Beranda / Romansa / DENDAM BERKALANG NODA / BAB 6. Dari Balik Jendela Kaca

Share

BAB 6. Dari Balik Jendela Kaca

Penulis: Suesant SW
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-19 16:14:17

"Laura tolonglah jangan begini, kamu tak mengerti apa-apa, kamu tidak tahu apa yang akan kamu alami jika tetap melakukan apa yang kamu katakan. Seorang bayi perlu ayah, seorang bayi perlu biaya. Berikan aku cara untuk sedikit membayar kesalahan ini." 

"Om Bian ingin membayarnya dengan apa? Dengan uang? Dengan mempermalukan Laura lebih banyak lagi? Status apa yang bisa om Bian beri untuk bayi Laura? Ayah pura-pura? Tidak ada bukan? " Laura menatap pada Bian dengan nyalang. Dia tak pernah berani melakukan ini, tetapi hari ini dia bahkan merasa sanggup untuk melukai laki-laki yang telah membuatnya terjebak dalam derita ini. 

"Bukan seperti itu..." Bian meringis dengan putus asa. 

"Mulai hari ini, jangan temui Laura lagi. Jangan lagi om Bian." Laura menghapus air mata yang memenuhi wajahnya dengan kasar. 

Keriangan khas gadis remajanya yang sering membuat Bian terpesona itu hilang entah kemana. 

"Laura!" 

"Pergilah om Bian! Pergilah, Laura tak mencintai om Bian, Laura membenci om Bian!" Teriakan Laura yang menjadi histeris, dan lemparan kapstok ke arah Bian benar-benar membuat Bian gugup bukan main. Laura bersungguh-sungguh mengusirnya. Dia harus segera pergi, sebelum keributan yang di buat oleh Laura mengundang perhatian karyawan binatu lain. 

"Pergi om Bian, sebelum aku berteriak keras-keras!" Ancaman Laura bukan nain-main, gafis itu terlihat seolah begitu membencinya, tak ingin melihatnya lagi. 

Perlahan Bian mundur, menatap Laura sebentar dan menghela nafas dalam-dalam sebelum kemudian keluar lewat pintu samping. Dia menyadari tak mungkin bisa bernegosiasi dengan gadis yang sedang begitu marah padanya itu. 

Laura terduduk sesenggukan sendiri, dia menutup wajahnya dengan sebuah kain yang melambai-lambai di depan wajahnya. Hatinya hancur, dia bingung dan ketakutan sendiri tetapi dia tetap bersikeras bahwa bayi yang ada di dalam rahimnya sekarang adalah miliknya.

Seseorang berdiri kaku seperti patung menatap dari balik celah jendela kaca nako, dia mendengar semuanya. Bahkan dari awal laki-laki berpakaian necis dan rapi itu datang untuk menemui Laura. 

Dia adalah Tristan, keponakan pemilik Laundri di mana Laura bekerja menjadi buruh di situ, dia seorang karyawan ojek online yang sedang mengantar pakaian kotor seorang customer ke binatu itu. 

Laki-laki berperawakan tinggi kurus hitam manis itu, hampir tak bernafas mendengar semua perdebatan tadi. Kedua tangannya mengepal di samping kiri kanan badannya. Dia sama sekali tak menyangka gadis yang diam-diam diperhatikan olehnya selama ini, hamil seorang anak dari laki-laki beristri. 

"Laura..." Desisnya dengan hati yang kecewa, dia merasa begitu sedih dengan apa yang di dengarnya. Dia cukup mengenal Laura dan sudah di anggapnya sebagai adik sendiri. Kenyataan itu menampar perasaannya.

***

"PLAK!!!" Sebuah tamparan mendera pipi Laura, dengan begitu kerasnya. 

Tamparan itu dilayangkan oleh ibunya, dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya masih menjepit sebatang rokok di antara jemari tengah dan telunjuknya. Asap rokok itu mengepul tipis menyusup sampai ke hidung Laura yang tertunduk sambil memegang pipinya. 

"Katakan sekali lagi!" Perintahnya dengan murka. 

"A...aku hamil, bu..." 

"Shittt!!!"Sumpah serapah keluar dari mulut ibunya. Tapi sempat-sempatnya dia mengisap rokok di tangannya, seolah sedang ingin mengisap kemarahannya itu sampai ubun-ubunnya.

"Anak bodoh! Kenapa kamu begitu bodoh, hah!" Teriakan itu menggema sampai gendang telinga Laura terasa pekak. 

"Kamu hamil anak siapa? Siapa setan yang menghamilimu?" Ibu Laura terlihat begitu murka, bau alkohol menguar dari mulutnya. 

