/ Romansa / DENDAM BERKALANG NODA / Bab. 9 Membayar Hutang

공유

Bab. 9 Membayar Hutang

작가: Suesant SW
last update 최신 업데이트: 2022-07-05 12:02:53

"Kenakan cepat! Ibu akan menunggumu di kamar ibu. Secepatnya!" Ibu Laura tersenyum misterius, dia terlihat puas dengan apa yang di lakukannya. 

Laura masih berdiri, terpana sambil memegang dress yang ada di tangannya itu. 

"Kamu yang memakaikan sendiri? atau ibu yang akan memaksamu memakainya?" Mata ibunya terlihat nyalang, dia terlihat sangat tidak sabar sekarang. 

"A..aku..aku akan memakainya sendiri." Sahut Laura dengan takut-takut. Ibunya mengangguk puas mendengarnya. 

"Lakukan cepat! dan langsung temui ibu di kamar ibu!"  

"BRAK!" Pintu itu ditutup dengan kasar, teriakannya menggema, selanjutnya hanya terdengar langkah kaki yang diseret-seret dari balik pintu, langkah kaki itu menjauh. 

Laura mengalihkan perhatiannya kembali pada dress di tangannya itu, entah kapan ibunya membelinya. 

Dia tak pernah mengenakan pakaian se seksi ini tetapi dia tahu dari kemarahan ibunya itu, tak ada alasan untuknya tidak memakainya. 

Dengan gemetar dia melepas kancing kemeja yang di pakainya dan berganti dengan dress itu. Seketika dirinya merinding ketika sekilas dia melihat ke arah cermin, tubuh yang setengah meringkuk dalam warna marun itu sangat jelas adalah dirinya. Dan dia merasa begitu murahan!

Beberapa menit dia mematung, sebelum dia mendengar teriakan sang ibu dari balik pintu.

"Laura, keluarlah jika sudah selesai. Jangan membuat ibu menunggu lama." Kalimat ibunya itu membuatnya tersadar, dia memang harus keluar. 

Semenjak dirinya hamil, ibunya memperlakukannya dengan sangat kasar. Dia menunjukkan rasa marah dan kesalnya dengan tanpa di tahannya lagi. Laura bisa menerimanya tetapi dia tentu saja merasa sakit diperlakukan dengan begitu rupa. 

Ibunya mungkin depresi berat, tapi tidak pantas dia diperlakukan seperti sampah setiap kali, memgingat dirinya adalah anak kandungnya sendiri. 

"Hm..." suara ibunya terdengar dalam saat dia keluar dan sang ibu dengan tangan kiri berkacak di pinggang dan rokok di tangan kanannya, menatap Laura seperti serigala. 

Laura menutup bagian dadanya yang terasa seakan ingin keluar itu karena begitu rendahnya bagian dada gaun itu. Sebagian pahanya yang putih berada di luar, sementara punggungnya setengah telanjang. 

Angin malam lewat ventilasi masuk begitu saja, membuat kulit Laura meremang. 

"kamu terlihat cocok dengan baju murahan itu." ibunya terkekeh,tanpa perasaan sama sekali.

"Ibu..." sekarang Laura merasa ibunya sangat keterluan padanya, rasa sesak menyerang ulu hatinya, ibunya seolah begitu membenci dirinya. 

"Jika kamu bisa tidur dengan sembarang orang, artinya kamu sama sekali tidak memperdulikan kehormatan dan harga dirimu. Terlalu murah jika kamu mengobralkan tubuhmu itu secara gratis jika kamu memang bercita-cita menjadi seorang pelacur setidaknya beri harga yang pantas." Kalimat demi kalimat itu terlontar dari mulut ibunya, mata perempuan yang dulu begitu menyayanginya itu saat masa kanak-kanaknya telah hilang lenyap entah kemana pancaran kasih sayangnya. Yang tersisa hanyalah, rasa marah dan jijik terhadap dirinya. 

"Maafkan Laura ibu." Laura mendesis, sambil mengatupkan bibirnya, giginya bertaut kuat menahan luapan kesedihan atas semua kata-kata ibunya yang demikian menyakitkan.

"Bagaimana bisa kamu meminta maaf kepada ibu jika kamu telah mempermalukan ibu begini? Apa yang di katakan orang ketika kamu nanti melahirkan seorang anak haram tanpa ayah?" Ibunya mendekat, Laura memejamkan matanya kuat-kuat. Dia bersiap untuk menerima pukulan ibunya lagi. 

"Tapi memang kamu cantik, nak. Siapa sih yang tidak ingin menidurimu melihat wajahmu yang pura-pura polos ini?" Suara ibunya begitu dekat dengan telinganya, lalu perlahan jemarinya merayap di atas rambut Laura.

