Harnum tentu saja sangat terkejut mendengar ucapan Rully. Dia menatap Rully dengan tajam. Dia yang tadinya sedang fokus bercocok tanam itu, seketika langsung menghentikan kegiatannya. Harnum menatap tajam pada Rully, sementara Rully merasa seperti salah tingkah sendiri karena ditatap seperti itu oleh Harnum."Mengapa kau menatapku seperti itu, Nona Harnum?" tanya Rully."Tuan Rully, coba kau ulangi lagi apa yang kau katakan tadi. Apakah aku tidak salah mendengar ucapanmu?" ujar Harnum."Maksudku ... aku tahu di mana letak makam suamimu. Jika kau mau berkunjung atau berziarah, aku bisa mengantarkanmu.""Apakah kau bercanda?""Tidak, aku tidak bercanda, aku berbicara serius dan bersungguh-sungguh."Harnum semakin menatap tajam pada Rully. Ia mengernyitkan keningnya dan matanya menjadi menyipit, sementara Rully meneguk ludahnya dengan susah payah, rasanya ia seperti sedang dikuliti oleh Harnum."Kau tentu saja bercanda, Tuan Rully. Kau jangan mempermainkanku! Bukankah kau dan anak buahmu
Harnum terus menangis dengan terisak-isak sembari mengeluarkan keluh kesahnya. Kedua tangannya memeluk kedua makam anak dan suaminya. Tubuhnya bergetar hebat karena tengah menangis. Rully pun ikut menangis, tanpa terasa air matanya terus membanjiri pipinya. Rully adalah laki-laki yang sangat kuat dan kejam, tak ubahnya seperti sang King. Membunuh adalah hal yang sudah biasa ia lakukan. Akan tetapi, entah mengapa ketika ia melihat keadaan Harnum, hatinya berubah menjadi lembut dan menjadi lemah serta cengeng. Bahkan mungkin ini merupakan air mata pertama yang ia keluarkan untuk orang lain selain untuk keluarganya."Nona Harnum, aku tahu bagaimana perasaanmu. Tetapi, lebih baik kau ikhlaskan semua ini agar suamimu dan anakmu tenang di alam sana. Lebih baik kau mendoakan mereka," ucap Rully dengan penuh kebijaksanaan.Harnum yang sedang fokus menangis itu seketika menghentikan tangisannya. Ia menatap Rully dengan berlinangan air mata. Perasaan Rully semakin tidak menentu dibuatnya."Kau
"Harnum," gumam Albern.Harnum sangat terkejut ketika mendengar Albern memanggil namanya. Karena selama ini Albern tidak pernah memanggil namanya. Dia hanya memanggilnya wanita Jalang, wanita sialan, dan segala umpatan kasar selalu Albern sebut untuk memanggilnya. Mata Harnum sampai berkaca-kaca. Entah mengapa, perasaannya menjadi seperti merasakan sesuatu ketika mendengar Albern memanggil namanya seperti itu. Karena Harnum tidak menjawab ucapan Albern, akhirnya Albern memegang dagu Harnum sehingga membuat Harnum mendongakkan wajahnya. Napas hangat Albern yang berbau mint itu begitu terasa oleh Harnum. Harnum merasa seperti tidak asing dengan wangi mint tersebut. Dia seperti pernah merasakan hal itu, tetapi entah kapan dan di mana.Lalu, Albern semakin mendekatkan wajahnya pada wajah Harnum. Mata Albern terus tertuju pada bibir Harnum yang sensual dan seksi itu. Namun, ketika wajah Albern dan Harnum hampir bersentuhan, mereka dikejutkan oleh kehadiran Bu Mira yang tiba-tiba keluar. A
Hari-hari pun berlalu, hubungan Rully dengan Harnun semakin dekat, dan perubahan sikap Albern terhadap Harnum pun semakin terlihat. Kini, Albern sudah tidak pernah lagi menyiksa Harnum. Entah mengapa, setiap dia akan menyiksa Harnum, maka bayangan gadis kecilnya pada masa lalu akan muncul, sehingga membuatnya menghentikan perbuatannya itu.Hari itu, Albern kembali akan pergi ke luar negeri. Kali ini dia bertujuan untuk pergi ke Dubai, untuk mengurus bisnis mafianya, dan ia kembali meninggalkan Harnum. Dan, seperti biasanya, Harnum merasa sangat bebas dan sangat menikmati kebebasannya. Dia pun semakin bebas bersama Rully untuk pergi ke makam suami dan Anaknya.Sementara Albern, dia yang sudah mencurigai gerak-gerik Harnum dan Rully itu, sudah merencanakan sesuatu. Albern sengaja berkata pada Rully, bahwa dia akan pergi ke Dubai selama dua bulan lamanya, dan Rully mengatakan itu kepada Harnum. Namun, ternyata itu merupakan jebakan Albern untuk Rully dan Harnum, karena ternyata, Albern ha