Ya, sejak ayah tirinya meninggal ibunya depresi berat, dia hanya berada dalam rumah menghabiskan berbungkus-bungkus rokok dan minuman murahan yang di dapatnya dari sebuah bar kecil di komplek tempat mereka menyewa sebuah rumah kontrakan kecil. 

Komplek tempat dimana keluarga mereka tinggal, adalah perkampungan kumuh di mana para preman bahkan para wanita tuna susila berkumpul. 

Kenapa mereka memilih mengontrak di situ, karena hanya di situlah terdapat rumah petak yang di kontrakkan dengan murah. 

Laura hanya bekerja di sebuah Binatu Laundri, upahnya tak seberapa, hanya cukup untuk membayar sewa rumah yang biayanya murah. Untuk makan, kadang kala Laura bertahan hanya dari tips-tips yang di berikan para customer Laundry jika dia dengan suka rela mengantarkan baju mereka.

Ibunya hanya hidup dalam dunianya, di mana dia bisa melupakan jika suami yang di cintainya telah meninggal dunia. 

"Aku...aku tidak tahu..." Jawab Laura dengan ketakutan. 

"PLAK!! PLAK!!!" 

Tamparan berikutnya lebih keras, bahkan kini dari sela bibir Laura meleleh segaris darah segar. 

"Kamu tidak tahu? Bagaimana bisa kamu tidak tahu laki-laki yang menyetubuhimu? menghamilimu??? apa kamu sudah gila, hah!!!" Ibu Laura seperti orang gila dia mendorong tubuh ramping Laura ke tembok dengan amarah yang luar biasa.

Laura tak menjawab, dia bertahan si dinding tembok bilik dengan gemetar. Dia tahu tangisannya tak akan menyelamatkannya dari kemurkaan sang ibu. 

"Apa kamu sekarang menjadi bisu, lacur??" 

Umpatan itu membuat Laura memejam matanya kuat-kuat, dia tak menjawab apapun. Hari ini ibunya mendapatinya muntah-muntah di belakang karena mual. Dan Laura tak bisa mengelak ketika ibunya menuduhnya mungkin sedang hamil. Laura hanya mengangguk saja karena cepat atau lambat perutnya akan membesar dan ibunya akan tetap mengetahuinya juga. 

"Laura, kamu tahu?" Mata ibu Laura terpicing dengan tajam, telunjuknya hampir menyentuh hidung bangir Laura yang basah karena air matanya sendiri. 

"Kamu tahu, ayahmu meninggalkan kita karena perempuan lacur di saat kamu berusia sangat kecil! Dan sekarang kamu ingin menjadi perempuan pelacur juga, hah?!" Ibu Laura mencengkeram pipi Laura dengan keras. 

Laura hanya memejam matanya kuat-kuat, dia meringis menahan sakit tetapi tak berani menatap mata ibunya yang merah seperti darah itu. 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 53. Perjodohan Bisnis

    "Seharusnya kamu meyakinkan dirimu bukan bertanya padaku." Sahut Clair sambil menarik punggungnya dan bersandar di kursi dengan sikap rileks. "Baiklah, aku ingin kau menjaganya baik-baik untukku, tapi ingat jangan sentuh dia!" Bian berucap dengan nada yang dalam seolah dia tak punya pilihan tapi di akhir kalimat dia memberi penekanan yang dalam. "Aku akan mengambilnya jika waktunya tiba, tapi tetap harus kau ingat dengan benar, tanamkan di otakmu jika Laura itu milikku!" Bian terlihat sangat serius dengan apa yang dia ucapkan.Clair terdiam dengan tampang yang santai dan acuh tak acuh lalu dia menyeringai serta mengangkat tangan kanannya, dan mulai mengacungkan jari jempol tanda dia mengerti dan menyetujui. ***Sementara itu di tempat berbeda dalam waktu yang sama, terlihat wanita cantik dengan pakaian modis tadi yang sedang duduk di dalam sebuah cafe bersama dengan teman-temannya, menikmati musik live dengan

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 52. Menyusun Rencana

    "sebelum aku membeberkan rencanaku, aku ingin mengatakan satu hal lagi padamu sekedar mengingatkanmu..." "Apa?' Clair terdiam sejenak saat pria di depannya itu. "Apa? katakan saja, aku tak suka menunggu." "Apakah kau pernah berpikir saat melakukan semua yang kau inginkan sekrang ada beberapa banyak orang yang kebahagiaan mereka terenggut paksa? Seperti saat ini, tanpa kau sadari, semua rasa sakit, yang Laura hadapi kali ini timbul dikarenakan dirimu, masalah wanita itu sudah menumpuk banyak, layak tidak jika aku menganggapmu egois? Kau tidak bisa mencintai Kejora, bukankah itu adalah masalahmu? Seharusnya sebelum kau membawa dalam kehidupanmu, sebaiknya kau selesaikan semua urusanmu, dengan tempramen Laura yang saat ini, dengan bagaimana kondisimu, aku rasa kau akan bisa memilikinya begitu saja, aku melihat kelembutan dari dalam diri Laura, jadi saranku, sebaiknya kau lepaskan dia terlebih dahulu, selesaikan masalah yang kau hadapi, dan jangan menambah beban Laura yang suatu hari