Tubuh Laura bergidik, laura mengira ibunya akan mendorong kepalanya dseperti kemarin, tapi tidak, ibunya hanya merapikan rambutnya untuk di seka kebelakang telinganya. 

"Kita sudah kadung malu, hidup kitapun sudah tak bernilai apa-apa lagi di mata semua orang. Bagaimana jika sekarang jangan hanya menjejakkan kaki ke kubangan tetapi masuk saja ke dalam lumpur?" Suara ibunya setengah berbisik. 

Laura membuka matanya, membeliak karena terkejut dengan pernyataan sang ibu. 

"A...apa maksud ibu?" Tanya Laura dengan tegang. 

"Sebagai anak, tak ada bakti yang benar-benar bisa kamu berikan lewat jalan yang benar. Untuk kembali menjadi lurus rasanya seperti berharap dunia terbalik. Kamu bersikeras untuk melahirkan bayi yang bahkan kamu tak tahu rupa ayahnya ini! Baiklah, ibu tak lagi melarangmu, lakukan saja sesukamu!" Ibu Laura melemparkan sisa potongan rokoknya ke lantai, lalu menginjaknya dengan sandal jepit buluknya. 

"Jika kamu anak yang tahu membalas budi bagaimana jika sekarang kamu memulainya dengan membayar hutang ibu?"

"Hutang? hutang apa?" Laura tercengang.

"Ibu berhutang sejumlah uang dengan security di tempat ibu bekerja dan ibu kesulitan membayarnya." Ibu Laura menghela nafasnya, dia terlihat tidak seberapi tadi. 

"Hutang ibu berapa? aku punya sedikit tabungan, seratus tujuh puluh lima ribu rupiah sisa gajiku bulan kemarin. Jika ibu ingin memakainya aku akan memberikannya kepada ibu. 

"Hhh...kamu kira duit seitu bisa membayar pinjaman ibu? Ibu berhutang tiga juta lima ratus!"

"Tiii...tiga juta li...lima ratus?" Laura ternganga, itu uang yang sangat besar menurutnya. Bahkan gajinya selama tiga bulan tak akan cukup untuk membayarnya. 

"Ibu tahu kamu tak punya uang sebanyak itu." ibunya menyeringai dengan mimik kejam. 

"Tetapi kamu bisa membayarnya dengan cara lain." Lanjutnya setengah mendesis.

"Cara lain?"

Mata merah ibu Laura yang setengah mabuk itu menyunggingkan senyum aneh. 

"Ya, cara lain."

Laura diam tak menyahut, dia menunggu apa yang ingin di katakan ibunya lebih lanjut. 

"Ibu mempunyai sejumlah utang kepada seorang teman. Dan kamu bisa membayarnya hanya dengan hanya satu jam." 

"Ikut aku sekarang!"

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (2)
goodnovel comment avatar
luluk
jahat bnget ibunya
goodnovel comment avatar
ss heni
suka alur ceritanya
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 53. Perjodohan Bisnis

    "Seharusnya kamu meyakinkan dirimu bukan bertanya padaku." Sahut Clair sambil menarik punggungnya dan bersandar di kursi dengan sikap rileks. "Baiklah, aku ingin kau menjaganya baik-baik untukku, tapi ingat jangan sentuh dia!" Bian berucap dengan nada yang dalam seolah dia tak punya pilihan tapi di akhir kalimat dia memberi penekanan yang dalam. "Aku akan mengambilnya jika waktunya tiba, tapi tetap harus kau ingat dengan benar, tanamkan di otakmu jika Laura itu milikku!" Bian terlihat sangat serius dengan apa yang dia ucapkan.Clair terdiam dengan tampang yang santai dan acuh tak acuh lalu dia menyeringai serta mengangkat tangan kanannya, dan mulai mengacungkan jari jempol tanda dia mengerti dan menyetujui. ***Sementara itu di tempat berbeda dalam waktu yang sama, terlihat wanita cantik dengan pakaian modis tadi yang sedang duduk di dalam sebuah cafe bersama dengan teman-temannya, menikmati musik live dengan

