Rully terus saja mengumpat tentang Monica di dalam hatinya, karena dia tidak mempercayai bahwa Monica benar-benar sudah berubah. Apa yang Monica lakukan selalu salah di dalam pandangan Rully. Sementara Harnum, ketika dia tengah fokus melihat keadaan Monica, tiba-tiba Albern masuk ke dalam kamar tersebut."Apa yang terjadi pada Monica?" tanya Albern.Harnum tidak menjawab pertanyaan Albern. Semenjak Albern menyatakan perasaannya terhadap Harnum, Harnum mulai menjaga jarak dan mulai terlihat dingin lagi. Yang menjawab hanya Rully saja. Albern memperhatikan sikap dingin Harnum tersebut. Ia merasa bahwa kini Harnum semakin benci terhadap dirinya.Hingga berhari-hari lamanya, Harnum masih terus saja mendiamkan Albern. Sementara Albern, dia melakukan berbagai macam cara agar Harnum mau kembali berbicara dengannya. Namun, Harnum selalu bersikap ketus dan dingin terhadapnya.Siang itu, ketika Harnum sedang merapikan kamarnya, lalu tiba-tiba Albern masuk ke dalam kamar Harnum. Harnum menyadari
Ketika Monica akan melemparkan tubuhnya pada Dirga yang sedang tidur, saat itu pula Rully mendapatkan kunci kandang Dirga. Dengan secepat kilat Rully langsung membuka kandang tersebut, dan dia langsung memeluk tubuh Monica.Sementara Dirga yang saat itu sedang tidur nyenyak langsung terbangun, jantung Rully seakan ingin lepas dari tempatnya. Rully melihat mata Dirga yang sudah menatap tajam pada tubuh Monica, Dirga bangun dan berjalan semakin mendekat ke arah Monica."Lepaskan aku! Apa yang kau lakukan? Bukankah ini yang kau inginkan? Kau selalu meragukanku, kau tidak pernah mempercayaiku, jadi lebih baik aku mati saja. Tolong lepaskan! Dirga, ayo terkam aku!" teriak Monica. Dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh Rully hingga Rully terdorong ke belakang.Monica langsung mendekati Dirga. Dirga terlihat mengaum sangat menyeramkan. Rully merasa khawatir melihat kemarahan Dirga, karena Dirga sedang tidur tetapi diganggu oleh kehadiran mereka. "Dirga, hentikan! Jangan kau melakukan apa-a
Ketika Albern sampai di ladang, ia melihat Harnum yang sedang duduk di tanah sembari memeluk lutut. Kepalanya ditaruh di antara kedua lututnya. Tubuh Harnum terlihat terguncang karena masih menangis. Hati Albern terenyuh melihatnya, ia merasa tidak tega melihat kondisi Harnum pada saat ini.Albern pun merasa bersalah dan sadar diri, mengapa Harnum sampai membencinya seperti itu. Perlahan Albern berjongkok dengan pelan, ia memegang bahu Harnum. Harnum tersentak, seketika ia mengangkat wajahnya, matanya memerah dan masih berlinangan air mata. Emosi Harnum kembali memuncak, lalu, Harnum langsung berdiri, Albern pun ikut berdiri."Harnum, aku tahu aku salah, aku minta maaf," ujar Albern."Sejuta kali pun kau meminta maaf padaku, semuanya itu tidak akan pernah bisa mengembalikan nyawa suami dan anakku," ucap Harnum dengan bergetar.Harnum kembali terisak. "Katakan padaku! Jika kau meminta maaf, apakah kau bisa mengembalikan nyawa suami dan anakku?!" tanya Harnum dengan tegas.Albern menund
Ketika Albern mendengar suara benda terjatuh dari dalam kamar Harnum, ia langsung bergegas berlari masuk, ia melihat Harnum yang sedang berdiri di dekat jendela."Harnum," gumam Albern.Sementara Willy, Ia pun terkejut mendengar suara benda pecah dan benda terjatuh. Willy langsung masuk ke dalam. Harnum menatap Albern dan Willy secara bergantian. Napasnya terlihat naik turun."King, apa yang terjadi?" tanya Willy."Tidak ada, Will. Lebih baik kau segera melaksanakan tugasmu, biar ini menjadi urusanku," ujar Albern."Baik, King," jawab Willy dengan patuh.Willy pun langsung bergegas keluar dan menutup pintu. Sementara Albern, ia berjalan mendekati Harnum, namun, Harnum semakin berjalan mundur."Jangan mendekat! Katakan! Aku sekarang berada di mana? Apa yang sudah kau lakukan padaku, laki-laki brengsek!" teriak Harnum.Mata Harnum tertuju pada nakas yang berada di dekatnya. Ia melihat ada sebuah pisau buah. Secepat kilat Harnum mengambil pisau tersebut. Ia mengarahkan pisau tersebut ke
