Chapter 16Tiga TransaksiCarlo San Lorenzo mematikan panggilan telepon, sorot mata pria berambut putih itu tidak mampu menyembunyikan bara amarah. Memberi 300.000 Euro pada Luciano Genevece seperti memberikan 10% keuntungannya, tetapi jika tidak melakukan ia bisa kehilangan lebih banyak karena harus menyuap petugas kepolisian dan berisiko kapalnya tertangkap oleh polisi yang berpatroli di laut. Jika bukan karena putra pertamanya terlibat perkelahian di dermaga kemarin, hal ini tidak perlu terjadi. “Kau harus segera mengambil keputusan,” kata Diego San Lorenzo, putra keduanya. Menurunkan dua puluh orang penyelam andal untuk membawa barang-barangnya turun dari kapal tetap tidak menolongnya, penyelam hanya bisa membantu memindahkannya. Tidak bisa membawa ke daratan, sementara menyimpan barang-barang di dasar laut sangat tidak aman.Carlo menghela napas jengkel lalu bangkit dari tempat duduknya. “Siapkan koper.” Lalu Carlo melangkah menuju brangkas penyimpanan uang yang berukuran besa
Chapter 15Pernikahan Antar KlanAudrey keluar dari kamarnya, ia sudah menunggu saat di mana Luna datang lagi—mungkin bersama Luke. Wanita itu berpura-pura terburu-buru menuruni tangga hanya dengan mengenakan pakaian tidur tipis yang ia sembunyikan di balik jubahnya.Sayangnya ketika tiba di lantai bawah ia hanya mendapati beberapa orang pria dan tidak ada Luke di sana. Kekecewaan merayapinya. Pemandangan di rumahnya sungguh menakutkan, dua orang pria berperawakan tinggi memegangi bahu ibunya yang berlutut sementara seorang pria menampar ibunya berkali-kali setiap ibunya berusaha membuka suara. Audrey tidak ingin merasakan apa yang dirasakan ibunya, ia ngeri membayangkan pipinya yang mulus dan proporsional disentuh oleh pria tinggi itu. Luna yang datang kali ini benar-benar tidak seperti Luna kemarin malam. Kemarin malam kakaknya terlihat lemah seperti dulu, jika Luke tidak datang menyelamatkan sudah pasti kakaknya itu sudah dibuat babak belur oleh ibunya. Wajah ibunya bengkak, ram
Chapter 14Mengambil HakLuna membuka matanya dan mendapati Luke tidak berada di tempat tidur, ketika hendak menyibakkan selimut, ia menyadari jika dirinya masih bertelanjang.Sial, batinnya. Tadi malam Luke memasukinya dan terus menekannya, bahkan seperti tidak pernah lelah dan tidak juga puas. Tidak memedulikan seberapa lelahnya dirinya, Luke tidak memberinya ampun. Luna mengela napas, rasa kantuk masih menggelayuti dirinya tetapi ia tidak bisa bermalas-malasan. Jadi, Luna meninggalkan tempat tidur lalu memasuki kamar mandi untuk membersihkan dirinya.Setelah membersihkan diri Luna keluar dari kamar mandi dan mendapati dua orang pelayan berada di sana sedang mengganti seprei.“Nona, Tuan bilang Anda tidak perlu turun untuk sarapan, kami akan menyiapkan sarapan Anda dan membawanya ke sini,” kata salah satu pelayan sambil tersenyum ramah. “Jam berapa ini?” tanya Luna. “Ini baru jam sepuluh,” jawab pelayan. Luna terbelalak. “Apa? Jam sepuluh? Di mana anakku?” “Tuan muda sudah sara
Chapter 13Tidur dengan Mama “Apa kau tahu salah satu hal yang paling kubenci?” tanya Luke dengan nada dingin. Luna meremas handuknya, bagaimana mungkin ia tahu hal-hal yang disukai dan tidak disukai Luke sementara dirinya tidak mengenal Luke—belum lebih tiga hari sejak dirinya kembali ke Sisilia. “Aku tidak tahu,” jawab Luna pelan seperti menggumam. Dengan gerakan pelan yang terkesan angkuh lalu tatapan dinginnya mengarah pada Luna, Luke berkata, “Bagaimanapun, kau adalah wanita dari klan Genevece. Kuingatkan padamu sekali lagi jika tidak sepantasnya kau terlihat lemah di depan siapa pun.” Luna nyaris tidak bisa bernapas mendengar ucapan Luke yang sarat dengan tekanan, pria itu rupanya masih sangat marah perihal dirinya dianiaya oleh ibu tirinya. “Aku... aku tidak menyangka kalau ibu tiriku akan memukuliku,” desah Luna seraya cengkeramannya di handuk semakin erat. Luke menelusuri Luna dari ujung rambut hingga ke ujung kaki dengan tatapan matanya lalu kembali menatap wajah Luna
Chapter 12Pertolongan Pertama dan Terakhir “Tuan Genevece, ini hanya salah paham. Ya, ya, ya... hanya pertengkaran ibu dan anak biasa,” kata Draco seraya membungkuk-bungkukkan badannya dan menatap Luke dengan ekspresi ketakutan. “Mereka berani menyentuhmu?” tanya Luke pada Luna seraya menatap Luna. Tatapan Luke memang tertuju padanya, kata-kata pria itu juga lembut di telinga. Tetapi itu bukan tatapan penuh kasih sayang dan Luna bisa membacanya dengan jelas karena ia mantan mahasiswa fakultas seni jurusan teater meskipun tidak menyelesaikan kuliahnya, ia pernah mempelajari ekspresi manusia. Pria yang memangkunya itu menatapnya seolah hendak membunuhnya dengan tatapan dingin hingga Luna bergidik karenanya hingga dengan linglung Luna mengangguk. Luke sengaja memerintahkan Azzura memasang alat perekam, juga pelacak di aksesoris yang digunakan Luna agar dengan mudah melacak keberadaan Luna, juga apa yang dibicarakan Luna dengan keluarganya. Ia juga sengaja diam-diam mengikuti Luna ka
Chapter 11Orang-orang MunafikLuna memasuki rumah keluarga Valerianus dengan tenang seorang diri, sopir yang bersamanya hanya mengantarkannya sampai depan pintu utama dan tidak ikut masuk ke dalam. Ada sedikit rasa ragu terselip di benaknya karena mengingat kata-kata Audrey, ia mungkin akan mendapatkan pengusiran dari rumah yang seharusnya menjadi miliknya. Namun, ia harus mencoba. Paling-paling ia akan mendapatkan cacian, hinaan, dan cacian. Juga tamparan. Karena tidak ada seorang pun di ruang tamu, Luna menuju ruang keluarga dan rupanya penghuni rumah yang tidak sudi lagi ia sebut sebagai keluarga berada di sana. Bahkan Scott juga berada di sana dan Scott langsung berdiri melihatnya, begitu juga Audrey.“Luna, kau datang?” kata Audrey sinis begitu melihat keberadaan Luna. Audrey bersikap seperti itu pasti karena keberadaan Scott, jika tidak pastinya sikap Audrey tidak akan begitu, batin Luna sinis. “Hai, Scott,” sapa Luna seraya tersenyum. “Kebetulan sekali aku dan Scott sedan