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 51. Neraka Terselubung

    Mata Bian berkedip sesaat, menatap lurus pada Clair, dia tahu temannya ini kadang memang menentangnya tetapi tak pernah membiarkannya sendiri. "Aku tak mencintai Kejora!" "Kamu tak mencintai Kejora? it's Ok! Pada awalnya mungkin begitu tetapi masa tujuh tahun lebih pernikahan kalian berdua Kejora tak membuatmu mempunyai perasaan apa-apa padanya?" tanya Clair dengan sikap penasaran. "Aku tak memiliki perasaan apa-apa pada kejora seperti dia juga tak pernah memiliki perasaan apapun padaku." "Bagaimana kamu bisa menyimpulkan jika kalian tak memiliki perasaan apa-apa satu sama lain?" Selidik Clair. "Akh, kamu tak akan mengerti apapun, Clair karena kamu tak pernah menikah." "Ya, aku mungkin tak mengerti apapun tentang pernikahan dan perasaan yang terlibat di dalamnya karena itu aku tidak salah untuk bertanya padamu bukan?" "Aku harus mengatakan berapa kali padamu, Clair. Aku tak pernah menginginkan pernikahanku dengan Kejora tetapi orang-orang di sekitar kami sangat menginginkan

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 50. Terobsesi

    Bian merogoh kantong celananya, dan menelpon seseorang menggunakan smartphone yang dia genggam."Hallo An! Lunasi semua biaya pengobatan Ibu Laura, sekarang juga. Aku akan mengirimkan tagihannya padamu. " kata Bian dengan suara yang tegas.An Baibai tak punya waktu bertanya karena Bian sudah menutup panggilan. ***Laura yang sedang duduk di dalam Kamar pasien. Ibunya telah dipindahkan ke ruang rawat ini dan alat-alat medis itu satu persatu di lepas. Ibunya sudah jauh lebih baik dari sebalumnya, dia menatap wajah Ibunya yang tak kunjung membuka mata setelah di berikan obat tidur mungkin karena tadi ibunya bergumam-gumam tak jelas saat dia masu, suasana kamar yang senyap dan dingin, Laura terlihat sedih memandangi kondisi dari sang ibu."Ibu... maafkan aku, Bu! Maaf...." Ucap laura dengan suara yang lirih. Laura tidak pernah membenci ibunya sendiri, dia tak pernah benar-benar menyalahkan ibunya untuk apa yang telah

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 49. Menolak menjadi Peliharaan

    "Aku tidak meperdaya dirimu, Laura sayang. Tetapi aku ingin nanti kamu melunasinya dengan jasamu saja, jadilah asistenku selama beberapa hari, maka aku akan menanggap hutang ini lunas!" ucap, Bian dengan lugas dan bibirnya yang menyunggingkan senyum. "Ck! Ternyata benar dugaanku, Om Bian. Tak ada yang tanpa pamrih darimu." "hey, bukankah kamu tak ingin berhutang apapun padaku, aku telah menawarkan bantuan secara percuma atas nama anak kita tetapi kamu jelas-jelas menolakku? Itu hanyalah satu-satu cara untuk membuatmu merasa tak berhutang budi padaku, jadi aku tetap bisa melaksana bagianku." Bian menggedikkan bahunya. Laura terdiam tetapi matanya sekarang menantang ke arah Bian. "Tawaran dari Om Bian ini terlihat sangat matang, begitu mudahnya om Bian memnberikan solusi padaku. Apakah sudah di rencanakan jauh-jauh hari?" tanya Laura kemudian sambil memicingkan matanya. Bian hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Laura, kemudian pria itu tersenyum kecut di hadapan seoran

