ini beberapa kali melihat jalanan di depan TASTY PALACE. Sepertinya sang supir terjebak macet karena hujan yang turun. Sudah hampir sepuluh menit ia berdiri di depan pos satpam, menanti jemputan Kirman.“Duduk dulu, Chef,” ucap satpam restoran tempatnya bekerja. Pria itu menarik bangku yang dia duduki agar bisa diduduki Ran.“Ah. Tidak, Pak, terima kasih. Saya sudah terlalu banyak duduk tadi. Silakan Bapak saja yang duduk,” balas Ran sopan.Satpam itu kembali memaksa Ran, tapi wanita ini bersikeras untuk berdiri. Akhirnya, satpam itu menyerah, dan membawa bangku itu untuk dimasukkan ke dalam pos. Satpam itu juga memilih untuk berdiri. Sesekali, terlibat percakapan antara Ran dan satpam itu.“Kenapa tidak tunggu di dalam, Chef?”“Tadi supir saya bilan
Tiga hari berlalu setelah Aryan sudah kembali bisa mendekati Ran. Mereka jadi tak terpisahkan. Lebih tepatnya Aryan yang tak sekalipun absen menemui sang tunangan. Bukan hanya itu. Jika mereka berpisah, Aryan akan segera menghubungi sang tunangan melalui ponsel, seolah tak ada hari esok.Pemberitaan tentang mereka di beberapa akun gosip pun perlahan memudar. Saat Aryan mengatakan pada Ran sudah menuntut para akun gosip itu, Ran meminta sang tunangan menghentikan tuntutannya. Aryan menolak, tapi sang tunangan memaksanya. Kalau sudah dipaksa seperti itu, Aryan bisa apa. Hanya bisa mengikuti keinginan sang tunangan tercinta.“Hm, aku masih menunggu Pak Kirman.”>> “Di dalam restoran?”“Iya.”>> “Maaf ya, Sayang, aku gak bisa jemput.”Ran memutar bola mata malas sebagai jawaban. Pria yang sedang berbicara dengannya di telepon itu sudah tiga kali mengatakan hal ya
Aryan menatap wajah damai sang tunangan setelah kembali disuntikkan obat penenang. Setelah sadar dari kecelakaan yang dialaminya dan Juna, Ran terus berteriak ‘darah dan mama’. Walaupun kecelakaaan itu tidak membuatnya sampai terluka parah, tapi Ran sepertinya mengalami trauma hebat.Juna menabrak pohon besar di sisi jalan raya. Pria itu kini sedang koma dengan kondisi mengenaskan. Saat dievakuasi, Juna terlihat memeluk tubuh Ran, melindunginya sampai beberapa pecahan kata depan mobil pria itu mengenai punggungnya sendiri. Kepala Juna pun terbentur cukup keras. Mereka dirawat di rumah sakit yang sama.Sudah empat hari pasca kejadian itu, dan Ran masih belum bisa berkomunikasi walaupun kini ia sudah dipindahkan di ruang inap. Saat matanya terbuka, Ran akan kembali berteriak histeris. Hal ini tentu saja membuat hati Aryan campur aduk, antara sedih, marah, dan penasaran.Bagaimana bisa tunangannya itu dan Juna berada dalam satu mobil bersama?Saa
Sudah dua minggu berlalu sejak kejadian kecelakaan itu. Ran sudah kembali ke rumahnya sejak dua hari yang lalu. Wanita itu masih belum bisa masuk bekerja seperti biasa untuk pemulihan fisik dan mentalnya.Sang tunangan tidak berhenti menemaninya. Bahkan pria itu bekerja dari ruang inap Ran, dan hanya akan pergi jika ada pertemuan yang tidak bisa diwakilkan oleh siapa pun. Ruang inap Ran menjadi rumah kedua bagi Aryan. Pria itu banyak menghabiskan waktu untuk menghibur sang tunangan. Ran tidak dibiarkan untuk berpikir hal lain selain hal-hal menyenangkan.Dan terbukti sekarang, wanita itu perlahan kembali bersikap seperti biasa. Bahkan, Ran terlihat banyak mengeluarkan senyum.Untuk kondisi Juna, Ran tidak mengetahuinya sama sekali. Entah mengapa, Ran malah seperti tak pernah mengalami kejadian kecelakaan bersama pria itu. Ran tidak pernah menyebut nama pria itu sama sekali. Aryan tidak akan bertanya, karena baginya yang terpenting adalah kondisi sang tunangan ya
