DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 35Tidak ada yang lebih menyesakkan dada, selain melihat dua orang yang lama terpisahkan oleh keadaan kembali bertemu. Di kantor polisi pusat bagian reserse kriminal, Intan dan Riswan Sanjaya akhirnya dipertemukan. Sejak saat Ayahnya dikeluarkan dari tahanan dengan kawalan polisi, air mata Intan langsung merebak. Dia lahir tanpa belaian seorang Ayah lalu menghabiskan tahun tahun penuh derita bersama ibunya. Selama dua puluh enam tahun lamanya, tak ada lelaki yang bisa dia panggil Ayah. Dan kini, ketika akhirnya mereka bisa bertemu kembali, keadaan telah menjadi begitu mengkhawatirkan.Aku menatap lelaki itu, yang tengah memandangi putrinya dengan mata berkaca-kaca, lalu teringat janjinya pada malam yang telah lewat bahwa dia, akan melakukan hal terbaik untuk Intan. Ya. Dia telah melakukannya. Hal terbaik yang bisa dilakukan seorang Ayah adalah melindungi putrinya yang rapuh."Intan, kenapa kau kesini Nak?" Tanya Riswan Sanjaya begitu polisi meninggal
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 36PoV HARIS"Ibu nggak membunuh Jenny Haris!"Tiba-tiba saja, suara Ibu berteriak histeris dari dalam rumah terdengar. Aku terkejut dan berlari masuk. Derap langkah dua polisi itu mengikuti kami. Di dalam kudapati Ibu berdiri gemetar seperti tadi. Dia menatapku dan tiba-tiba menjatuhkan diri begitu aku menghampirinya. Ibu ternyata lebih takut padaku daripada Polisi.Aku terdiam, sesaat bingung hendak melakukan apa. Namun kemudian, ku angkat tubuh Ibu, memeluknya."Buktikan kalau Ibu tidak membunuh Jenny, jika Ibu mau kuampuni." Bisikku di telinganya. Tubuh Ibu menegang dalam pelukanku. Sesaat kemudian, aku meregangkan tubuh Ibu dan memegang tangannya. Di hadapan polisi, aku tak boleh bertindak gegabah. Aku adalah seorang doktor lulusan universitas luar negeri. Aku akan menunjukkan pada polisi bahwa aku taat hukum."Kami akan ikut ke kantor polisi, tapi kami menolak di borgol. Dan saya akan menelepon pengacara saya lebih dulu."Tanpa menunggu jawaban
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 37PoV HARISAku memegang kepalaku yang terasa pusing, menatap Salma yang berdiri disisi tempat tidur sambil memegang sebuah piring yang menguarkan aroma makanan. Sial, apa dia tak tahu aku paling tak suka ada orang yang membawa makanan ke dalam kamar? Aroma segar pewangi kamar akan teracuni oleh aroma makanan."Kenapa sepagi ini kau sudah ada disini? Dan kenapa kau berani sekali membawa makanan ke dalam kamarku?"Perempuan bertubuh mungil dan berkacamata itu beringsut sedikit, menjauhkan piring dari pandangan mataku."Semalam, katamu aku boleh membangunkanmu dengan caraku. Kau meninggalkan kunci rumah di bawah pot supaya aku bisa masuk. Apa kau lupa?"Ah, aku benar-benar lupa. Kuremas rambutku, mencoba mengurangi rasa mencucuk cucuk di ubun ubun kepala. Salma memperhatikan segala gerakanku."Apa kau sakit?" Tanyanya."Ya. Ambilkan obat dalam botol bening di laci itu Salma." Perintahku. Salma tampak sedikit mencebik melihatku memberinya perintah. Oh,
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 38Di dapur, sosok itu tengah asyik mengupas kentang, sementara suara berdesis daging yang berada di atas kompor memenuhi ruangan. Aromanya yang menerbitkan selera seharusnya membuat perutku bergejolak karena lapar. Namun yang terjadi adalah, aku mual membayangkan wanita si hadapan ini menghabisi kekasihku dengan cara yang keji. Terbayang bagaimana Jenny megap megap mencari udara saat tisu menyumbat jalan nafasnya. Selain Salma, sahabat Nadya bernama Intan itu tentu juga punya andil besar.Aku akan mengurusnya nanti. Yang sekarang harus kulakukan adalah, menghukum perempuan laknat di depanku ini. "Sayang?"Salma rupanya menyadari kehadiranku. Dia berbalik dan menatapku sambil tersenyum. Aku heran menatap wajah mungilnya yang polos bagai tanpa dosa itu. Bagaimana dia bisa membunuh orang? Sementara mata coklat di balik kacamata berbingkai ungu yang menghiasi wajahnya mengerjap menatapku."Kau sudah lapar sekali rupanya hingga menyusul ke dapur." Dia te