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 48. Rencana Menjebak

    Melihat Laura yang tak menunjukkan sikap senang dengan perbuatannya, Bian mengerutkan dahinya. Dia mulai tak sabar sebenarnya. "Aku tak punya maksud apa-apa, aku hanya ingin membiayai perawatan Ibumu, apakah aku baru saja melakukan kesalahan?" jawab Bian dengan polos, seolah tidak mengerti arah keberatan Laura. Laura menatap wajah Bian dengan sangat tajam. "Aku memahami manusia licik seperti dirimu om, tidak akan ada hal baik yang kau lakukan dengan cuma-cuma! Jadi, sekarang apa maumu? Om Bian ingin aku melakukan apa untuk membalas budi, kau ingin aku bagaimana untuk membayar?" Sambut Laura yang langsung masuk pada intinya. "Laura..." Bian berusaha meraih pundak Laura, meski dengan kasar Laura menepisnya. Sekarang gadis ini terlihat tidak suka berbasa basi. "Jangan berkata begitu, aku tahu bayi di dalam kandunganmu itu adalah anakku, setidaknya beri aku kesempatan..." "Aku lupa jika anak ini adalah anak om Bian!" "Laura ada apa dengan dirimu? Kemana dirimu yang polos itu?

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 47. Mencari Kesempatan

    Laura terlihat sangat terburu, ingin langsung keluar dari dalam Mobil. Akan tetapi, Clair menghadangnya dengan merentangkan tangan, dia memberikan isyarat kepada Laura agar jangan bergerak."Tunggu saja di sini. Aku akan mengurus semuanya."Ucap Clair acuh tak acuh tapi jelas dia bersikap tulus dengan perkataannya. Mobil berhenti tepat di depan pintu utama rumah sakit, Clair membuka pintu, dan berjalan ke luar pria itu mendatangi petugas rumah sakit, mereka sedang bersama pasien yang pingsan.Di dalam mobil terlihat suasana yang begitu sunyi, tidak ada perbincangan apa pun, Laura hanya memalingkan wajahnya, menatap Clair yang memasuki rumah sakit cukup lama, tak kunjung keluar.Bian yang masih berada di tempat pengemudi, diam-diam pria itu memperhatikan Laura yang terlihat jelas sangat panik, ingin rasanya Bian mendatangi wanita itu dan mencoba untuk memenangkannya. Akan tetapi dia tersadar lagi bagaimana kondisi dirinya dan Laura saat ini.Hingga akhirnya, Clair kembali bersama denga

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 46. Semua Telah Berubah

    Dengan segera Bian mengambil kemudi Mobil, dia menjalankan mobil warna siver miliknya dengan hati-hati. Bian beberapa kali menatap wajah Laura dari kaca mobil. Namun sama sekali wanita muda itu tidak menatap dirinya, Laura terlihat cemas akan kondisi dari ibunya yang sangat mengkhawatirkan. Nafas Laura setengah tersengal. "Laura, bagaimana kondisimu? Bagaimana dengan kandunganmu?" tanya Bian tiba-tiba yang menunjukkan rasa khawatir, pria itu mencoba untuk bicara, berharap dapat mencairkan suasana. Laura tak bergeming, dia tak berniat untuk menjawab pertanyaan Bian. "Laura?" "Apa Perdulimu?" Laura menyambar dengan kesal. "Aku hanya bertanya." Bian memelan ludahnya. Dahi pria itu berkerut, dan tatapan dari sepasang bola matanya tajam, terus memperhatikan Laura dari spion di atas kepalanya, memperhatikan wajah gadis kecilnya yang terlihat kelelahan itu. "Akh, senang rasanya tahu bahwa kalian berdua adalah orang yang saling mengenal dan tampaknya pernah begitu akrab." Seloroh Cl

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 45. Mencari Muka

    "Menyingkirlah! Jangan mengganggunya!" bentak Clair seakan tak mengenal Bian "Aku yang akan mengurusnya." Bian terdiam, tetapi kemudian dia mengerti saat Clair memberi isyarat agar dirinya menyingkir. Laki-laki ini sedang membuat sebuah skenario dadakan. Clair berjalan ke arah Laura. "Nyonya, aku tak bisa meninggalkanmu sendirian. Aku bisa melihat kamu sangat kesulitan, bagaimana jika aku mengantarmu? Kau ingin pergi ke mana? Ke rumah sakit mana" dalam sekejap mata, Clair terlihat sangat lembut dihadapan Laura, tersenyum manis, kepada wanita itu. "Bukankah kau...." Laura terhenyak melihat wajah Clair pria yang sebelumnya telah membantu dirinya. Pria itu tersenyum sambil mengangguk, "Ya, itu aku yang kamu kira malaikat tadi." Ucap Clair dengan menyeringai. "Sebaiknya kita mengantarkan ibumu sekarang. Jangan terlalu banyak menimbang." Lanjut Clair lagi dengan ramah. Laura terdiam bingung, kemudian Laura memalingkan wajahnya kepada Bian, setidaknya dia lebih mengenal Bian dari

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status