"Ambillah pistol ini, kau bisa menembakku di sini, dan aku rasa, jika pistol ini sudah mengenai dadaku, maka aku akan langsung mati."Albern langsung memberikan pistol itu pada Harnum. Harnum menatap nanar pada Albern dan juga pada pistol tersebut. Lalu, secepat kilat ia menyambar pistol tersebut dan mengarahkannya ke arah Albern. Sementara Albern, ia dengan susah payah berusaha untuk duduk. Ia meringis menahan rasa nyeri di bagian perutnya."Tembakkan pas di bagian dadaku, agar aku cepat mati," pinta Albern.Dengan tangan yang gemetar Harnum mengarahkan pistol itu ke bagian dada Albern. Albern hanya diam dan memejamkan matanya. Walaupun ia seorang King Mafia yang disegani dan ditakuti, namun ia lemah jika berurusan dengan cinta. Dan ini merupakan cinta pertamanya. Albern baru merasakan jatuh cinta, hingga ia rela menyerahkan nyawanya dan menjatuhkan harga dirinya pada wanita yang ia cintai. Apalagi ia merasa banyak melakukan kesalahan terhadap Harnum, maka ia berniat menebus kesalah
Harnum merawat Albern di ruangan medis. Ia membersihkan dan mengobati luka-luka di tubuh Albern. Sementara Albern, ia sesekali membuka sedikit matanya untuk mengintip apa yang tengah Harnum lakukan pada luka-lukanya.Albern hanya berpura-pura pingsan saja, karena ia tidak ingin jika Harnum akan terus-turusan menyiksa dirinya sendiri. Albern yang seorang King Mafia, sudah kebal dengan berbagai luka di organ tubuhnya, bahkan luka tembakan pun sudah menjadi santapannya, apalagi jika hanya luka kecil seperti yang sedang ia alami pada saat ini.Akan tetapi, Harnum tidak mengetahui jika Albern hanya berpura-pura pingsan. Ia justru terlihat sangat khawatir melihat keadaan Albern pada saat ini. Sejak saat itu, hubungan antara Albern dengan Harnum mulai semakin dekat. Harnum berusaha berdamai dengan keadaan. Dan, Albern semakin menunjukkan keposesifannya dan menunjukkan rasa cintanya terhadap Harnum.Akan tetapi, Harnum tetap tidak menerima cinta Albern, karena ia masih merasa sakit hati dan
Sejak kejadian malam itu, dimana Albern memergoki Harnum bersama Rully di dapur, suasana hati Albern masih buruk. Ia masih merasakan cemburu buta terhadap Rully. Seperti halnya pada siang itu, suasana hati Albern yang masih sangat buruk akibat rasa cemburu butanya terhadap Rully, tengah mendiamkan Harnum. Harnum yang melihat sikap Albern yang sangat menyeramkan itu merasa khawatir. Dia sangat khawatir jika Albern akan mengamuk lalu menyakiti atau bahkan membunuh Rully. Apalagi sejak kejadian pada malam itu, Albern tidak berhenti meminum minuman alkohol.'Al jika sedang marah wajahnya benar-benar sangat menyeramkan sekali. Kini dia mendiamkanku dan tidak mau berbicara denganku. Sepertinya aku harus melakukan sesuatu,' batin Harnum.Harnum pun berinisiatif untuk memasak makanan kesukaan Albern. Setelah selesai memasak untuk makan siang, dia sengaja membawakan makan siang untuk Albern. Ia berjalan menuju ke kamar Albern. Pintu kamar tersebut tidak dikunci, sehingga membuat Harnum mudah
Saat malam hari, Harnum baru siuman dari pingsannya. Bayangan saat Albern membunuh seorang wanita tawanannya, serta ketika Albern mengambil organ dalam tubuh wanita tersebut, masih teringat jelas dalam benaknya."Tidaakk ...!" Harnum berteriak.Albern yang pada saat itu sedang menjaga Harnum, bergegas menghampirinya. Ia langsung memegang bahu Harnum. Mata Harnum terbelalak ketika melihat kehadiran Albern, ia menggeleng-gelengkan kepalanya sembari beringsut mundur."Pembunuh! Iblis! Aku benar-benar sangat membencimu! Aku ingin kembali ke Indonesia, bebaskan aku!" seru Harnum.Gigi Albern gemeretak mendengarnya. Ia langsung menarik kaki jenjang Harnum, hingga Harnum sudah duduk di dekat sang King Mafia. Albern memegang wajah Harnum dengan mata yang memerah. Harnum sangat ketakutan melihatnya, karena kini Albern kembali menunjukkan sikap iblisnya."Jangan menguji kesabaranku, Dewi Harnum! Kau adalah wanitaku. Nyawa dan hidupmu ada dalam genggamanku!" murka Albern.Harnum menggelengkan ke