“Kakimu bagaimana? Apakah masih belum bisa digerakkan?”“Aku sudah.. mulai terapi.. tadi. Sudah bisa.. bergerak.. sedikit-sedikit.”“Syukurlah.”Setelah percakapan itu, mereka kembali saling diam. Larut dengan pikiran masing-masing.“Ehm, Juna, maaf baru bisa menjengukmu sekarang.”Juna diam, menatap dalam wanita yang sudah ia celakakan hampir satu bulan yang lalu. Terdapat bekas luka yang berada di dahi wanita yang duduk dengan kaku di sampingnya ini.Mata Juna berkaca-kaca. Ia menyesal luar biasa atas apa yang dia perbuat ketika itu. Kecemburuan menghilangkan akal sehat saat tahu Ran kembali terlihat bersama sang tunangan. Juna pikir, setelah skandal yang diciptakan Aryan Kusumo, Ran akan meninggalkan pria itu. Persis ketika dulu wanita ini menjalin hubungan dengannya, meninggalkannya setelah tahu kalau Juna sudah memiliki kekasih, bahkan tunangan.Dulu, Juna memohon pada Ran untuk mem
Deg!Aryan terdiam. Tangannya yang memegang bingkisan buah yang sengaja dibawanya untuk Juna mengerat kencang. Seluruh tubuhnya sudah merasakan panas, tentu saja karena pikiran tentang Ran dan Juna yang kembali bersama suatu saat nanti.“Mengapa Anda bertanya seperti itu?” tanya Aryan datar, berusaha meredam emosi yang siap meledak.Stevi menghela napas berat. “Anda pasti bertanya-tanya mengapa Juna bisa bersama Nona Callia saat itu. Itu pun yang saya pertanyakan sejak kecelakaan itu terjadi. Benar begitu, bukan? Atau, Nona Callia sudah menjelaskan pada Anda?”Aryan diam. Pria ini tak dapat menjawab karena belum mendapat penjelasan apa pun dari sang tunangan.Tring!Mereka tersadar saat pintu lift terbuka. Dua orang ini sama-sama melangkah keluar, karena sudah sampai di lantai rumah sakit yang mereka tuju.“Saya sudah bertahun-tahun bersama Juna. Melakukan segala cara agar Juna bisa melihat saya kembali.
“Cukup, Aryan, kamu tidak bisa minum alkohol.”“Lepas, Ken!”Kendrick Gevan Bagaskara, sahabat yang sudah menganggap Aryan seperti adiknya sendiri ini hanya mampu menghela napas pasrah saat Aryan lagi-lagi mencoba kembali menenggak minuman haram itu. Ken, begitu Aryan memanggilnya, sudah mencoba menghalangi Aryan, tapi tangannya selalu ditepis pria yang saat ini duduk di sampingnya itu. Ken sangat tahu Aryan bukanlah orang yang lihai dalam hal meminum minuman keras.Pewaris Kusumo Group ini memang sering menghabiskan waktu di kelab malam, tapi tak sekali pun Aryan menyentuh minuman yang mengandung alkohol itu, apa pun jenisnya. Disamping karena tubuhnya tak bersahabat dengan minuman itu, Aryan juga tak suka rasanya.Aryan sempat mencoba meminum minuman itu saat dulu pria tampan ini lulus SMA. Dan di tegukan ke dua, Aryan langsung tumbang begitu saja. Untung saja saat itu Ken ada bersama pria ini karena permohonan Kania. Coba kalau