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 52. Menyusun Rencana

    "sebelum aku membeberkan rencanaku, aku ingin mengatakan satu hal lagi padamu sekedar mengingatkanmu..." "Apa?' Clair terdiam sejenak saat pria di depannya itu. "Apa? katakan saja, aku tak suka menunggu." "Apakah kau pernah berpikir saat melakukan semua yang kau inginkan sekrang ada beberapa banyak orang yang kebahagiaan mereka terenggut paksa? Seperti saat ini, tanpa kau sadari, semua rasa sakit, yang Laura hadapi kali ini timbul dikarenakan dirimu, masalah wanita itu sudah menumpuk banyak, layak tidak jika aku menganggapmu egois? Kau tidak bisa mencintai Kejora, bukankah itu adalah masalahmu? Seharusnya sebelum kau membawa dalam kehidupanmu, sebaiknya kau selesaikan semua urusanmu, dengan tempramen Laura yang saat ini, dengan bagaimana kondisimu, aku rasa kau akan bisa memilikinya begitu saja, aku melihat kelembutan dari dalam diri Laura, jadi saranku, sebaiknya kau lepaskan dia terlebih dahulu, selesaikan masalah yang kau hadapi, dan jangan menambah beban Laura yang suatu hari

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 51. Neraka Terselubung

    Mata Bian berkedip sesaat, menatap lurus pada Clair, dia tahu temannya ini kadang memang menentangnya tetapi tak pernah membiarkannya sendiri. "Aku tak mencintai Kejora!" "Kamu tak mencintai Kejora? it's Ok! Pada awalnya mungkin begitu tetapi masa tujuh tahun lebih pernikahan kalian berdua Kejora tak membuatmu mempunyai perasaan apa-apa padanya?" tanya Clair dengan sikap penasaran. "Aku tak memiliki perasaan apa-apa pada kejora seperti dia juga tak pernah memiliki perasaan apapun padaku." "Bagaimana kamu bisa menyimpulkan jika kalian tak memiliki perasaan apa-apa satu sama lain?" Selidik Clair. "Akh, kamu tak akan mengerti apapun, Clair karena kamu tak pernah menikah." "Ya, aku mungkin tak mengerti apapun tentang pernikahan dan perasaan yang terlibat di dalamnya karena itu aku tidak salah untuk bertanya padamu bukan?" "Aku harus mengatakan berapa kali padamu, Clair. Aku tak pernah menginginkan pernikahanku dengan Kejora tetapi orang-orang di sekitar kami sangat menginginkan

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 50. Terobsesi

    Bian merogoh kantong celananya, dan menelpon seseorang menggunakan smartphone yang dia genggam."Hallo An! Lunasi semua biaya pengobatan Ibu Laura, sekarang juga. Aku akan mengirimkan tagihannya padamu. " kata Bian dengan suara yang tegas.An Baibai tak punya waktu bertanya karena Bian sudah menutup panggilan. ***Laura yang sedang duduk di dalam Kamar pasien. Ibunya telah dipindahkan ke ruang rawat ini dan alat-alat medis itu satu persatu di lepas. Ibunya sudah jauh lebih baik dari sebalumnya, dia menatap wajah Ibunya yang tak kunjung membuka mata setelah di berikan obat tidur mungkin karena tadi ibunya bergumam-gumam tak jelas saat dia masu, suasana kamar yang senyap dan dingin, Laura terlihat sedih memandangi kondisi dari sang ibu."Ibu... maafkan aku, Bu! Maaf...." Ucap laura dengan suara yang lirih. Laura tidak pernah membenci ibunya sendiri, dia tak pernah benar-benar menyalahkan ibunya untuk apa yang telah

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 49. Menolak menjadi Peliharaan

    "Aku tidak meperdaya dirimu, Laura sayang. Tetapi aku ingin nanti kamu melunasinya dengan jasamu saja, jadilah asistenku selama beberapa hari, maka aku akan menanggap hutang ini lunas!" ucap, Bian dengan lugas dan bibirnya yang menyunggingkan senyum. "Ck! Ternyata benar dugaanku, Om Bian. Tak ada yang tanpa pamrih darimu." "hey, bukankah kamu tak ingin berhutang apapun padaku, aku telah menawarkan bantuan secara percuma atas nama anak kita tetapi kamu jelas-jelas menolakku? Itu hanyalah satu-satu cara untuk membuatmu merasa tak berhutang budi padaku, jadi aku tetap bisa melaksana bagianku." Bian menggedikkan bahunya. Laura terdiam tetapi matanya sekarang menantang ke arah Bian. "Tawaran dari Om Bian ini terlihat sangat matang, begitu mudahnya om Bian memnberikan solusi padaku. Apakah sudah di rencanakan jauh-jauh hari?" tanya Laura kemudian sambil memicingkan matanya. Bian hanya menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Laura, kemudian pria itu tersenyum kecut di hadapan seoran

