58Garrick Huang menendangi kursi sambil memaki kelompok pengamanan pabrik milik empat klan. Garrick Huang geram, karena ternyata tim Chyou telah mengerahkan makhluk tak kasatmata, untuk mengalahkan pasukannya. Pria berkumis itu mengerutkan dahi. Dia mengingat-ingat ucapan Jackson Enlai, yang pernah berhadapan langsung dengan para petinggi PBK. Menurut Jackson Enlai, beberapa bos PBK memiliki kemampuan supranatural. Garrick Huang tidak mengira bila para junior PBK juga menguasai ilmu yang sama. Garrick Huang memutar badan dan memerhatikan deretan foto para petinggi PBK. Dia mengingat-ingat informasi dari Breck, salah satu orang kepercayaannya, yang berhasil melarikan diri dari peperangan kemarin malam. Garrick berteriak memanggil ajudannya, dan meminta agar Breck segera dihadirkan. Setelahnya, Garrick Huang menelepon Jackson Enlai. "Siapa saja pemimpin PBK yang menguasai ilmu sihir?" tanya Garrick Huang, sesaat setelah mendengar sapaan sahabatnya dari seberang telepon. "Setahuku
57Seorang pria bermata tajam, mengamati pagar tinggi di hadapannya. Ang Bei, orang kepercayaan Garrick Huang, mengambil batu dari tepi jalan, lalu melemparkannya ke pagar. Bunyi aneh yang disertai kilatsn, menyebabkan semua anggota kelompok itu terkejut. Mereka memandangi Ang Bei yang tengah berbincang dengan sahabatnya, Abraham. Yusuf yang mengamati kamera CCTV, mengumpat dalam bahasa Sunda, ketika mendengar deru mobil dari kejauhan. Umpatan Yusuf berganti menjadi bahasa Melayu, ketika dua mobil ber-ban besar muncul dari sisi kanan. Anak buah Ang Bei bergegas menyingkir agar kedua mobil itu bisa lewat. Bunyi beberapa benturan keras terdengar, sebelum pagar besi terdepan terlepas, dan dilindas mobil pertama. "Siaga!" pekik Yusuf sembari menyentakkan kedua tongkat besi di tangannya, hingga benda itu memanjang. Razak dan semua anggota pengamanan, memegang erat tongkat satpam di tangan kiri sebagai perisai. Sedangkan tangan kanan mereka mencengkeram tongkat besi ataupun senjata lai
56Langit malam bertabur bintang. Sang rembulan memamerkan separuh bentuknya, yang memukau siapa pun yang melihatnya. Yusuf memandangi langit sembari membayangkan wajah Naysila. Dia mendengarkan ocehan gadis tersebut melalui sambungan telepon jarak jauh. "Bang, aku baru dapat kabar, kalau nikahan Mas Damsaz dan Teh Kyle dimajukan waktunya," terang Naysila. "Jadinya, kapan?" tanya Yusuf. "Minggu kedua bulan Juli." "Setelah acara akikahan anak Mbak Sekar?" "Hu um. Kata Papa, biar kita nggak bolak-balik. Full tiga minggu di Jakarta. Baru berangkat lagi ke sini." "Juli itu aku dinas ke Eropa, bareng Hisyam dan Beni." "Ehm, kupikir Abang dinas di sini terus." "Enggak. Karena Aditya dan Harun maaih sibuk di Kanada, kami kekurangan orang buat wilayah Eropa. Mana Ari masih jadi tahanan kota. Jadi bingung ngatur jadwalnya. Terutama karena bos Eropa hanya mau berurusan dengan orang-orang lama." "Iya, jalani aja. Sampai ada pengganti di sana." "Riaz lagi diarahkan ke sana buat bantu L
55 Kehadiran tim Taiwan dirayakan semua pengawas dan staf proyek, di salah satu restoran baru milik teman Yuze. Lantai dua bangunan itu terlihat dipenuhi ramai orang berbaju putih, yang merupakan seragam wajib seluruh staf proyek. Hadirin bertepuk tangan sembari menyoraki kedua tim yang tengah berlomba menari. Yusuf dan Fritz mendapatkan banyak dukungan, karena keluwesan keduanya yang bergerak kompak. Padahal mereka baru berlatih tadi sore. Tim Taiwan yang diwakili Yuze dan Cheung Shen Baojia, Adik sepupu Chyou, menampilkan tarian khas boy band Korea, yang dikombinasikan dengan gerakan wushu. Cheung Priscilla, istri Fillbert sekaligus Kakak tertua Shen, menarik tangan Naysila dan Rumi ke tempat pertunjukan. Meskipun sedikit malu-malu, tetapi Naysila ikut bergoyang dengan lincah. Yusuf tertegun ketika perempuan kesayangannya meliuk-liukkan badan dengan lembut, hingga terkesan sensual. Yusuf berpindah ke depan Naysila dan memaksa menarik kekasihnya menjauh. Walaupun diteriaki peno
54*Grup Proyek Guangzhou dan Shanghai* Tio : Sejak kapan Yuze jadi penggembala kambing? Linggha : Harusnya Yuze ikut mengembik juga. Pasti bagus suaranya. Benigno : Aku baru tahu. Dharvan dan Hamiz cocok jadi sapi. Baskara : Ayamnya terlalu ganteng. Dante : Tapi masih pada kurus. Belum berisi. Hadrian : Dimaklumi aja. Ayamnya belum ketemu betina. Ivan : Grup kambing paling berisik. Tristan : Ada Yusuf di situ. Hebohlah. David : Dia menularkan kegilaan pada juniornya. Heru : Nasibku apes. Punya Adik ipar, kacau semua. Hisyam : Aku kalem, @Mas Heru. Jeffrey : Hisyam kalem. Terus, aku kudu salto, gitu? Nanang : Enggak usah diladeni, @Jeffrey. Beni : Ho oh. Ujung-ujungnya kita yang senewen. Alvaro : Astaga! Anak buah Wirya memang ajaib. Yanuar : Untung aku komisaris, bukan bawahan Wirya. Haryono : Justru kamu biang keroknya, @Sipitih. Yanuar : Aku alim dan sangat berwibawa. Yoga : Pret! Andri : Huek! Zulfi : Aku mendadak mulas baca komentar Sipitih. Chyou : Tunggu a
53Setibanya di bandara Guangzhou, rombongan pimpinan Dimas menyambangi Yuze yang telah menunggu sejak tadi, di teras depan tempat kedatangan. Mereka berbincang singkat, sebelum bergerak menaiki bus hotel VCAZ, yang merupakan milik keenpat klan, yakni Vong, Cheung, Adhitama dan Zheung. Sepanjang perjalanan itu, Naysila berulang kali menguap. Meskipun sudah tidur di pesawat, tetapi kantuk masih menguasai matanya. Yusuf tertegun ketika Naysila menyandar ke pundak kanannya. Lelaki berjaket jin biru, mengangkat tangannya agar bisa merangkul Naysila. Yusuf merapikan rambut yang menutupi wajah kekasihnya. Dia benar-benar menyayangi gadis yang telah terlelap, dan ingin selalu bersama Naysila. Yusuf menengadah ketika dipanggil Zulfi yang menempati kursi depan bersama Wirya. Yusuf manggut-manggut sebagai tanda bila dia memahami ucapan sang bos. Setibanya di hotel, rombongan itu disambut Donghai dan Liu Bin. Mereka diajak ke restoran, sedangkan semua barang bawaan diangkut petugas ke kama