"Lepaskan pelukanmu itu wanita sialan!" bentak Albern.Kali ini, Harnum mengabaikan ucapan kasar Albern. Ia memang melepaskan pelukannya, tetapi ia merobek lengan bajunya dan ia ikatkan di tangan Albern yang terluka, setelah ia mencabuti serpihan kaca di buku-buku jari Albern terlebih dahulu. Tetapi, karena lukanya sangat dalam, sehingga membuat ikatan kain itu langsung berubah warna menjadi warna merah. Harnum tidak berhenti begitu saja, ia tetap merobek bajunya, sehingga kini bajunya sudah terlihat compang-camping. Lalu, Harnum melilitkan kembali sobekan kain itu dan diikatkan kembali ke tangan Albern. Sebenarnya, Harnum sudah merasakan sakit di telapak kakinya, tetapi dia menahannya. Kaki Harnum yang tidak mengenakan alas kaki itu menginjak serpihan kaca, sehingga membuat telapak kakinya terluka.Rully yang sedari tadi melihat kaki Harnum yang terluka, berniat ingin menghampiri Harnum. Tetapi saat dia akan melangkah menghampiri Harnum, tatapan tajam Albern membuat nyalinya seketik
Monica yang merasa penasaran dengan Harnum, berencana untuk menyelidikinya. Saat itu, dia sengaja tidak langsung pulang, dia bersembunyi di parkiran mall untuk menunggu Albern keluar. Ketika waktu sudah menunjukkan waktu sore hari, Albern pun keluar bersama Harnum dan Rully. Mereka masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat tersebut.Monica pun membuntuti mereka dari belakang. Monica merasa aneh, karena mobil yang dibawa oleh Rully menuju ke sebuah hutan belantara. Monica memerintahkan pada supir taksi yang ia tumpangi, agar mengikuti mobil Albern dari kejauhan, karena, jika terlalu dekat, dia khawatir akan dicurigai. Ketika mobil Albern telah sampai di rumah tua yang ada di tengah hutan itu, Monica menatap rumah tersebut dengan berjuta pikiran. 'Al sedang apa, ya? Mengapa dia menuju ke rumah tua di tengah hutan belantara seperti ini? Ini benar-benar sungguh aneh sekali. Dan, wanita itu pun ikut masuk ke dalam rumah itu, itu artinya bahwa selama ini Al bersembunyi di sini?' batin M
"Tuan Al, tolong hentikan!" teriak Harnum.Namun, Albern tidak mempedulikan ucapan Harnum tersebut. Dia benar-benar melampiaskan emosinya itu dengan meninju tanaman kaktus, sehingga tangannya benar-benar semakin terluka parah. Ketika Albern kembali akan meninju pohon kaktus tersebut, Harnum langsung menghadangnya. Tubuh Harnum sudah berdiri di hadapan Albern, ia merentangkan kedua tangannya sembari memejamkan matanya. Sementara tangan besar Albern sudah melayang di udara. Namun, Albern menyadari itu, ia langsung menahan tinjunya. Albern menatap wajah cantik Harnum yang masih memejamkan matanya. Mata Albern terus tertuju pada bibir Harnum yang sedikit terbuka. Perlahan Albern melangkah mendekati Harnum, tangannya yang tengah terluka itu perlahan memegang wajah Harnum. Harnum tersentak dan langsung membuka matanya. Wajahnya dan wajah Albern sudah saling berdekatan, dan bibir mereka pun hampir bersentuhan. Baik Harnum maupun Albern, mereka sama-sama merasa salah tingkah. Lalu, mata Ha
"Ba ... Baby ... kau —"Monica sangat terkejut dan ketakutan ketika ia melihat kehadiran Albern, yang kini tengah berdiri tegap di hadapannya, dan sedang menahan cambuknya. Wajah Albern sudah terlihat merah padam karena emosi."Baby, kau sudah pulang?" Monica bertanya dengan suara yang gemetar.Namun, Albern tidak menjawabnya. Matanya langsung tertuju pada tubuh Harnum yang tergeletak di lantai dengan kondisi tubuhnya yang sangat mengenaskan. Di bagian punggungnya, sudah berlumuran darah akibat bekas cambukan yang dilakukan oleh Monica. Di bagian tangan dan kakinya pun terlihat penuh luka, karena Monica mencambuk tubuh Harnum secara membabi buta."Rully! Cepat kau bawa wanita sialan ini ke penjara bawah tanah!" titah Albern kepada Rully."Baik, King." Rully langsung menyeret tubuh Monica.Sementara Monica berteriak-teriak memohon ampun pada Albern, agar melepaskannya. Tetapi, Albern yang tengah dilanda emosi itu, tidak menghiraukan permohonan Monica, dia kini justru tengah fokus pada