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 39Pov NADYABagai adegan film, semua yang kusaksikan di layar televisi membuatku merinding. Rumah Mas Haris yang mewah, hangus di bagian dapurnya. Disana, Haris Pradana ditemukan dalam keadaan sekarat, dengan separuh tubuh nyaris dilalap api. Albert, sang pengacara yang menemukan tubuh itu pertama kali. Dia datang bersama serombongan polisi setelah mendapat video call bahwa Haris Pradana dalam percobaan pembunuhan.Dan yang lebih mengerikan dari semua itu adalah, pelakunya, sekaligus pelaku pembunuhan Jenny, adalah seorang wanita mungil dan cantik, yang pernah menangis ketakutan di dalam mobilku. Salma. Sungguh, ini sulit dipercaya.Aku mengusap wajah berkali kali. Jantungku masih berdebar kencang tiada henti. Apalagi mengetahui bahwa Salma, aktor utama semua peristiwa mengerikan ini berhasil kabur dan meloloskan diri. Meski secara pribadi aku tak punya masalah dengannya, tetap saja, aku mempunyai hubungan dengan kasus ini."Kau tidak perlu takut Nak
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 40PoV SALMADua bulan yang lalu"Kenapa wajahmu?" Tanyaku pada Jenny, yang baru mau masuk apartemen dengan wajah tertekuk. Meski aku tahu dengan pasti apa yang membuatnya marah, tentu saja di hadapan semua orang, aku tak bisa menampilkan wajah asliku yang sebenarnya."Kau tahu apa yang terjadi denganku Salma. Jangan banyak basa basi!" Bentaknya.Aku menggeram dalam hati. Dasar perempuan sombong. Padahal kehancuran hidup telah menanti di depan matamu. Aku menyaksikan sendiri dia didemo mahasiswa di kampus dan dilarang menginjakkan kaki di dalamnya. Dan bahkan surat pemecatannya baru saja keluar tadi siang."Hey tenanglah Jen. Tak ada masalah yang tak bisa diatasi." Aku tersenyum, mengeluarkan sebotol anggur dari dalam kantung kertas yang memang sudah kusiapkan. "Kita minum dulu. Kalau kau sudah tenang, kau akan tahu bahwa masalah ini tidaklah begitu besar."Jenny mendengus, menyibak rambut hitam sebahunya yang indah lalu melangkah masuk dan membiarkan
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 41Pov NADYA"Sayang, kau lihat siapa?"Aku terkejut mendengar suara Aryan. Tangannya yang hangat kini meraih tanganku yang dihiasi ukiran henna berwarna putih. Dia menggenggamnya dengan lembut."Tanganmu dingin. Kau melihat siapa? Atau hemm… kau gugup menanti malam pertama kita nanti malam?"Aku tersenyum malu mendengar kata-kata Aryan. Jujur saja, kemarin kemarin aku memang memikirkan sedikit tentang hal itu. Tapi kini, sorot mata tajam di balik hodie jaket hitam milik seseorang mengalihkan perhatian ku. Aku yakin dia bukan tamu. Tentu saja, tak ada tamu yang memakai jaket hitam berhodie.Aku kembali menoleh ke tempat dimana sosok itu tadi terlihat berdiri. Dan ternyata dia sudah tak ada. Aku memang mendesah. Ah, mungkin saja aku salah lihat."Aryan, sepertinya tadi aku melihat seseorang di sana. Tapi sekarang sudah nggak ada." Aryan mengikuti arah telunjuk ku. Dia menggeleng, lalu meraih wajahku dengan kedua tangan."Sayang. Berhentilah untuk cema
DELAPAN HARI SAJA MENJADI ISTRIMU 42"Aryan! Berhenti… itu Salma! Cepat telepon polisi!"Aryan terkejut dan tanpa bertanya segera menuruti kata-kata ku. Sementara mobil di depan mulai bergerak. Rupanya wanita di dalam mobil yang kuduga adalah Salma, tidak turun. Entah apa maksudnya berhenti begitu saja. Telepon Aryan tampaknya tidak terhubung sehingga dia meletakkan lagi ponsel di atas dashboard dan melaju."Cepat sedikit Ar…" Keluhku menatap mobil di depanku semakin menjauh.Aryan menyentuh tanganku sebentar."Aku tidak mempertaruhkan keselamatan anak dan istriku. Kita tidak punya masalah dengan Salma dan menangkapnya adalah urusan polisi."Aku menyandarkan tubuh ke jok mendengar kata-kata suamiku yang tak ingin dibantah. Selain itu, aku memang merasakan perutku sedikit kram karena tegang. Di depan, lampu merah menunggu kami, tepat ketika mobil itu baru saja melewatinya. Aku kembali kehilangan jejak."Mau apa dia berhenti di depan penjara? Aku takut dia mencelakai Intan.""Tidak. Dia