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 48. Rencana Menjebak

    Melihat Laura yang tak menunjukkan sikap senang dengan perbuatannya, Bian mengerutkan dahinya. Dia mulai tak sabar sebenarnya. "Aku tak punya maksud apa-apa, aku hanya ingin membiayai perawatan Ibumu, apakah aku baru saja melakukan kesalahan?" jawab Bian dengan polos, seolah tidak mengerti arah keberatan Laura. Laura menatap wajah Bian dengan sangat tajam. "Aku memahami manusia licik seperti dirimu om, tidak akan ada hal baik yang kau lakukan dengan cuma-cuma! Jadi, sekarang apa maumu? Om Bian ingin aku melakukan apa untuk membalas budi, kau ingin aku bagaimana untuk membayar?" Sambut Laura yang langsung masuk pada intinya. "Laura..." Bian berusaha meraih pundak Laura, meski dengan kasar Laura menepisnya. Sekarang gadis ini terlihat tidak suka berbasa basi. "Jangan berkata begitu, aku tahu bayi di dalam kandunganmu itu adalah anakku, setidaknya beri aku kesempatan..." "Aku lupa jika anak ini adalah anak om Bian!" "Laura ada apa dengan dirimu? Kemana dirimu yang polos itu?

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 47. Mencari Kesempatan

    Laura terlihat sangat terburu, ingin langsung keluar dari dalam Mobil. Akan tetapi, Clair menghadangnya dengan merentangkan tangan, dia memberikan isyarat kepada Laura agar jangan bergerak."Tunggu saja di sini. Aku akan mengurus semuanya."Ucap Clair acuh tak acuh tapi jelas dia bersikap tulus dengan perkataannya. Mobil berhenti tepat di depan pintu utama rumah sakit, Clair membuka pintu, dan berjalan ke luar pria itu mendatangi petugas rumah sakit, mereka sedang bersama pasien yang pingsan.Di dalam mobil terlihat suasana yang begitu sunyi, tidak ada perbincangan apa pun, Laura hanya memalingkan wajahnya, menatap Clair yang memasuki rumah sakit cukup lama, tak kunjung keluar.Bian yang masih berada di tempat pengemudi, diam-diam pria itu memperhatikan Laura yang terlihat jelas sangat panik, ingin rasanya Bian mendatangi wanita itu dan mencoba untuk memenangkannya. Akan tetapi dia tersadar lagi bagaimana kondisi dirinya dan Laura saat ini.Hingga akhirnya, Clair kembali bersama denga

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 46. Semua Telah Berubah

    Dengan segera Bian mengambil kemudi Mobil, dia menjalankan mobil warna siver miliknya dengan hati-hati. Bian beberapa kali menatap wajah Laura dari kaca mobil. Namun sama sekali wanita muda itu tidak menatap dirinya, Laura terlihat cemas akan kondisi dari ibunya yang sangat mengkhawatirkan. Nafas Laura setengah tersengal. "Laura, bagaimana kondisimu? Bagaimana dengan kandunganmu?" tanya Bian tiba-tiba yang menunjukkan rasa khawatir, pria itu mencoba untuk bicara, berharap dapat mencairkan suasana. Laura tak bergeming, dia tak berniat untuk menjawab pertanyaan Bian. "Laura?" "Apa Perdulimu?" Laura menyambar dengan kesal. "Aku hanya bertanya." Bian memelan ludahnya. Dahi pria itu berkerut, dan tatapan dari sepasang bola matanya tajam, terus memperhatikan Laura dari spion di atas kepalanya, memperhatikan wajah gadis kecilnya yang terlihat kelelahan itu. "Akh, senang rasanya tahu bahwa kalian berdua adalah orang yang saling mengenal dan tampaknya pernah begitu akrab." Seloroh Cl

  • DENDAM BERKALANG NODA   BAB 45. Mencari Muka

    "Menyingkirlah! Jangan mengganggunya!" bentak Clair seakan tak mengenal Bian "Aku yang akan mengurusnya." Bian terdiam, tetapi kemudian dia mengerti saat Clair memberi isyarat agar dirinya menyingkir. Laki-laki ini sedang membuat sebuah skenario dadakan. Clair berjalan ke arah Laura. "Nyonya, aku tak bisa meninggalkanmu sendirian. Aku bisa melihat kamu sangat kesulitan, bagaimana jika aku mengantarmu? Kau ingin pergi ke mana? Ke rumah sakit mana" dalam sekejap mata, Clair terlihat sangat lembut dihadapan Laura, tersenyum manis, kepada wanita itu. "Bukankah kau...." Laura terhenyak melihat wajah Clair pria yang sebelumnya telah membantu dirinya. Pria itu tersenyum sambil mengangguk, "Ya, itu aku yang kamu kira malaikat tadi." Ucap Clair dengan menyeringai. "Sebaiknya kita mengantarkan ibumu sekarang. Jangan terlalu banyak menimbang." Lanjut Clair lagi dengan ramah. Laura terdiam bingung, kemudian Laura memalingkan wajahnya kepada Bian, setidaknya dia lebih mengenal Bian dari

좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status